TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Masuki Normal Baru, Moeldoko: Pemerintah Tak Ingin Korbankan Rakyat 

Faktor ekonomi dan kesehatan dianggap sama pentingnya

Kepala Staf Kepresiden Dr. Moeldoko audiensi dengan Komisioner BP-TAPERA di Gedung Bina Graha, Jakarta, Kamis (11/6) (Dok. KSP)

Jakarta, IDN Times - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan dalam mengatasi pandemik COVID-19, pemerintah sama-sama mengedepankan kesehatan masyarakat dan ekonomi. Oleh sebab itu, pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), tidak akan mengorbankan kesehatan warga. 

Pemerintah, kata Moeldoko, tetap ingin masyarakat merasa produktif dan aman di waktu yang bersamaan. Oleh sebab itu, protokol kesehatan tetap diberlakukan secara ketat. 

Bagaimana strategi pemerintah untuk menciptakan rasa aman tersebut?

Baca Juga: Ridwan Kamil Jabarkan Protokol Kesehatan di Mal untuk New Normal

1. Pemerintah ingin masyarakat kembali produktif tanpa mengorbankan kesehatan mereka

Dok.Kantor Staf Presiden

Memasuki tatanan normal baru, ujar Moeldoko, pemerintah tetap menginstruksikan agar protokol kesehatan diterapkan. Moeldoko mengatakan, pemerintah ingin masyarakat kembali produktif tanpa harus mengorbankan rakyat.

Tatanan baru sudah dimulai sejak (8/6) lalu yang ditandai sebagian pekerja sudah mulai masuk ke kantor. Namun, di hari pertama, penumpukan penumpang kereta api justru sudah terlihat di Stasiun Bogor. Mereka harus antre untuk bisa masuk ke stasiun tanpa memperhatikan jaga jarak. 

“Pemerintah sama sekali tidak ingin mengorbankan rakyat. Prioritas adalah menuntaskan COVID-19 tapi faktor sosial dan ekonomi tak boleh diabaikan,” kata Moeldoko dalam Webinar series "Leadership in The Time of Crisis" yang diselenggarakan Universitas Paramadina, Kamis (11/6).

2. Moeldoko katakan butuh sinergi satu sama lain untuk menuntaskan pandemik

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko saat menghadiri Webinar series "Leadership in The Time of Crisis" yang diselenggarakan Universitas Paramadina, Kamis 11 Juni 2020 (Dok.Kantor Staf Presiden)

Moeldoko menyampaikan untuk bisa menuntaskan pandemik butuh sinergi satu sama lain. Sayangnya, koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah justru mencerminkan hal yang sebaliknya. Bahkan, Sosiolog dari Universitas Nanyang Technological, Sulfikar Amir, mengatakan Indonesia terlalu memaksakan diri untuk memasuki keadaan normal baru. 

“Pandemik ini hal yang luar biasa. Butuh sinergi dan kolaborasi dengan Pemda mengingat tantangan geografis dan populasi di Indonesia,” tutur Moeldoko.

Baca Juga: Pakar: Indonesia Terlalu Memaksa New Normal saat Kondisi Gawat

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya