Waspada Sepeda Aspal di Pasar Rumput
Jangan sampai niatnya cari untung malah buntung
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Babeh, demikian orang menyapanya. Lelaki paruh baya itu berdiri di tengah deretan sepeda yang ia jual. Siang itu Babeh mengenakan kemeja hitam dan jaket kuning. Dia merupakan satu dari sekian banyak penjual sepeda bekas di Pasar Rumput, Manggarai, Jakarta Selatan.
Setelah hujan mengguyur Ibu Kota, Babeh sibuk menata sepeda yang sedari tadi dia pinggirkan. Babeh tidak memiliki toko. Dia memanfaatkan halaman depan dari ruko yang tidak lagi terpakai. Ada sekitar tujuh sepeda yang siap ia tawarkan kepada para pembeli.
Babeh dengan sabar menanti para peminat sepeda yang semakin banyak di tengah pandemik COVID-19. Babeh dengan sigap mendatangi mereka yang tercuri pandang oleh barang dagangannya.
“Yang (sepeda lipat) United Rp1,4 juta,” kata Babeh kepada saya, Kamis (2/7/2020), yang saat itu mendekati sepeda dengan tulisan United Jumper.
“Gak bisa kurang Beh?” kata saya menimpali.
“Gak bisa, udah bagus itu barangnya,” jawabnya dengan cepat. Di jemarinya terselip rokok. Suaranya tidak terlalu kencang. Mungkin juga karena kebisingan angkutan umum dan banyaknya kendaraan yang hilir-mudik.
Baca Juga: Daftar 4 Sepeda Cervelo Termurah yang Bisa Jadi Pilihanmu
Setelah berada di sana lebih dari satu jam, saya makin paham, ternyata bengkel itulah yang menjadi pemasok bagi Babeh. Sepeda yang telah selesai dirangkai tengah dinaiki oleh seorang perempuan untuk dicoba. Apakah gowesan atau stang sepeda dalam kondisi baik? Setelah dirasa aman, barulah sepeda itu dibariskan dengan barang yang dijajalkan Babeh.
Stang, rangka, gear, ban, jalu hingga rantai mereka rangkai dari sepeda-sepeda bekas yang tertumpuk. Sentuhan terakhirnya adalah membersihkan sepeda dan menempelkannya dengan stiker merek tertentu.
Setiap harinya, setidaknya Babeh mampu menjual satu sepeda. Seiring tren naik sepeda yang kembali mendapatkan momentum, dia bahkan mengaku mampu menjual 5-10 sepeda pada akhir pekan. Jika rata-rata harga sepeda yang dia jual adalah Rp1,4 juta dan dia mampu menjual satu unit setiap hari, maka setiap minggunya dia bisa mengantongi, sekurangnya Rp9,8 juta.
“Ya Alhamdulillah lagi banyak yang beli sekarang,” katanya.
1. Babeh menjual sepeda rakitan yang ditempeli stiker produk tertentu
Saya mulai mengamati baik-baik sepeda United yang ditawarkan Babeh. Sepintas, memang terlihat seperti sepeda United bekas. Namun, setelah diamati dalam-dalam, lebih terlihat seperti sepeda rakitan dengan tempelan stiker bertuliskan United.
“Ini rakitan ya Beh?” tanya saya untuk mengonfirmasi dugaan itu.
“Iya,” ucapnya singkat, sambil menganggukkan kepala. Babeh memang terlihat tidak banyak bicara.
Saya penasaran dari mana Babeh mendapatkan komponen-komponen sepeda untuk dirakit. Dia menceritakan, banyak sepeda bekas yang ia beli untuk dirakit ulang. Proses perakitan mulai dari mengganti komponen yang rusak, pengecatan ulang, hingga ditempeli stiker produk sepeda yang populer di kalangan konsumen.
Tepat di belakang Babeh, terlihat dengan jelas sekumpulan orang yang sibuk memperbaiki sepeda. Tampak seperti bengkel. Di sampingnya ada tumpukan sepeda bekas yang tidak layak pakai.
Baca Juga: Isu Sepeda Kena Pajak, AIPI: Mau Masyarakat Gak Sehat?