Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Mbah Warno, jemaah lansia yang melaksanakan haji. (IDN Times/Sunariyah)
Mbah Warno, jemaah lansia yang melaksanakan haji. (IDN Times/Sunariyah)

Makkah, IDN Times - Jemaah haji dari 160 negara di dunia, termasuk Indonesia, selesai melaksanakan puncak haji yang dimulai dari Wukuf di Arafah, kemudian  mabit atau menginap di Mina, lempar jumrah hingga Tawaf Ifadah.

Pada Sabtu (2/7/2023) malam hingga Minggu (2/7/203) pagi, jemaah haji berbondong-bondong memasuki Masjidil Haram melaksanakan Tawaf Ifadah (mengelilingi Ka'bah) dan Sai untuk mengakhiri puncak haji. Kondisi di Masjidil Haram pun sangat padat.

Salah satu yang menjadi perhatian selama prosesi puncak haji adalah perjalanan jemaah haji dari tenda-tenda mereka di Mina, menuju Jamarat atau tempat lempar jumrah. Pada prosesi ini, kekuatan fisik jemaah sangat diutamakan karena perjalanan dari tenda atau maktab menuju Jamarat sekitar 3 kilometer, melewati terowongan Mina, dan bila pulang pergi berarti harus menempuh perjalanan 6 kilometer.

Tidak heran pada prosesi di Mina banyak jemaah yang tumbang, terutama lansia. Banyak yang kakinya melepuh, kesasar hingga kehilangan orientasi karena jauhnya perjalanan dan suhu udara yang panas.

Kendati demikian, cerita dari Mina tidak melulu soal perjuangan berat para jemaah menunaikan puncak ibadah haji. Banyak cerita yang mengundang senyum dan kagum, antara lain kisah Mbah Warno.

 

1. Usia 95 tahun, gesit menyusuri jalur Mina

Mbah Warno, jemaah haji lansia (IDN Times/Sunariyah)

Usianya 95 tahun, sudah sangat senja. Perawakannya kecil dan kurus dimakan usia. Namun Mbah Warno mampu menghapus stigma tentang lansia dengan jalannya yang cepat dan gesit menyusuri jalur Mina menuju tempat lempar jumrah dan kembali ke maktabnya.

"Dari Batang (Jawa Tengah), 95 tahun," jawab Mbah Warno sambil berjalan cepat saat ditanya asalnya.

Jawaban Mbah Warno membuat kami, petugas MCH yang berjalan bareng dengannya terkaget-kaget. Melihat jalannya yang gesit dan tidak terlihat sama sekali rasa lelah dari wajahnya yang sudah berkerut semua, kami tidak menyangka Mbah Warno sudah setua itu.

2. Di Maktab ujung tombak Mina

Area maktab ujung tombak Mina, Makkah (IDN Times/Sunariyah)

Petugas MCH bertemu Mbah Warno di perjalanan saat menyusuri Jalan King Fadh yang merupakan jalur Mina menuju maktab para jemaah, pada Kamis 29 Juni 2023.

Mbah Warno baru selesai melontar jumrah dan hendak ke tendanya di maktab 65. Maktab ini berada persis di atas dekat pos ujung tombak Mina, berhadapan langsung dengan bukit batu. Diperkirakan jarak dari tempat lempar jumrah ke maktab ini sekitar 4 kilometer dengan jalan yang menanjak, sehingga bila pulang pergi Mbah Warno menempuh perjalanan sekitar 8 kilometer. Tapi Mbah Warno tak mengeluh demi mencapai haji mabrur.

Mbah Warno bersama rombongannya 6 orang, di mana beberapa orang di antaranya sudah lansia. Salah satunya Mbah Fatimah yang berusia 80 tahun.

Rombongan Mbah Warno saling bergandengan tangan agar tidak terlepas, 4 orang perempuan dan 2 laki-laki termasuk Mbah Warno.

3. Resep sehat dan bugar Mbah Warno

Maktab jemaah haji Indonesia di Mina (IDN Times/Sunariyah)

Mbah Warno mengenakan baju dan sarung batik dengan dominan warna hitam. Tas paspornya di selempang dan memakai sandal hitam putih dan peci haji putih.

Saat ditanya apa resep sehat dan bugarnya, sambil tersenyum Mbah Warno menjawab, "salawat dan zikir." 

Di Mina ada 72 maktab jemaah haji Indonesia. Maktab 60-72 terletak di atas bukit. Banyak jemaah haji, khusunya lansia mengeluhkan lokasi maktab ini, karena jalanannya yang menanjak.

Editorial Team