Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kapal Selam KRI Nanggala-402 saat melakukan sailing pass di Dermaga Ujung, Koarmatim, Surabaya, Jawa Timur pada 25 September 2014. (ANTARA FOTO/M. Risyal Hidayat)

Jakarta, IDN Times – Kapal selam milik TNI Angkatan Laut (AL) KRI Nanggala-402 menjadi berita utama setelah dilaporkan hilang kontak di wilayah perairan Bali pada Rabu (21/4/2021).

Hingga hari ini, Sabtu (24/4/2021), kapal yang mengangkut 53 personel, yaitu 49 ABK, satu komandan satuan dan tiga personel arsenal itu, belum juga ditemukan.

Berita hilangnya sebuah kapal selam bisa jadi membingungkan bagi sejumlah orang mengingat kapal selam umumnya ditujukan untuk misi rahasia dan karenanya memiliki kemampuan untuk bersembunyi atau tidak terdeteksi.

Jadi, apa sebenarnya yang membuat kapal selam dinyatakan hilang dan apa yang terjadi saat sebuah kapal selam hilang? Berikut penjelasannya.

1. Alasan kapal selam dinyatakan hilang

Kapal Selam KRI Nanggala-402. (ANTARA FOTO/Syaiful Arif)

Sebuah kapal selam dinyatakan hilang apabila tidak ada kontak rutin yang dilakukan setelah kapal selam itu menyelam untuk menjalankan operasi atau misinya.

Menurut The Conversation, biasanya sebuah kapal selam yang bertugas akan mengirimkan laporan rutin yang mengabarkan bahwa semuanya baik-baik saja.

2. Bagaimana cara menemukan kapal selam yang hilang?

Default Image IDN

Sebagaimana diketahui, kapal selam biasanya memiliki kemampuan untuk tidak terdeteksi atau tidak terlihat. Oleh karenanya, sulit untuk menemukan sebuah kapal selam. Bahkan, dalam latihan jarak dekat sekalipun, sangat sulit untuk mempertahankan kontak sonar dengan kapal selam.

Dalam kasus Nanggala-402, satu-satunya keberadaan terakhir yang diketahui dari kapal selam itu yaitu lokasi di mana kapal selam itu berada ketika terakhir kali dilaporkan pada Rabu.

Menurut Bryan Clark, mantan perwira kapal selam Angkatan Laut Amerika Serikat (AS), meski kemampuan tidak terdeteksi ini sangat berguna saat beroperasi, namun bisa jadi masalah ketika kapal selam itu hilang atau jatuh.

“Kapal selam dirancang agar sulit ditemukan, yang jadi masalah ketika tenggelam atau jatuh,” katanya, mengutip Business Insider.

3. Cara kapal selam berkomunikasi saat keadaan darurat terjadi

Default Image IDN

Saat sebuah kapal selam gagal memberi laporan (call in), biasanya angkatan laut memiliki prosedur yang telah direncanakan sebelumnya untuk melakukan pemeriksaan dan memulai pencarian. Prosedur itu umumnya segera diaktifkan ketika laporan semacam itu tidak diterima.

Prosedur itu terbagi menjadi tiga, yaitu SUBLOOK, SUBMISS, dan SUBSUNK. Di mana SUBLOOK diaktifkan ketika sedang mencari kapal selam, SUBMISS adalah ketika kapal selam hilang, dan ketika harapan telah hilang atau bukti kecelakaan ditemukan, maka prosedur SUBSUNK dijalankan.

4. Kendala dalam pencarian kapal selam

Default Image IDN

Dalam hal pencarian kapal selam, seperti pada KRI Nanggala-402, biasanya ada sejumlah kendala yang bisa mempersulit pencarian. Kendala itu termasuk area pencarian yang luas dan kedalaman air.

Dalam hal area pencarian, luasnya tidak bisa ditentukan karena bergantung pada seberapa cepat kapal selam itu melaju. Jadi, semakin cepat sebuah kapal selam bergerak dan semakin lama intervalnya sejak pemeriksaan terakhirnya, maka semakin besar area pencariannya.

Masalah selanjutnya yaitu terkait dasar laut yang tidak rata. Semakin dalam dasar laut tempat kapal selam berada, maka semakin kuat tekanan yang ditimbulkan air terhadap lambung kapal selam, yang bisa berbahaya. Selain itu, semakin dalam dasar laut tempat kapal berada, maka akan membuat semakin sulit untuk mendeteksi fitur kapal di dasar laut. Nanggala beroperasi di wilayah dengan kedalaman hingga 700 meter.

Terlepas dari semua itu, masalah lain yang dimiliki kapal selam adalah kapasitas oksigen yang terbatas, dan dalam kasus KRI Nanggala-402 mereka hanya memiliki persediaan oksigen untuk waktu 3 hari atau sekitar 72 jam setelah kapal selam itu dinonaktifkan. Itu berarti udara kemungkinan akan habis pada hari Sabtu pagi.

5. Pelampung indikator darurat

Kapal Selam KRI Nanggala-402. (ANTARA FOTO/Suryanto)

Pada dasarnya, kapal selam dilengkapi pelampung indikator darurat yang dapat dilepaskan untuk menandai posisinya jika terjadi kecelakaan. Namun ini hanya bisa diaktifkan ketika kecelakaan itu tidak melumpuhkan awak kapal.

Di perairan dangkal, pelampung bisa tetap ditambatkan ke kapal selam. Di perairan dalam, pelampung bisa mengambang bebas. Jadi, ketika pelampung terdeteksi, unit pencarian harus menghitung kembali perkiraan posisi pelepasan, termasuk memperhitungkan semua ketidakpastian yang ditimbulkan oleh angin dan arus air. Demikian pula halnya dengan puing-puing atau tumpahan minyak di permukaan laut jika ditemukan saat dalam pencarian sebuah kapal selam.

Editorial Team