Trotoar Jakarta Disorot The New York Times, Ini Penyebabnya!
Seburuk itukah berjalan di Jakarta?
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Baru-baru ini, salah satu koran terbitan Amerika yang sangat terkenal, The New York Times, mengeluarkan artikel yang membahas soal ibu kota Indonesia, yakni Jakarta. Dengan mengambil judul Jakarta, The City Where Nobody Wants to Walk, artikel ini menjadi perbincangan publik yang mengomentari jika trotoar di kota Jakarta memang membuat gerah dan malas para pejalan kaki.
Dikutip dari The New York Times, yang dalam topik ini mewawancarai Dita Wahyunita, mengatakan dirinya tidak menyukai berjalan kaki di Jakarta, karena ia merasa trotoar di Jakarta tidak menjamin keamanannya. Tidak hanya digunakan oleh pejalan kaki, trotoar di Jakarta juga sering dialih fungsikan oleh para pengendara motor agar tidak terjebak macet. Hal itulah yang membuat Dita enggan berjalan kaki di trotoar.
Selain perihal keamanan, New York Times juga merangkum hal-hal lain sebagai penyebab minimnya para pejalan kaki di trotoar. Apa saja dan bagaimana kondisi trotoar itu, mari simak dalam uraian berikut.
1. Kondisi Trotoar yang Banyak Lubang
Salah satu faktor yang disebutkan adalah kondisi trotoar yang sempit, dan bahkan, ada lubang-lubang di mana banyak penutup saluran pembuangan yang tidak ada, membuat pejalan kaki harus berhati-hati ketika berjalan di trotoar.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.