Makkah, IDN Times - Jemaah haji dari 160 negara di dunia, termasuk Indonesia, selesai melaksanakan puncak haji yang dimulai dari Wukuf di Arafah, kemudian mabit atau menginap di Mina, lempar jumrah hingga Tawaf Ifadah.
Pada Sabtu (2/7/2023) malam hingga Minggu (2/7/203) pagi, jemaah haji berbondong-bondong memasuki Masjidil Haram melaksanakan Tawaf Ifadah (mengelilingi Ka'bah) dan Sai untuk mengakhiri puncak haji. Kondisi di Masjidil Haram pun sangat padat.
Salah satu yang menjadi perhatian selama prosesi puncak haji adalah perjalanan jemaah haji dari tenda-tenda mereka di Mina, menuju Jamarat atau tempat lempar jumrah. Pada prosesi ini, kekuatan fisik jemaah sangat diutamakan karena perjalanan dari tenda atau maktab menuju Jamarat sekitar 3 kilometer, melewati terowongan Mina, dan bila pulang pergi berarti harus menempuh perjalanan 6 kilometer.
Tidak heran pada prosesi di Mina banyak jemaah yang tumbang, terutama lansia. Banyak yang kakinya melepuh, kesasar hingga kehilangan orientasi karena jauhnya perjalanan dan suhu udara yang panas.
Kendati demikian, cerita dari Mina tidak melulu soal perjuangan berat para jemaah menunaikan puncak ibadah haji. Banyak cerita yang mengundang senyum dan kagum, antara lain kisah Mbah Warno.