Gandeng TNI AD, Polri, BIN, UNAIR Klaim Temukan Obat COVID-19
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - TNI Angkatan Darat (AD), Badan Intelijen Negara (BIN), Polri dan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya melakukan penelitian obat penawar untuk penanganan pasien COVID-19.
"Karena ini akan menjadi obat baru maka diharapkan ini akan menjadi obat COVID-19 pertama di dunia," kata Rektor Unair, Prof Mohammad Nasih, seperti dikutip dari ANTARA, Minggu (16/8/2020). Saat ini penelitian tersebut telah memasuki uji klinis tahap ketiga.
1. Obat baru ini merupakan hasil kombinasi dari tiga jenis obat
Prof Mohammad Nasih mengatakan obat baru ini merupakan hasil kombinasi dari tiga jenis obat. Pertama, Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin. Kedua, Lopinavir/Ritonavir dan Doxycycline. Ketiga, Hydrochloroquine dan Azithromyci.
Di luar negeri tiga obat itu diberikan satu per satu kepada pasien. Kemudian tiga obat itu dikombinasikan oleh Unair menjadi satu obat. Hasilnya, menurut Prof Mohammad Nasih, efektifitas obat lebih dari 90 persen.
Selain itu dosis yang dihasilkan lebih rendah dibanding apabila obat diberikan secara tunggal. Meskipun hasil kombinasi, BPOM tetap menganggap obat yang dihasilkan Unair digolongkan pada obat baru.
"Setelah kami kombinasikan daya penyembuhannya meningkat dengan sangat tajam dan baik. Untuk kombinasi tertentu itu sampai 98 persen efektivitasnya," katanya.
2. Penelitian obat COVID-19 ini sudah dilakukan sejak Maret 2020
Prof Mohammad Nasih menuturkan penelitian obat COVID-19 ini sudah dilakukan sejak Maret 2020. Seluruh prosedur yang dipakai telah mengikuti yang disyaratkan BPOM. Saat ini obat tersebut hanya tinggal menunggu izin edar dari BPOM sebelum diproduksi massal.
"Yang perlu ditekankan adalah untuk produksi dan edarnya kita tetap masih menunggu izin produksi dan edar BPOM. Artinya obat ini belum akan diproduksi sepanjang belum ada izin BPOM," jelas Nasih.
3. Obat penawar COVID-19 memiliki efektivitas tingkat kesembuhan yang tinggi
Editor’s picks
Di tempat yang sama, Kepala Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Universitas Airlangga (Unair), Purwati, mengklaim obat penawar COVID-19 yang ditemukan ini memiliki efektivitas tingkat kesembuhan yang tinggi. Pemberian obat dalam kurun waktu 1-3 hari, mampu membunuh virus setidaknya 90 persen.
"Efikasi obat tadi sudah kami paparkan. Untuk perbaikan klinis dalam 1 sampai 3 hari itu 90 persen," kata Purwati.
4. Obat tersebut telah melalui uji klinis tahap 1, 2, dan 3
Data itu didapat melalui pemeriksaan PCR. Dalam sejumlah kondisi, efektivitas obat ini bahkan bisa mencapai 98,9 persen. Artinya virus yang berada di dalam tubuh, hampir seluruhnya bisa mati dalam waktu singkat.
Purwati menyampaikan, obat tersebut telah melalui uji klinis tahap 1, 2, dan 3. Untuk uji klinis tahap 4 dilakukan setelah obat dipasarkan secara massal.
"Jadi untuk memperoleh izin edar itu jenisnya sampai 3," katanya.
5. Obat penawar COVID-19 diklaim tidak berbahaya
Dalam kesempatan itu, Purwati memastikan obat penawar COVID-19 itu tidak berbahaya untuk dikonsumsi, namun memiliki efek samping bagi pasien.
"Setiap sesuatu obat pasti ada efek sampingnya. Setidaknya uji toksisitas dari kombinasi obat yang kita lakukan, maka di situ efek samping ditemukan tidak terlalu toksit," ujarnya.
Bahkan, dosis obat ini lebih rendah dibanding tiga obat tunggal yang dikombinasikan oleh Unair. Kemudian hasil rekam jantung, liver, dan ginjal pasien selama 7 hari masih aman.
"Alhamdulilah terjadi perbaikan dari fungsi liver. Jadi relatif aman untuk digunakan," jelas Purwati.
Baca Juga: Virus COVID-19 Menular Lewat Udara, Ketua Tim Pakar COVID-19 Tanya WHO