Pemprov DKI Harus Revitalisasi Saluran Air Demi Cegah Banjir

Saluran air di Jakarta tak lebih dari 1,5 meter

Jakarta, IDN Times - Buruknya drainase atau saluran air menjadi salah satu penyebab banjir di Jakarta ketika hujan lebat terjadi.

Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti, Nirwono Joga, mengatakan, seharusnya Pemprov DKI Jakarta segera melakukan revitalisasi terhadap saluran air tersebut.

"PR utamanya revitalisasi saluran air. Saluran air di Jakarta hanya untuk 100-150 mm per hari, bagaimana saluran air itu dapat difungsikan sedangkan datanya baru 33 persen yang berfungsi, 67 persen belum berfungsi maksimal," kata Joga di Jakarta, dikutip Selasa (1/11/2022).

1. Revitalisasi saluran air bersamaan dengan revitalisasi trotoar

Pemprov DKI Harus Revitalisasi Saluran Air Demi Cegah BanjirRevitalisasi trotoar di kawasan Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat (24/10/2022). (IDN Times/Deti Mega Purnamasari)

Joga mengatakan, seharusnya revitalisasi trotoar yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta saat ini diikuti pula dengan revitalisasi saluran air. Apalagi, keberadaan trotoar tidak dapat terlepas dari saluran air.

"Tahun 2019-2020 misalnya di Senayan, Asia-Afrika, meskipun trotoar sudah diperbaiki tapi sempat tergenang, berarti saluran air harus diperbaiki sehingga harus ada integrasi antara revitalisasi trotoar dan saluran air," kata dia.

Bahkan jika diamati, ujar Joga, jalan-jalan yang sempat tergenang di Ibu Kota dipastikan saluran airnya belum berpotensi optimal.

"Saat ini apakah mungkin 2-3 bulan revitalisasi? Maka yang bisa dilakukan adalah membersihkan lumpur dan menyiapkan pompa portable," ujar dia.

Baca Juga: Pemprov DKI: Jika Jakarta Banjir, Diupayakan Surut Kurang dari 6 Jam

2. Saluran air di Jakarta tak lebih dari 1,5 meter

Pemprov DKI Harus Revitalisasi Saluran Air Demi Cegah BanjirGenangan air di selokan sebagai dampak tertutupnya saluran air (IDN Times/Nofika Dian Nugroho)

Menurut Joga, saluran air yang ada di Jakarta, rata-rata kedalamannya tidak lebih dari 50 centimeter (cm) hingga 1,5 meter.

Bahkan di Sudirman-Thamrin, kata dia, kedalaman saluran air paling besar hanya 1,5 meter. Seharusnya dengan trotoar di lokasi tersebut yang mencapai 8 meter, saluran air bisa sampai 3 meter.

"Harus dioptimalkan sesuai dengan tingkat curah hujan ekstrem, jadi tidak ada alasan ke depan karena saluran airnya tidak cukup kapasitas, pelebaran trotoar dilakukan tapi belum ada upaya revitalisasi saluran air," kata dia.

Dengan demikian, ujar Joga, kejadian banjir akibat banyak saluran yang tidak dapat menampung air hujan pun bisa kembali terjadi.

3. Saluran air harus terhubung dengan situ dan waduk

Pemprov DKI Harus Revitalisasi Saluran Air Demi Cegah BanjirWaduk Pluit, Jakarta Utara (IDN Times/Gregorius Aryodamar P)

Lebih lanjut, Joga mengatakan, saluran air harus terhubungan situ dan waduk bahkan ke ruang terbuka hijau (RTH) seperti taman atau hutan kota.

"Saluran air harus terhubung ke situ dan waduk, bisa juga dibuang ke taman atau hutan kota. Tidak masalah taman atau hutan kota tergenang saat musim hujan, karena memang itu daerah resapan air," kata dia.

Baca Juga: Pemprov DKI Anggarkan Penanganan Banjir di 2023 Rp3,6 Triliun

Topik:

  • Ilyas Listianto Mujib

Berita Terkini Lainnya