Kepala Geologi: Indonesia Harus Bisa Ajarkan Dunia Atasi Kebencanaan
Indonesia bisa belajar dari beragam bencana
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Eko Budi Lelono, mengatakan bencana alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kondisi geologi.
Sedangkan, salah satu tugas Badan Geologi yaitu melakukan upaya mengurangi risiko kebencanaan geologi seperti gunung api, gempa bumi, tsunami, pergerakan tanah, longsor, dan lain sebagainya.
“Sebetulnya bencana-bencana itu adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kondisi geologi di Tanah Air kita. Pada prinsipnya bagaimana sebetulnya kita mampu mengenali yang utama adalah potensi yang ada, yang di satu sisi potensi geologiannya, potensi sumber daya alamnya yang sebenarnya geologi. Kita juga dianugerahi oleh berbagai macam sumber daya geologi ada migas, batu bara, mineral, panas bumi, dan yang lainnya," kata Eko dalam webinar Puncak Peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2022 di Kantor Bupati Sleman, Yogyakarta, Senin (25/4/2022).
"Seperti yang disampaikan pak kepala BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), kita seperti supermarket (bencana) ya, tapi intinya bagaimana dari supermarket ini kita bisa belajar mengatasi kebencanaan ini mulai dari mitigasi, sampai dengan penanganan pasca-kebencanaan ini. Sehingga besar kebencanaan tadi bisa mengajarkan kepada dunia bagaimana Indonesia bisa menangani masalah kebencanaan ini,” sambung Eko.
Baca Juga: Kepala BNPB Suharyanto: Indonesia Supermarket Bencana
1. Badan Geologi Kementerian ESDM siapkan balai guna awasi 24 jam aktivitas Gunung Merapi
Terkait kasus Gunung Merapi, Eko mengungkapkan, pihaknya telah menyiapkan perwakilan di Merapi yakni Balai Penyelidikan dan Perkembangan Teknologi Kegunungapian, yang bertugas 24 jam mengawasi aktivitas Merapi.
“Balai ini memang sudah lama ya terbentuk dan memang dengan kondisi Merapi saat ini ya di mana Merapi ini frekuensi erupsinya dan mungkin intensitasnya cukup besar, di sisi lain masyarakatnya padat di sekitar Merapi. Sehingga kombinasi ini memang membahayakan kehidupan masyarakat warga setempat,” ungkap dia.
Baca Juga: Alasan Pemerintah dan DPR Setop Revisi UU Penanggulangan Bencana