RI Bisa Bersaing! Ini Strategi Rachmat Gobel untuk Dongkrak Daya Saing

- Anggota DPR optimistis hubungan Indonesia-Jepang akan tingkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
- Indonesia memiliki keunggulan pasar domestik yang luas dan sumber daya alam, sementara Jepang menghadapi tantangan demografis.
- Strategi mengirim tenaga kerja muda ke Jepang sebagai jaminan bagi investor dan mempercepat perkembangan teknologi di Indonesia.
Jakarta, IDN Times - Anggota Komisi VI DPR Fraksi Partai NasDem Rachmat Gobel optimistis hubungan bilateral Indonesia-Jepang akan membawa dampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini dinilai sebagai langkah penting dalam mempercepat pembangunan nasional menuju negara yang kuat dan berdaya saing global.
"Saya yakin kalau kita terus asah kerja sama kita dengan Jepang, kita akan bisa menjadi negara yang hebat," ujar Rachmat Gobel saat ditemui di World Expo 2025 Osaka, Rabu (16/4/2025).
2. Tingkatkan kualitas SDM, Indonesia harus kirim tenaga kerja ke Jepang

Optimisme ini bukan tanpa alasan. Menurut Rachmad Gobel, Indonesia memiliki keunggulan besar berupa pasar domestik yang luas, jumlah penduduk yang besar, serta kekayaan sumber daya alam yang belum dikelola secara maksimal. Sementara itu, Jepang memiliki keunggulan di bidang teknologi, namun menghadapi tantangan demografis akibat menurunnya jumlah penduduk usia produktif.
"Ini peluang bagi kita untuk mengirim tenaga kerja muda ke Jepang, bukan hanya untuk bekerja, tapi juga untuk belajar dan berlatih. Ini menjadi salah satu jaminan, atau bahkan kepastian, bagi investor Jepang bahwa kesiapan tenaga kerjanya sudah dilatih di Jepang," tutur Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Jepang (PPIJ) tersebut.
2. Indonesia punya banyak keunggulan

Saat ini, Indonesia memiliki sejumlah keunggulan yang menjadi daya tarik bagi investor global. Dengan populasi lebih dari 281 juta jiwa pada akhir tahun 2024, Indonesia menempati urutan keempat dunia dalam hal jumlah penduduk.
Sumber daya alam Indonesia juga sangat melimpah. Misalnya, Indonesia merupakan produsen utama minyak kelapa sawit dunia dengan kontribusi sebesar 51,7 persen dari total produksi global.
Sementara itu, Jepang menghadapi tantangan serius terkait penurunan jumlah penduduk. Pada tahun 2023, Jepang mencatatkan angka kelahiran terendah sepanjang sejarah, yaitu 727.277 kelahiran, yang diikuti dengan jumlah kematian tertinggi, yakni sebesar 1,58 juta jiwa pada tahun yang sama.
3. Indonesia harus mulai terapkan strategi perdagangan

Strategi ini telah sukses diterapkan oleh negara-negara seperti Vietnam dan China. Sebelum membuka pasar mereka untuk investasi dan bergabung dalam Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), kedua negara tersebut terlebih dahulu mengirimkan generasi mudanya untuk belajar dan bekerja di Jepang. Alhasil, mereka telah memiliki tenaga kerja yang siap pakai dan mampu mengadopsi teknologi tinggi.
Oleh karena itu, menurut Gobel, dibutuhkan sikap yang lebih agresif dari pemerintah Indonesia agar tidak tertinggal.
“Kita tidak boleh takut. Kita harus belajar dari sejarah perdagangan dunia dari China, Eropa, Amerika dengan mass production-nya, lalu ke Rusia, Jepang, Korea, sampai munculnya konsep New Industrial Economic Countries seperti Taiwan,” lanjutnya.
Pemerintah dinilainya telah mendorong pembentukan berbagai regulasi, termasuk undang-undang (Omnibuslaw), namun implementasi dan penjabaran konkret dari regulasi tersebut masih menjadi pekerjaan rumah yang besar.
“Sayang kalau undang-undang yang sudah kita buat dengan susah payah tidak bisa diimplementasikan. Ini bisa jadi kerugian besar bagi negara,” tegasnya