Banyak Petugas KPPS Meninggal Dunia, Perlu Dilakukan Evaluasi Pemilu 

KPU Jakarta Pusat dan Wali Kota Bogor minta evaluasi

Jakarta, IDN Times – Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta Pusat, Afif Hardiansyah, mengakui jatuhnya korban meninggal dunia dari Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) bukan tanpa sebab. Ia mengatakan petugas KPPS memiliki pekerjaan tak mudah.

Persoalan meninggalnya petugas KPPS dalam pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 ini juga hanya sebagian dari data yang telah dirangkum oleh KPU Pusat. Sejumlah kepala daerah juga sudah mulai mengomentari dan memberikan pendapat soal evaluasi pelaksanaan Pemilu 2019.

Menurut data KPU Jakarta Pusat, Data Pemilih Tetap (DPT) di wilayah kota administrasi ini sebesar 11.900-an jiwa, sedangkan jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) tertinggi di Kecamatan Kemayoran mencapai 600 unit. Belum lagi, adanya Data Pemilih Khusus (DPK).

Sementara, KPU RI mencatat korban meninggal dunia KPPS tertinggi terjadi di Jawa Barat, yaitu 38 jiwa per Selasa (23/4) malam. Kemudian Jawa Tengah 20 jiwa dan Jawa Timur 14 jiwa di peringkat ketiga.

Total petugas KPPS meninggal di 26 provinsi adalah 119 jiwa, korban sakit adalah 548 jiwa. Jadi, total KPPS meninggal dan sakit mencapai angka 667 jiwa.

Baca Juga: Soal Santunan Petugas KPPS yang Meninggal, Ini Penjelasan Sri Mulyani

1. Afif menyatakan KPPS juga manusia biasa

Banyak Petugas KPPS Meninggal Dunia, Perlu Dilakukan Evaluasi Pemilu IDN Times/Denisa

Komisioner KPU Jakarta Pusat Bidang Teknis ini mengatakan turut berduka cita mendalam kepada seluruh petugas KPPS meninggal dunia di Pemilu 2019.

Ia pun memberikan penilaian atas banyaknya petugas KPPS yang meninggal dunia, walaupun di Kota Jakarta Pusat tidak ada data tersebut.

“Ya, memang perlu evaluasi ke depannya. Petugas KPPS juga manusia biasa yang tidak dapat bekerja penuh 24 jam tanpa henti,” kata Afif saat ditemui IDN Times di kantor KPU Jakarta Pusat, Selasa (23/4).

2. Petugas KPPS hampir tidak punya waktu istirahat

Banyak Petugas KPPS Meninggal Dunia, Perlu Dilakukan Evaluasi Pemilu Dok. IDN Times/Langgeng Irma

Pekerjaan berat seluruh KPPS itu pun ia uraikan dimulai dari hari pertama kerja, sebelum hari pemungutan suara Pemilu 2019 dilakukan di Tempat Pemungutan Suara (TPS). Afif pun mengakui pekerjaan petugas KPPS menguras energi.

“Bayangkan saja, mereka (KPPS) sudah bekerja 3 hari sebelum hari pemungutan suara, mereka sudah standby bangun TPS, jagain TPS. Malam hari sebelum pemungutan suara, mereka harus menunggu logistik datang. Pas hari pemungutan suara, mereka harus sudah ada di TPS pukul 05.30 WIB,” kata Afif.

Tak sampai di situ, pekerjaan petugas KPPS pun dilanjutkan selama proses pemungutan suara dengan melayani para pemilik hak suara, yakni masyarakat.

“Setelah pemungutan suara selesai, mereka juga langsung melakukan penghitungan suara di TPS. Kemudian, mereka ikut mengantarkan surat suara ke tingkat kelurahan dan kecamatan. Jadi, memang ini butuh evaluasi penting untuk pemilu ke depannya,” tegas dia.

Belum lagi, kata dia, petugas KPPS tak hanya melayani masyarakat yang terdata dalam DPT, tapi juga menghadapi tingkah polah pemilih yang tidak terdaftar.

“Petugas KPPS juga harus siap tenaga menghadapi masyarakat yang ngotot mau nyoblos pakai e-KTP, tapi tak sesuai domisili. Belum lagi, mereka harus menerima komentar warga jika mereka salah hitung hasil pemungutan suara. Belum lagi yang di tingkat kecamatan,” ujar dia.

3. Komisioner KPU Jakarta Pusat Bidang Hukum juga menyoroti kerja berat petugas KPPS

Banyak Petugas KPPS Meninggal Dunia, Perlu Dilakukan Evaluasi Pemilu IDN Times/Denisa Tristianty

Komisioner KPU Jakarta Pusat Bidang Hukum, Wahyu Dinata, juga senada dengan Afif terkait petugas KPPS yang bekerja hampir 24 jam penuh.

“Jadi, evaluasinya mungkin ke depannya KPU RI dan semua pihak harus memperbaiki proses pemungutan suara pada hari H itu, karena kami ketahui kemarin itu, bahkan sampai jam 7.00 malam pun, masih ada (KPPS) masih bergelut dengan salinan C1,” ungkap Wahyu.

Sedangkan, kata dia, petugas KPPS sudah bekerja dari hari sebelum pemungutan suara. Mendirikan tenda, membuat bilik suara, mempersiapkan  logistik, hingga melayani pemilih dan menghitung suara masuk.

“Dengan 4 pemilihan, rata-rata DPD dan DPRD itu dimulainya malam, habis Maghrib (penghitungan suara). Ya, mana ada orang bekerja sampai (jam) segitu kan. Makanya, banyak kan petugas-petugas kami kelelahan dan meninggal dunia,” kata dia.

Meski belum ada korban meninggal dunia di KPPS wilayah pemilihan Kota Jakarta Pusat, ia menjelaskan sudah banyak diketahui KPPS yang jatuh sakit.

“Belum ada yang masuk data (meninggal dunia), efek itu KPPS jatuh sakit banyak pasca-pemilu. Mudah-mudahan jangan sampai ada yang meninggal dunia,” ucap dia. 

4. KPU Jakarta Pusat mencatat Petugas Pemilihan Kecamatan (PPK) rata-rata mampu menghitung suara dari 4 kelurahan per hari

Banyak Petugas KPPS Meninggal Dunia, Perlu Dilakukan Evaluasi Pemilu Facebook/Addarori Ibnu Wardi

Sejak hari pemungutan suara dilakukan pada Rabu 17 April 2019 lalu, KPU Jakarta Pusat pun langsung meninjau proses penghitungan suara di tingkat kecamatan. Afif dan Wahyu mengatakan penghitungan suara digelar di setiap Balai Rakyat per kecamatan.

Sedangkan terkait kemampuan menghitung suara bagi Petugas Pemilih Kecamatan (PPK), Afif menerangkan memang ada keterbatasan.

“Ini serentak di seluruh kecamatan dan kelurahan. Di masing masing kecamatan, ada yang main 4 kelas, itu 4 kelurahan berarti. Di kecamatan itu ada yang sampai sekitar 100 TPS, 1 kecamatan yang tersebar di 4 kelurahan. Tapi, juga ada yang baru sedikit, 30 TPS,” kata dia.

5. Pemkot Bogor mulai angkat bicara dan memberikan evaluasi Pemilu 2019

Banyak Petugas KPPS Meninggal Dunia, Perlu Dilakukan Evaluasi Pemilu IDN Times/Debbie Sutrisno

Pemerintah Kota Bogor juga mulai mengkaji ulang sistem Pemilu Serentak 2019. Hal itu disoroti Wali Kota Bima Arya. Ia mengatakan jumlah korban petugas pemilu sudah banyak.

“Semua kebanyakan tokoh masyarakat yang sudah berumur, kebanyakan pensiunan. Ke depan kami perbaiki, sempurnakan dari segi usia. Anak muda harus dilibatkan yang ketahanan fisik kuat,” kata Bima seperti dilansir Antara, Rabu (24/4).

Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) ini mengaku terus melakukan kunjungan bagi petugas KPPS yang jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit.

“Enam orang dirawat, ada yang sakit, jatuh dari motor karena patah tulang. Ada yang dirawat di rumah dan di rumah sakit,” ucap dia.

 

Baca Juga: Petugas KPPS yang Meninggal Dunia Bertambah Jadi 119 Orang

Topik:

  • Elfida

Berita Terkini Lainnya