TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Malam Mencekam di Kampung Sumur Saat Tsunami Menerjang Banten

Warga Sumur berteriak dan berlari saat tsunami Banten

Oji Paoji/WWF Indonesia

Jakarta, IDN Times – Sabtu malam, 22 Desember 2018, menjadi malam tak terlupakan bagi Oji Paoji. Malam itu, staf WWF ini baru saja tiba di rumahnya di wilayah Ujung Kulon, Banten.

Baru sekitar satu jam beristirahat, tiba-tiba sejumlah orang di Kampung Sumur, yang tak jauh dari rumahnya, berteriak ketakutan mengatakan ada tsunami.

Tidak ada gempa, yang menjadi pertanda umum sebelum tsunami, tentu saja membuat Oji tidak percaya begitu saja teriakan warga itu. Namun, setelah semakin banyak teriakan termasuk teman-temannya, dan orang-orang dilihatnya berlari mencari perlindungan ke tempat yang lebih tinggi, Oji tergerak dan langsung melaju dengan motornya ke Kampung Sumur, sebuah permukiman di pinggir laut di Kecamatan Sumur, Banten.

Malam itu juga Oji mengetahui banyak teman-temannya dan juga keluarga mereka hilang disapu tsunami. Begitu juga wisatawan yang tengah menginap di hotel dekat pantai Kampung Sumur.

Baca Juga: Rekam Jejak Gunung Anak Krakatau Hingga Picu Tsunami Banten

1. Tiga kali gelombang laut naik ke darat

Doc. Susi Air

Oji mengungkapkan baru menyadari peristiwa tsunami benar-benar terjadi setelah melihat air laut yang naik ke daratan dan merusak sejumlah bangunan. Bahkan ia merasakan 3 kali gelombang tsunami yang naik ke darat, meski gelombang tersebut tidak sedahsyat gelombang pertama.

"Saat saya sampai di Sumur, air lautnya sudah mulai surut, tapi masih ada 3 gelombang lagi tapi gak setinggi pertama,” kata Oji kepada IDN Times, Minggu (23/12) malam.

2. Saat tsunami Kampung Sumur gelap gulita

Saat peristiwa tsunami itu, lanjut Oji, situasi dari kampungnya di Ujung Kulon hingga ke Kampung Sumur, situasi gelap gulita karena listrik mati.

"Dari (kampung) Sumur sampai (kampung) Ujung Jaya total mati,” ungkapnya.

Meski demikian, Oji menghilangkan rasa takutnya untuk membantu orang-orang terutama lansia, mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.   

Bersama 2 anggota Babinsa dan beberapa kawannya, Oji mengevakuasi korban selamat menggunakan motornya, sementara korban meninggal dievakuasi menggunakan kendaraan roda empat. 

3. Sambil evakuasi was-was terjadi tsunami susulan

ANTARA NEWS/Asep Fathulrahman

Oji mengungkapkan, pada malam kejadian itu, ia berhasil mengevakuasi 6 korban meninggal, dan banyak korban selamat. 

"Temanku meninggal, banyak warga lokal dan anak-anak meninggal. Teman di Sumur 4 orang meninggal,” kata Oji.

Pada malam itu, sambil mengevakuasi Oji juga dihantui perasaan was-was akan ada tsunami susulan. Rasa khawatir dan minimnya penerangan yang hanya mengandalkan lampu HP, membuat Oji juga mengungsi. 

4. Warga Kampung Sumur berlari menyelamatkan diri ke bukit

Oji Paoji/WWF Indonesia

Situasi saat tsunami benar-benar panik dan mencekam. Warga berteriak di tengah kegelapan, warung-warung hancur, dan orang-orang sibuk menyelamatkan diri sendiri.

Oji bersama temannya juga belum fokus untuk mengevakuasi korban meninggal, karena masih berusaha menyelamatkan korban yang masih hidup. Pada pukul 03.30 WIB, warga kembali ribut dan panik setelah tersiar kabar akan ada tsunami susulan. Karena was-was, Oji pun akhirnya ikut mengungsi.

Oji mengaku kembali ke rumahnya di kawasan Ujung Kulon, pukul 4.30 WIB. Setelah istirahat sejenak, pagi harinya, pukul 07.00 WIB, dia kembali melanjutkan evakuasi korban.

Baca Juga: Sutopo Akui Sempat Salah Beri Info Soal Tsunami Banten, Apa Sebabnya?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya