TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Skenario di BaIik Ibu Negara Ikut dalam Misi Kemanusiaan ke Ukraina

Jokowi ingin tunjukkan RI tulus upayakan perdamaian

Ibu Negara Iriana Jokowi memberikan bantuan kemanusiaan kepada Pusat Ilmiah dan Bedah Endokrin, Transplantasi Organ dan Jaringan Endokrin Ukraina pada 29 Juni 2022. (Dokumentasi Biro Pers Istana)

Jakarta, IDN Times - Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), Andi Widjajanto, mengungkap sejak awal pemerintah memang melibatkan Ibu Negara Iriana Jokowi untuk ikut berangkat ke Kyiv dan Moskow.

Iriana, kata Andi, adalah simbol dan pesan kepada Ukraina dan Rusia, bahwa Pemerintah Indonesia serius untuk mengupayakan perdamaian. 

"(Kehadiran Iriana) untuk mempertegas bahwa Indonesia berangkat ke Ukraina dan Rusia, semata-mata untuk misi perdamaian. Presiden Jokowi tak memiliki kepentingan apapun," ujar Andi ketika berbicara kepada stasiun Metro TV pada Minggu, (3/7/2022). 

Ia menjelaskan untuk membuka jalan menuju upaya perdamaian, maka salah satu caranya bisa menggunakan koridor kemanusiaan. "Melalui koridor kemanusiaan, pengungsi bisa ditarik keluar dari wilayah perang atau bantuan-bantuan kemanusiaan bisa masuk melalui koridor kemanusiaan itu," tutur dia. 

Iriana hadir di Kyiv dengan memberikan obat-obatan ke rumah sakit menjadi simbol agar upaya perdamaian semakin diperkuat. Sehingga, upaya gencatan senjata pada akhirnya bisa dicapai. 

Keberanian Jokowi ikut membawa ibu negara dalam misi perdamaian di Ukraina dan Rusia dipuji oleh sejumlah pihak. Sebab, ia menjadi pemimpin negara pertama yang berani mengajak pasangannya untuk menyaksikan langsung dampak peperangan di Ukraina. 

Saat berada di Kyiv, Iriana terekam kamera secara simbolis menyerahkan bantuan obat-obatan bagi rumah sakit. Total bantuan yang diberikan Pemerintah Indonesia kepada Ukraina mencapai 5 juta dolar Amerika atau setara Rp74,5 miliar. Dikutip dari akun media sosial KBRI Kyiv, selain dalam bentuk obat-obatan, bantuan juga diberikan dalam bentuk alat kesehatan.

Bantuan dari Indonesia diterima langsung oleh Menteri Kesehatan Ukraina, Viktor Liashko. "Dengan bismillah, saya mendampingi Bapak, moga-moga peperangan ini segera berakhir karena saya sangat merinding melihatnya," ujar Iriana seperti dikutip dari situs Sekretariat Kabinet, 30 Juni 2022. 

Mengapa Jokowi harus bersusah payah dan mengambil risiko terbang langsung ke Kyiv dan Moskow?

Baca Juga: Misi Tak Biasa Jokowi, Upayakan Gencatan Senjata Rusia vs Ukraina

1. Rencana kunjungan Jokowi ke Kyiv dan Moskow sudah disusun sejak Februari 2022

Pengamanan super ketat yang terus melekat ke Presiden Joko "Jokowi" Widodo selama berkunjung ke Ukraina dan Rusia. (Dokumentasi Biro Pers Istana)

Lebih lanjut, Andi menjelaskan bahwa rencana kunjungan Jokowi ke Kyiv dan Moskow sudah mulai disusun sejak akhir Februari 2022. Saat itu, Rusia baru melakukan operasi spesial militernya ke Ukraina. 

Pemerintah Indonesia, kata Andi, khawatir bila perang terus berlarut-larut maka dapat berdampak ke perhelatan KTT G20 November mendatang di Nusa Dua, Bali. Apalagi Rusia merupakan bagian dari G20. 

"Selain itu, kami khawatir perang ini bisa memicu inflasi global, krisis pangan dan energi. Lalu, opsi-opsi dibuat di pemerintahan," tutur pria yang pernah menjabat sebagai Menteri Sekretaris Kabinet itu. 

Kini, opsi yang tengah ditempuh oleh pemerintah yaitu mengupayakan gencata senjata antara Rusia dan Ukraina. Di waktu yang bersamaan, pemerintah berusaha mencari solusi untuk memecahkan krisis komoditas terutama pangan dan energi. 

"Kami juga berusaha mengembalikan dan menormalisasi KTT G20. Kami tetap mengundang Rusia hadir. Diharapkan ketika itu, kondisi sudah lebih baik. Sehingga Rusia dan negara anggota G20 lainnya ikut hadir di Bali. Secara khusus kami juga mengundang Ukraina," katanya. 

Namun, hingga kini, baik Presiden Vladimir Putin dan Presiden Volodymyr Zelenskyy belum dapat memastikan kehadirannya secara fisik. Zelenskyy mengatakan akan hadir ke Bali bila kondisi keamanan di negaranya sudah lebih kondusif. 

2. Pemerintah memprediksi eskalasi peperangan di Ukraina makin naik memasuki musim panas

Presiden Joko "Jokowi" Widodo menjabat tangan Presiden Rusia Vladimir Putin ketika bertemu di Istana Kremlin, Moskow pada 30 Juni 2022. (RIA Novosti)

Andi menambahkan jendela peluang itu terbuka lebar ketika Jokowi diundang oleh Presiden Jerman hadir sebagai pemimpin negara tamu di KTT G7. Rencana kunjungan itu semakin dimatangkan pada bulan Mei lalu. 

"Selain itu, juga ada analisa dari pertahanan, bahwa eskalasi perang akan semakin naik ketika memasuki musim panas. Itu adalah kerangka waktu yang ideal secara operasional akan ada ofensif baru. Ketika memperhatikan ada ofensif baru dari Rusia di sekitaran Ukraina di front keempat pada 7 April 2022. Sedangkan, sejak April hingga saat ini, Rusia fokus ke front 1 yang ada di sebelah timur Ukraina," tutur Andi memaparkan. 

Melihat analisa itu, maka Jokowi memutuskan melakukan kunjungan simultan dari Jerman, menuju ke Ukraina dan berakhir di Rusia. 

Baca Juga: Jokowi Terbang ke Ukraina Lewat Polandia, Naik Kereta 12 Jam

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya