Ilustrasi ekonomi yang menurun (sumber: freepik.com)
Dalam penentuan peringkat WCR 2025, terdapat empat komponen utama yang menjadi dasar penilaian, yakni performa pemerintah, efisiensi pemerintah, efisiensi bisnis, serta infrastruktur. Indonesia tercatat mengalami penurunan pada tiga dari empat aspek tersebut. Performa ekonomi cenderung stagnan, sementara efisiensi pemerintah, efisiensi bisnis, dan infrastruktur justru mengalami penurunan.
Adapun untuk meningkatkan performa ekonomi, Indonesia perlu memperkuat daya tarik investasi internasional yang saat ini mengalami penurunan peringkat dari posisi 36 ke 42. Nilai ekspor layanan komersial masih relatif rendah, berada di posisi 63 dari 69 negara. Meskipun demikian, performa ekonomi Indonesia masih memiliki kekuatan utama yang ditopang oleh PDB per kapita dan pertumbuhan PDB riil yang cukup stabil.
Dalam hal efisiensi pemerintah, peringkat kerangka kerja institusional mendapat rapor merah, turun peringkat dari 25 ke 51. Penurunan ini mencerminkan perlunya perbaikan dalam berbagai aspek, seperti struktur biaya yang belum efisien,prosedur membuat perusahaan baru, cadangan mata uang per kapita, sampai tingkat kekuatan paspor Indonesia. Sementara, kekuatan efisiensi pemerintah terletak pada pengumpulan pajak pendapatan serta orang pribadi.
"Efisiensi bisnis Indonesia mengalami penurunan signifikan, dari peringkat 14 ke 25. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi di antaranya, rendahnya ketersediaan tenaga kerja asing yang berkualitas, akses ke layanan finansial, dan tingkat produktivitas keseluruhan tenaga kerja," kata dia.
Sementara itu, di sektor infrastruktur, fokus utama perlu diarahkan pada kemerosotan infrastruktur teknologi yang turun peringkat dari 32 ke 46. Penurunan ini disebabkan oleh sejumlah indikator penting yang masih tertinggal jauh, seperti rendahnya total belanja kesehatan (peringkat 68 dari 69 negara), kurangnya alokasi anggaran pemerintah untuk pendidikan (peringkat 66), jumlah paten yang berlaku (peringkat 66), dan lambatnya kecepatan bandwidth internet nasional yang hanya 28,9 Mbps dari rata-rata 138 Mbps.