TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jokowi Sindir Golkar Banyak Faksi, Akbar Tanjung dan Idrus Marham Buka Suara

Jokowi menyebut ada lima faksi di Golkar

IDN Times/Linda Juliawanti

Laporan Teatrika Handiko Putri dan Linda Juliawanti

Jakarta, IDN Times - Presiden Joko Widodo atau Jokowi sempat menyindir banyak faksi atau kubu di internal Partai Golkar dalam sambutan pembukaan musyawarah nasional luar biasa (Munaslub) Golkar, Senin malam, 18 Desember.

Jokowi menyebut ada lima faksi di internal Golkar yakni Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie, Akbar Tanjung, Luhut Binsar Pandjaitan, dan Agung Laksono.

Baca juga: Aksi 'Stand-up Comedy' Jokowi saat Buka Munaslub Golkar

1. Tidak pernah menganggap kader sebagai faksi

IDN Times/Linda Juliawanti

Wakil Dewan Pembinan DPP Partai Golkar Akbar Tanjung mengaku tidak pernah menyebut kader-kader Golkar yang dekat dengannya, termasuk dalam kelompoknya atau faksinya. Walau pun dirasa wajar apabila senior partai memiliki kader-kader sendiri, namun dirinya tetap mengakui dia tidak pernah mengumumkan secara eksklusif.

“Ya kita sih tidak pernah menyebut ada faksi. Kedua, tidak bisa juga dikatakan secara eksklusif, ada faksi JK, faksi saya, faksi yang lain,” kata Akbar dalam acara Munaslub Golkar, Senayan, Selasa (19/12). 

2. Aturan dalam perbedaan Golkar

IDN Times/Linda Juliawanti

Menurut Akbar walaupun ada perbedaan, dalam kepemimpinan Golkar bisa melakukan managemen dengan baik untuk partainnya ke depan.

“Menurut pandangan saya, managemennya itu melalui aturan-aturan organisasi, dan semua itu harus patuh pada aturan-aturan yang sahih,” kata Akbar.

Kendati, aturan-aturan tersebut tidak mengurangi kebebasan. Kebebasan akan tetap diberikan namun tidak menyalahi aturan.

 Baca juga: 3 Guyonan Jokowi saat Pidato Pembukaan Munaslub Golkar

3. Golkar harus miliki managemen konflik

IDN Times/Linda Juliawanti

Akbar mengatkan perbedaan-perbedaan di Golkar sejatinya akan bermuara pada satu perbedaan yang tajam, maka perlu adanya managament of conflict di dalam partainya.

“Dengan adanya suatu kemampuan melakukan management of conflict, saya yakin itu bisa teratasi,” kata dia.

Oleh karena itu, Akbar menambahkan, management konflik di dalam Golkar sangat penting, terutama dalam organisasi politik.

4. Ibarat Lokomotif

Ketua DPP Bidang Organisasi dan Keanggotaan Partai Golkar Ibnu Munzir tak menampik ucapan Jokowi, yang menyebut partainya terdiri dari faksi-faksi besar. Dia mengibaratkan kelompok-kelompok tersebut sebagai lokomotif. 

"Istilahnya lokomotifnya di sini tetapi dalam proses penerapannya ada akhirnya bisa cair. Jadi gini, lokomotifkan di belakang terdiri dari banyak gerbong, nah gerbongnya nyatu juga, kan? Kira-kira begitu," ujar Ibnu di sela-sela Munaslub di JCC Senayan, Jakarta, Selasa.

Baca juga: Partai Golkar Dukung Joko Widodo di Pilpres 2019. Ini Alasannya

Untuk itu, Idrus mengimbau agar kader Golkar berpikir dan mengembangkan paradigma dengan visi membesarkan partai. Sehingga nantinya seluruh gerbong secara representative ada yang mewakili dan masuk dalam kepengurusan.

"Saya tidak pernah mengatakan harus jadi apapun, silakan semua dengan memperhatikan potensi kader untuk bersama-sama memajukan Partai Golkar," tegas Idrus.

5. Jangan ada gerbong yang kuasai Golkar

Senada dengan Ibnu Munzir, Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham juga mengibaratkan faksi-faksi di partainya sebagai sebuah gerbong kereta.

Namun, Idrus mengimbau agar tida ada 'gerbong' yang berniat menguasai Golkar. Sebab, jika terjadi keinginan menguasai parai, akan terjadi konflik.

"Saya katakan jangan satupun di antara gerbong-gerbong itu yang berniat untuk menguasai Golkar. Yang perlu kita kembangkan adalah visi membesarkan Golkar, kalau menguasai Golkar gerbong yang berkuasa gerbong b, c, d, e, f, dan seterusnya ini harus dihabisi. Karena boleh jadi dianggap mengganggu kekuasaannya," papar dia.

Baca juga: Aksi 'Stand-up Comedy' Jokowi saat Buka Munaslub Golkar

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya