Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cerita Pedagang Kaki Lima di Bekasi Kena Pungli Rp600 Ribu Tiap Bulan

Beberapa pedagang 'Starling' di Sekitar Stadion Patriot Bekasi. (IDN Times/Imam Faishal)
Beberapa pedagang 'Starling' di Sekitar Stadion Patriot Bekasi. (IDN Times/Imam Faishal)
Intinya sih...
  • Penjual kopi keliling di Bekasi harus membayar uang kepada ormas setiap hari, untuk keamanan saat berdagang.
  • Beberapa penjual kaki lima lainnya mengaku tetap memberikan sejumlah uang kepada anggota ormas agar tetap dapat mencari nafkah.
  • Ada penjual starling yang hanya mengeluarkan Rp50 ribu setiap bulannya kepada pengurus warga sekitar, namun ada juga yang harus membayar hingga Rp600 ribu kepada beberapa ormas setiap bulan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bekasi, IDN Times - Penjual kopi keliling alias starling kerap ditemukan di sekitar Stadion Patrior Candrabhaga, Kota Bekasi. Mirisnya, mereka harus membayar sejumlah uang kepada seseorang agar tetap dapat menjajakan dagangannya. 

Salah satu penjual kopi yang tidak ingin disebut namanya menceritakan, ia harus mengeluarkan uang sekitar Rp20 ribu per hari kepada kelompok ormas yang ada di Bekasi. 

"Ada orang (nyebut nama suku), mintanya kalau hari biasa Rp20 ribu. Kalau malem Minggu Rp30 ribu," katanya, Jumat (14/2/2025). 

1. Tidak peduli saat gerobaknya diangkut Satpol PP

Beberapa pedagang 'Starling' di Sekitar Stadion Patriot Bekasi. (IDN Times/Imam Faishal)
Beberapa pedagang 'Starling' di Sekitar Stadion Patriot Bekasi. (IDN Times/Imam Faishal)

Dia mengaku, uang tersebut diberikan untuk keamanan saat ia berdagang. Meski begitu, ia mengaku gerobak yang digunakan untuk berjualan tetap diangkut juga oleh petugas Satpol PP. Saat dimintai pertanggungjawaban, orang tersebut berdalih. 

"Pernah (diangkut Satpol PP), udah tiga kali. Tapi yang megang (pelaku pungli) ini mah masa bodo aja. Ada aja alasannya, entah lagi tidur, ga pegang HP, atau HP-nya mati, gitu alesannya," ceritanya. 

Pedagang kaki lima yang sudah berjualan kopi sejak 2020 itu juga mengaku tetap memberikan sejumlah uang kepada anggota ormas itu, agar tetap dapat mencari nafkah. 

"Kita juga ngasih biar kita bisa dagang di sini. Mata pencaharian kita kan di sini, jadi ya udahlah kita kasih-kasih aja," jelasnya. 

2. Diperas dua kelompok ormas

Salah satu penjual 'Starling', Ibeng (49). (IDN Times/Imam Faishal)
Salah satu penjual 'Starling', Ibeng (49). (IDN Times/Imam Faishal)

Tak hanya itu, ada juga anggota ormas lain yang melakukan hal serupa. Mereka meminta Rp2 ribu tiga kali setiap pekan. 

"Ada dua ormas, masing-masing minta Rp2 ribu. Tapi mereka gak tiap hari, cuma Kamis, Jumat, dan Sabtu aja," ungkap dia. 

Jika dihitung dalam sebulan, dia pun harus membayar sekitar Rp600 ribu kepada beberapa ormas. 

"Kalau ormas mah gak keberatan sih, soalnya kami cari aman aja. Cuma gara-gara Rp2 ribu, males berdebat-debatnya," katanya. 

3. Pedagang lainnya hanya dimintai uang oleh pengurus warga

Salah satu penjual 'Starling', Ibeng (49). (IDN Times/Imam Faishal)
Salah satu penjual 'Starling', Ibeng (49). (IDN Times/Imam Faishal)

Sementara, penjual starling asal Cianjur, Ibeng, 49 tahun, mengaku hanya mengeluarkan Rp50 ribu setiap bulannya kepada pengurus warga sekitar. 

"Gak ada (yang minta). Paling RW doang, RW sini. Udah, gitu doang, kecuali Minggu Itu banyak ormas," katanya. 

Ibeng yang telah berjualan sejak 2000 di sekitar Stadion Patriot, juga mengaku tidak pernah memberikan sejumlah uang kepada ormas. Namun, ia tetap membayar uang kebersihan saat berjualan setiap Minggu sebesar Rp3 ribu. 

"Kalau saya mah kalau diminta gak saya kasih. Selain kebersihan gak saya kasih. Kalau yang lain mah banyak sih yang (dimintain)," katanya. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us