Polri: Teroris JAD Lampung Manfaatkan Segala Momentum Untuk Beraksi

Salah satunya, isu people power

Jakarta, IDN Times - Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Pol. Dedi Prasetyo, mengatakan teroris yang tergabung dalam kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Lampung selalu memanfaatkan momentum apa pun dalam melakukan aksinya. Salah satunya, isu people power pada saat pengumuman resmi hasil pemilihan umum pada 22 Mei 2019 mendatang.

Sebelumnya, Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti-Teror Polri telah menangkap delapan orang yang tergabung dalam kelompok teroris JAD Lampung di tiga lokasi berbeda, yakni Bitung, Sulawesi Utara, Bekasi, dan Tegal Timur, Jawa Tengah. Selain itu, diketahui juga kelompok teroris JAD Lampung dipimpin oleh teroris berinisial SL (34).

"Dia (SL) itu membaca konstelasi dan dinamika yang terjadi di masyarakat. Mereka bergerak terus. Dan mereka ketika memanfaatkan momentum misalnya, dalam keterangan yang bersangkutan (SL) akan melihat apabila ada people power yang ada di Jakarta, mereka hajar di dalam," kata Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (8/5).

Baca Juga: 8 Fakta Penangkapan Teroris Kelompok JAD Lampung

1. Teroris JAD Lampung ingin membuat skema serangan yang memicu konflik besar

Polri: Teroris JAD Lampung  Manfaatkan Segala Momentum Untuk BeraksiIlustrasi Terorisme / IDN Times (Sukma Shakti)

Dedi menerangkan, kelompok teroris itu telah membuat skema serangan untuk menimbulkan kecurigaan antarkelompok saat tejadi aksi people power tersebut. Sehingga, akan terjadi bentrok massa yang besar.

"Bisa suicide bomber, bisa melakukan aksi terorisme yang lain mengakibatkan fatalitas banyak korban yang meninggal. Akhirnya, terjadi kecurigaan di antara kelompok ini dengan kelompok ini. Jadi, saling curiga dan jadi bentrok massa yang lebih keras lagi. Itu yang dimaui oleh mereka," terang Dedi.

"Seperti halnya kejadian di Suriah, kemudian di Irak, kemudian di Malawi. Jadi, menunggu massa chaos dulu. Menunggu massa betul-betul kumpul, meledakkan, ledakan besar, mereka akan ambil alih," kata ia lagi.

2. Kelompok teroris Lone Wolf manfaatkan bulan Ramadan sebagai amaliah

Polri: Teroris JAD Lampung  Manfaatkan Segala Momentum Untuk BeraksiIDN Times/Axel Jo Harianja

Selain itu, Densus 88 kata Dedi juga mengantisipasi hadirnya kelompok teroris Lone Wolf. Salah satu bentuknya, adalah mengantisipasi serangan bom. Bahkan, kelompok ini menjadikan bulan Ramadan sebagai amaliahnya atau ladang mencari amal.

"Dia juga boleh dikatakan berbeda pemikiran terorisme. Dia tidak melihat momentumnya apa, yang penting dia melihat ada peluang, ada kesempatan, dia akan melakukan aksinya secara maksimal. Justru di bulan puasa ini, beberapa pakar terorisme menyebutkan ini merupakan amaliahnya yang cukup efektif untuk melakukan aksi terorisme itu," kata Dedi.

3. Kekuatan kelompok teroris JAD Lampung semakin berkurang

Polri: Teroris JAD Lampung  Manfaatkan Segala Momentum Untuk Beraksi(Ilustrasi. Gaya Densus 88 Antiteror Mabes Polri saat penangkapan terduga teroris) IDN Times/Syahrul Prayuda

Setelah ditangkapnya SL yang merupakan pimpinan kelompok JAD Lampung, Dedi meyakini kemampuan kelompok itu semakin berkurang.

"Kekuatan tentunya akan berkurang ya, setelah SL yang memiliki kemampuan sebagai leader di kelompoknya, yang memiliki kemampuan juga untuk merekrut, dia juga memiliki kemampuan untuk merakit bom. Berkurang (kekuatannya). Satu lagi, si tersangka S yang memiliki kemampuan merakit bom juga sudah diamankan," jelas Dedi.

Akan tetapi, Densus 88 tetap waspada karena kelompok tersebut dikenal memiliki militansi tinggi.

"Namun, tetap kita tidak boleh underestimate (meremehkan), Densus tetap waspada. Kelompok ini memiliki militansi cukup tinggi," kata ia.

Diketahui, Densus 88 menindak delapan orang yang tergabung dalam kelompok jaringan JAD Lampung selama tiga hari berturut-turut, yakni mulai dari Kamis (2/5), Sabtu (4/5), dan Minggu (5/5).

Selain SL, teroris lain yang ditangkap, ialah RH, M, AN (20), MC (28), MI (32), IF alias Samuel (19) dan T (25). Teroris T saat akan ditangkap melakukan perlawanan dengan melempar bom ke arah aparat kepolisian. Akhirnya, polisi melakukan tembakan terukur kepada T. Namun nahas, T tewas di tempat akibat bom yang ia pegang meledak saat itu juga.

Baca Juga: [LINIMASA] Fakta dan Data Arus Mudik Lebaran 2019

Topik:

  • Elfida

Berita Terkini Lainnya