TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jokowi Dinilai Tak Konsisten, Bisa Saja  Jabat Presiden 3 Periode

Refli Harun mencontohkan larangan rangkap jabatan menteri

Presiden Jokowi memberi sambutan di Musyawarah Nasional VI Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia di Istana Negara, Jakarta Pusat (Dok. Biro Pers Kepresidenan)

Jakarta, IDN Times - Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun mengatakan keputusan Presiden Joko "Jokowi" Widodo yang menolak jabatan tiga periode bisa berubah di kemudian hari. Sebab, ia menilai Jokowi adalah seorang politikus yang konsistensinya diragukan.

Dia mencontohkan soal larangan rangkap jabatan di kabinet. Larangan itu saat ini seakan tak berlaku melihat banyaknya menteri kabinet yang rangkap jabatan sebagai ketua umum partai politik.

"Pada periode kedua kita tahu Airlangga jadi ketum partai, Prabowo, kemudian Suharso, bahkan Moeldoko bisa mengambil alih kepemimpinan partai ketika masih sebagai KSP. Nah, ini menunjukkan bahwa inkonsistensi politisi itu bisa dilihat dari sisi positif dan negatif," ujar Refly dalam diskusi Polemik Trijaya FM, Sabtu (20/3/2021).

Baca Juga: KSP: Jokowi Gak Minat Jabat Presiden 3 Periode tapi Terserah MPR

1. Dikhawatirkan orang-orang di sekitar Jokowi yang ingin jabatan presiden 3 periode

Twitter/@KSPgoid

Refly menerangkan, soal masa jabatan presiden tiga periode, yang perlu dikhawatirkan adalah orang-orang di sekililing Jokowi. Ia menambahkan, Jokowi mungkin tak ingin jabatan tiga periode, melainkan orang-orang di lingkarannya yang bisa saja menghendaki hal itu.

"Ya mungkin saja saat ini tidak ada keinginan dari Jokowi untuk memperpanjang masa jabatannya lebih dari dua periode, tetapi yang saya khawatirkan ada pihak eksternal yang memaksa Presiden Jokowi untuk berpikir bahwa dialah yang cocok untuk menjadi presiden lagi," tutur Refly.

2. Diduga jabatan presiden 3 periode bisa diloloskan karena banyak orang ingin tetap berada di lingkar kekuasaan

Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Wapres Ma'ruf Amin memperkenalkan jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju di tangga beranda Istana Merdeka, Jakarta, pada 23 Oktober 2019. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Refly melanjutkan, munculnya wacana jabatan presiden lebih dari dua periode karena orang-orang ingin terus berada di lingkar kekuasaan. Sehingga, terkesan hanya presiden itulah yang terbaik dan tidak ada regenerasi.

"Jadi watak orang-orang di sekitar kekuasaan atau orang-orang yang katakanlah 'relasi kekuasaan' menikmati kekuasaan hari ini atau tidak ingin mengubah konstelasi kekuasaan hari ini, selalu berpikir bahwa siapa yang menjabat sekarang, itulah yang dianggap terbaik," jelas Refly.

"Padahal kan tidak begitu, kita harus yakin kepada regenerasi republik ini kan," lanjutnya.

Baca Juga: Skenario yang Bisa Diambil Jika Pembahasan Presiden 3 Periode Lolos

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya