TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

10 Maret Hari Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI), Ini Sejarahnya

Selamat Hari Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI)

Logo PARFI (parfi.or.id)

Jakarta, IDN Times - Hari Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) selalu dirayakan setiap tanggal 10 Maret. Organisasi ini didirikan sebagai wadah untuk menaungi para pekerja seni perfilman seluruh Indonesia.

Para pekerja seni perfilman mencakup siapa saja yang pernah bermain film maupun yang ikut terlibat dalam produksi film.

Penasaran dengan sejarah awal berdirinya organisasi PARFI ini? Berikut ulasan lengkapnya dari IDN Times.

Baca Juga: Perfilman Indonesia Optimis Menuju Endemik, Yuk Kita Dukung!

1. Bermula dari SARI dan PERSAFI

Suryo Sumanto, Ketua PARFI pertama (tokoh.id)

Awalnya, pada 1940, banyak artis yang berkeinginan untuk membentuk organisasi profesi. Maka dari itu, dibentuklah Sarikat Artist Indonesia atau SARI pada saat itu. Anggotanya terdiri dari para pemain sandiwara, penari, sutradara, penyanyi, hingga pelukis. 

Sebelas tahun setelah SARI dibentuk, dibuatlah PERSAFI (Persatuan Artis Film dan Sandiwara Indonesia). PERSAFI merupakan wadah lanjutan setelah SARI. Dalam perjalanannya, PERSAFI juga mengalami kemandulan. Pada 1953, diadakanlah kongres pertama Embrio PARFI yang dilakukan di Manggarai.

2. PARFI resmi berdiri pada 1956

Ibu Fatmawati Soekarno bersama Umar Ismail (kanan) dan Marlon Brando (kiri) (parfi.or.id/)

Setelah diadakannya kongres pertama pada 1953 di Manggarai, kongres kedua akhirnya digelar pada 1956. Kongres ini dihadiri oleh para pemain dan pekerja film. Pada kongres inilah kemudian dibentuk Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI). PARFI didirikan oleh Usmar Ismail, Suryo Sumanto, dan Djamaludin Malik.

Tiga orang tersebut merupakan tokoh kunci dari berdirinya PARFI. Dengan keilmuan yang dimiliki Usmar Ismail, kepiawaian ilmu bisnis yang dimiliki Djamaludin Malik, dan Suryo Sumanto yang merupakan seorang jurnalis sekaligus sastrawan, mereka mampu mendorong kemajuan artis dan perfilman Tanah Air. 

PARFI diresmikan secara formal oleh Ibu Negara Fatmawati Soekarno pada 10 Maret 1956. Organisasi ini menjadi satu-satunya pilihan bagi artis film Indonesia untuk memperjuangkan cita-cita mereka. Cita-cita tersebut sesuai dengan harapan yang disampaikan Usmar Ismail yang  berkata, “dengan film kita bisa memberikan sumbangan pada revolusi Indonesia”.

Baca Juga: Jakarta Film Week, Kebangkitan Industri Kreatif Pasca-Pandemik

3. Lika-liku perjalanan PARFI

Adegan film yang disutradarai Umar Ismail tahun 1954 (parfi.or.id)

Setiap organisasi tidak akan selalu berjalan dengan mulus. Begitu pula yang dialami oleh PARFI. Walaupun para insan film sudah terbukti memiliki rasa kebersamaan yang kuat, selama perjalanannya masih ada tujuan dari PARFI yang belum bisa diwujudkan.

PARFI mendeklarasikan tidak akan terjun berpolitik, tetapi beberapa anggotanya malah terlibat dengan politik. Meskipun demikian, akhirnya PARFI bisa dibebaskan dari cengkraman politik saat itu. 

Selain beranggotakan aktor dan aktris, PARFI pada awalnya juga beranggotakan para bagian produksi, seperti sutradara, produser, penata fotografi, editor, dan kru. Namun kemudian para kru tersebut membentuk organisasinya sendiri, yaitu KFT (Karyawan Film dan Televisi). Hal ini akhirnya membuat PARFI hanya beranggotakan aktor dan aktris film. 

Adanya beberapa pergantian ketua setelah meninggalnya Suryo Sumanto juga sering kali mengalami polemik. Kekacauan internal PARFI ini berlangsung cukup lama, sampai pada akhirnya diadakan Kongres Luar Biasa untuk menyelamatkan PARFI.

4. PARFI kembali bangkit

Alicia Djohar sebagai ketua PARFI (parfi.or.id)

Setelah diadakannya Kongres Luar Biasa, pada 10 Maret 2020, terpilihlah Alicia Djohar sebagai ketua PARFI yang baru. Alicia Djohar memimpin PARFI bersama Gusti Randa, selaku sekretaris umum. Ia akan memimpin PARFI selama masa jabatan 2020 sampai 2025. 

Di masa kepemimpinan Alicia Djohar, PARFI kembali bangkit. Pemerintah Republik Indonesia pun ikut turun tangan dan memberikan pengakuan bahwa PARFI merupakan organisasi yang sah di mata hukum perundangan yang berlaku di Republik Indonesia. 

Pada era Alicia Djohar ini, mulai banyak anggota baru yang mendedikasikan dirinya untuk perkembangan organisasi. Anggota-anggota tersebut diambil dari kalangan profesional yang tidak hanya bekerja sebagai aktor maupun aktris saja, tetapi juga memahami dunia perfilman. 

Banyak pula terobosan-terobosan baru seperti mengakomodir perkembangan dunia milenial. Selain itu, mereka juga menyesuaikan diri dengan hadirnya platform media baru seperti Youtube, OTT, Bioskop Digital Online, dan lain sebagainya.    

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya