IDI: 89 Dokter dan 50 Perawat Meninggal Selama Pandemik COVID-19

Tenaga medis adalah benteng terakhir, masyarakat garda depan

Jakarta, IDN Times - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat hingga saat ini sebanyak 89 dokter yang menangani COVID-19 meninggal dunia. Selain dokter, virus COVID-19 juga telah merenggut nyawa 50 perawat.

"Sudah ada 89 dokter dan 50 perawat yang meninggal ini harus menjadi perhatian karena perjalanan COVID-19 masih panjang," ujar Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr Adib Khumaidi dalam webinar SDM Tangguh Indonesia Tangguh RSPI Sulianti Saroso, Senin (24/8/2020).

1. Tenaga medis adalah benteng terakhir

IDI: 89 Dokter dan 50 Perawat Meninggal Selama Pandemik COVID-19Tenaga medis RSPP Extention Modular Simprug Rujukan COVID-19 rayakan hari kemerdekaan Indonesia di rumah sakit (Dok. Humas RSPP)

Adib mengatakan jumlah angka kematian pada 23 Agustus sebesar 4,35 persen. Jika dibandingkan negara lain dengan persentase sekitar 4 persen di kematian dokter dan juga di semua tenaga kesehatan yang saat ini bekerja.

"Tenaga medis adalah benteng terakhir sedangkan garda terdepan adalah masyarakat. Melalui ini kita harus ada komitmen bersama melindungi dan bersiap dengan kemungkinan terburuk dan peningkatan kasus," ungkapnya.

Baca Juga: Pemerintah Sudah Bayar Insentif Nakes COVID-19 Rp843 Miliar

2. IDI dorong zero death untuk nakes

IDI: 89 Dokter dan 50 Perawat Meninggal Selama Pandemik COVID-19Wakil Ketua PD IDI, Adib Khumaidi (Youtube.com/rspi sulianti saroso video)

Adib berharap pemerintah bisa terus meningkatkan fasilitas kesehatan, sarana dan prasarana yang standar penanganan COVID-19. Selain itu, yang perlu diperhatikan juga beban kerja, stigma dan perlindungan.

"Kita akan dorong zero death untuk nakes jadi angka kematian yang nol untuk tenaga kesehatan dan tentunya zero death juga untuk masyarakat angka menurun," imbuh Adib.

3. Tenaga medis seperti pasukan tempur

IDI: 89 Dokter dan 50 Perawat Meninggal Selama Pandemik COVID-19Anggota kepolisian dibantu tenaga medis dari Satgas Gugus Tugas COVID-19 melakukan evakuasi jenazah ditemukan di Perumahan Permata Biru, Kecamatan Sukarame, Bandar Lampung, Jumat (21/8/2020). (IDN Times/Martin L Tobing).

Adib menyoroti peningkatan kasus COVID-19 juga memicu jam kerja tinggi dari tenaga medis. Jam kerja yang tinggi menyebabkan waktu istirahat, makan, tidur berkurang sehingga menurunkan daya tahan tubuh.

Adib mengingatkan dokter sebagai benteng terakhir memiliki tuntutan agar terjaga imunnya mengingat, risiko terpapar tinggi di rumah sakit sehingga kebutuhan nutrisi nakes penting dicukupi setiap nakes.

"Tenaga medis seperti pasukan tempur, bila kehilangan satu akan memengaruhi kualitas melawan pandemik COVID-19," terangnya.

Baca Juga: IDI Jateng: Banyak Dokter Tolak Tes Swab karena Takut Kehilangan Job

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya