Ki Hadjar Dewantara (Pranata (1959) Ki Hadjar Dewantara : Perintis perdjuangan kemerdekaan Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, p. 87)
Bila mencermati biografi Ki Hajar Dewantara, tentu sadar dengan fakta bahwa ia merupakan keturunan keluarga kerajaan. Beliau adalah cucu dari Pakualam III. Ki Hajar Dewantara muda menempuh pendidikan dasar di ELS, semacam sekolah SD di zaman Belanda.
Kemudian dia melanjutkan studinya ke sekolah dokter khusus putra, STOVIA meski tak berhasil menamatkan pendidikan lantaran sakit. Ki Hajar Dewantara lantas bekerja sebagai wartawan.
Ki Hajar Dewantara pernah menjadi penulis di sejumlah surat kabar seperti Midden Java, Soeditomo, De Expres, Kaoem Moeda, Oetoesan Hindia, Tjahaja Timoer, dan Poesara.
Kepiawaiannya menulis, sifat telaten, penuh komitmen dan ulet, menjadi bekal beliau menjalani karier sebagai jurnalis muda. Dia juga dikenal aktif di sejumlah organisasi sosial dan politik.
Ki Hajar juga pernah bergabung dengan Indische Partij bentukan seorang keturunan asing yang mengobarkan semangat anti-kolonialisme, Douwes Dekker.
Ki Hajar Dewantara muda juga dikenal kritis. Salah satu bentuk kritik pedasnya terhadap pejabat Hindia Belanda kala itu berjudul "Andai Aku Seorang Belanda" atau yang dalam bahasa Belanda "Als ik een Nederlander was". Tulisannya ini membuat dia ditangkap dan diasingkan ke Pulau Bangka.