TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gagal 3 Kali, Kemenangan Prabowo Tergantung Lawan di Pilpres 2024?

Prabowo harus pilih cawapres mampu dongkrak elektabilitas

Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto (ANTARA/HO-Tim Media Prabowo Subianto/pri.)

Jakarta, IDN Times - Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI), Karyono Wibowo, menilai kemenangan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 bergantung pada sosok kompetitornya.

Karyono menjelaskan, perkiraan tersebut muncul berdasarkan hasil dari berbagai lembaga survei yang menunjukkan elektabilitas Prabowo cenderung menurun.

Baca Juga: Prabowo Pakai Baju Betawi, Menkumham Baju Bali, Ini Penampilannya 

Baca Juga: Prabowo Dibuat Grogi Cak Imin di Rapimnas Gerindra

1. Elektabilitas Prabowo mengalami tren penurunan ketimbang 2019

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Elektabilitas Prabowo jelang Pilpres 2024 mengalami penurunan ketimbang Pilpres 2019. Meski begitu, elektabilitas Menteri Pertahanan (Menhan) tersebut saat ini masih terbilang kuat.

"Tergantung nanti kompetitornya siapa, tapi yang pasti kalau kita lihat elektabilitasnya Prabowo itu cenderung menurun kalau dibandingkan elektabilitasnya di 2019. Itu terkonfirmasi ketika sejumlah lembaga survei mainstream menunjukkan bahwa elektabilitas Prabowo terus menurun, meskipun masih kuat," ujar Karyono saat dihubungi IDN Times, Jumat (19/8/2022).

Baca Juga: Prabowo Sindir Ada yang Masuk Parpol Tapi Mau Langsung Jadi Pimpinan

2. Ganjar masih ungguli survei capres 2024

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (Instagram.com/@ganjar_pranowo)

Karyono menuturkan, berdasarkan survei elektabilitas calon presiden (capres) 2024, untuk sekarang masih diungguli Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Oleh sebab itu, dia menilai, apabila Prabowo ingin memenangkan Pilpres 2024, maka harus mencari calon wakil presiden (cawapres) yang mampu mendongkrak elektabilitasnya.

"Tapi dari sejumlah survei itu elektabilitas Prabowo dilampaui Ganjar Pranowo, justru tren elektabilitas Ganjar naik, berbanding terbalik dengan Prabowo yang terkonfirmasi elektabilitasnya cenderung menurun. Jadi tergantung juga siapa pasangannya (Prabowo) atau cawapresnya," tutur dia.

"Cawapres prabowo harus memberi kontribusi dukungan atau elektabilitas siginifikan, jadi dia harus hati-hati memilih, karena elektabilitas Prabowo sendiri sudah mengalami tren penurunan," sambung Karyono.

Baca Juga: Cak Imin Bawa-bawa Gus Dur saat Beri Pantun Pujian untuk Prabowo 

3. Prabowo harus memilih cawapres yang bisa dongkrak elektabilitas

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar usai melakukan pertemuan di Kertanegara, Jakarta, Sabtu (18/6/2022). (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Sebaliknya, kata Karyono, jika Prabowo salah memilih cawapres maka akan semakin kecil kemungkinan menang. Sebagai contoh apabila Prabowo memilih Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin yang elektabilitasnya masih rendah, maka tentu tidak akan memberikan efek elektoral signifikan.

"Misalnya Muhaimin, itu juga tidak memberikan kontribusi elektabilitas yang signifikan. Karena elektabilitas Muhaimin ketika diuji cawapres juga masih rendah, jauh dibawah Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, Erick Thohir. Jadi agak sulit memenangkan Pilpres 2024 kalau pasangannya tidak tepat, tidak memberikan efek elektoral yang signifikan," tutur dia.

4. Prabowo tiga kali ramaikan pemilu

IDN Times/Irfan Fathurohman

Sebagaimana diketahui, Prabowo terhitung sudah tiga kali mengikuti pemilihan presiden dan wakil presiden dengan Gerindra sebagai kendaraan politiknya.

Pertama, pada 2009, Prabowo menjadi cawapres dari capres Megawati Soekarnoputri. Kemudian Pilpres 2014, Prabowo kembali maju Pilpres. Namun kali ini dia maju sebagai calon presiden. Sementara cawapresnya adalah Ketum PAN Hatta Rajasa.

Pada Pilpres 2019, Prabowo kembali maju sebagai capres. Kali ini Prabowo maju berpasangan dengan Sandiaga Salahuddin Uno melawan Jokowi-Ma'ruf Amin.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya