TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Maju Lagi di Pilpres 2024? Prabowo: It's Not That Easy

Prabowo nilai lebih efisien bila capresnya hanya ada dua

Prabowo Subianto ketika mengikuti debat capres di pemilu 2019 lalu (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Jakarta, IDN Times - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tak menampik bahwa ia masih berminat untuk maju dalam Pemilihan Presiden 2024 mendatang. Jika maju, ini akan menjadi yang keempat kalinya Prabowo ikut kontestasi pemilihan presiden.

Namun, ia terlihat tak ingin terburu-buru mendeklarasikan diri sebagai calon presiden untuk kontestasi demokrasi yang masih digelar 2,5 tahun lagi.

Pertaruhan Prabowo untuk maju lagi dalam Pilpres 2024 akan lebih besar lantaran dalam tiga pemilu sebelumnya, mantan Danjen Kopassus itu tercatat kalah. Selain dua kali kalah ketika melawan Joko "Jokowi" Widodo, Prabowo juga alami kekalahan ketika berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri dalam Pemilu 2009 lalu. 

"It's not that easy (untuk mendeklarasikan diri maju pilpres). Kita realistislah kan juga ada faktor dukungan. Kita kan gak bisa maju sendiri harus ada teman, dukungan kiri dan kanan juga," ungkap Prabowo ketika  berbicara di program siniar Deddy Corbuzier dan tayang di YouTube pada Minggu, 13 Juni 2021 lalu. 

Lalu, apa masih ada yang mau memilih seandainya Prabowo benar-benar maju sebagai capres untuk kali keempat?

Baca Juga: Viral di Twitter, 10 Foto Prabowo Subianto yang Estetik bak Selebgram

1. Survei SMRC tunjukkan elektabilitas terhadap Prabowo mandek dalam tujuh tahun terakhir

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Hasil survei SMRC pada periode 21 Mei 2021 - 28 Mei 2021 (Tangkapan layar YouTube SMRC)

Meski Prabowo masih ingin menjajal peruntungan di Pilpres 2024, tetapi elektabilitasnya dalam tujuh tahun terakhir malah stagnan alias mandek. Hal itu diketahui dari survei yang dilakukan oleh SMRC pada 21-28 Mei 2021 lalu. 

Dari 1.220 responden yang turut berpartisipasi, elektabilitas Prabowo mentok di angka 20 persenan sejak tujuh tahun terakhir. Manajer Program SMRC, Saidiman Ahmad mengatakan, stagnannya elektabilitas Prabowo dimulai pada periode Oktober 2015 hingga Mei 2021. 

"Elektabilitas Prabowo tidak banyak berubah secara signifikan dalam 7 tahun terakhir," ungkap Saidiman melalui keterangan pers secara virtual pada Minggu, 13 Juni 2021 lalu. 

Pada Desember 2015, angka elektabilitas Prabowo naik menjadi 21,2 persen. Lalu pada Maret 2016 malah turun menjadi 17,9 persen.

Hingga November 2016, angka elektabilitas Prabowo tak banyak naik signifikan karena cuma berada di angka 18,2 persen. Begitu pula hingga September 2017, yang hanya naik menjadi 18,5 persen.

Elektabilitas terhadap Prabowo sempat naik signifikan pada Mei 2018 hingga mencapai 23,8 persen. Namun, angka itu turun drastis pada Maret 2020 menjadi 19,5 persen, sebelum kemudian kembali naik terakhir menjadi 21,5 persen pada Mei 2021.

"Ini menjadi persoalan serius bagi Prabowo, karena sudah berkali-kali muncul sebagai pemimpin nasional tetapi mengalami persoalan pada stagnasi," kata dia lagi. 

2. Partai Gerindra belum putuskan secara resmi untuk usung Prabowo

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Sementara, Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum menentukan secara resmi siapa yang akan diusung oleh Partai Gerindra dalam Pilpres 2024. Meski dalam survei yang dilakukan oleh SMRC, nama Prabowo unggul di jajaran teratas sebagai calon presiden yang bakal dipilih oleh publik bila pemilu digelar sekarang. 

Ketika disodori 15 nama capres, sebanyak 24,4 persen dari 1.220 responden memilih Prabowo. Di posisi kedua, capres yang bakal dipilih oleh publik adalah Ganjar Pranowo dengan perolehan suara 15,7 persen. Di posisi ketiga, adalah Gubernur Anies Baswedan dengan raihan suara 14,3 persen. 

Namun, Gerindra tidak bisa mengajukan capres seorang diri. Mereka harus berkoalisi lantaran tak memenuhi standar presidential treshold di mana minimal harus memiliki 20 persen suara secara nasional untuk bisa mengusung capres. Satu-satunya partai yang bisa mengajukan capres tanpa perlu berkoalisi yakni PDI Perjuangan. 

Sejak pemberian gelar professor kehormatan dari Universitas Pertahanan kepada Mega, kemudian ramai dikaitkan pemberian gelar akademik tersebut bermotifkan politik. Prabowo ingin melobi Mega agar bisa berpasangan kembali untuk kali kedua pada 2024 mendatang. Tetapi, menurut Dasco, persepsi itu sah-sah saja. 

"Dalam politik, orang boleh menganalisa apa saja. Tapi, di Gerindra sendiri hal tersebut belum diputuskan dan kebiasaan di kami ada forum yang khusus (membahas itu). Itu pun tidak dilakukan di awal-awal. Kami sedang fokus konsolidasi partai," kata Dasco pada Senin (14/6/2021), seperti dikutip dari akun media sosialnya. 

Baca Juga: Pentagon Bersiap Menyambut Kedatangan Prabowo Subianto

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya