Kisah Sasta, Penyandang Disabilitas Penerima Gelang Pintar Kemensos

Kemensos ciptakan gelang khusus untuk disabilitas

Jakarta, IDN Times - Kementerian Sosial (Kemensos) memberikan gelang disabilitas rungu dan wicara (Gruwi) serta gelang disabilitas grahita (Grita), untuk membantu penyandang disabilitas saat mengantisipasi bahaya. 

Gelang-gelang tersebut didistribusikan Kemensos secara cuma-cuma kepada penyandang disabilitas yang memerlukan. Sasta, warga Desa Sungai Ruan Ilir, Kecamatan Maro Sebo Ulu, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi, adalah salah satu di antaranya. 

Sasta menderita down syndrome sejak lahir. Saat kecil, Sasta sering sakit-sakitan. Tetapi, keluarganya yang masuk kategori rawan ekonomi tidak mampu membawanya ke rumah sakit, sehingga hanya ditangani seadanya.   

Sekitar 10 tahun lalu, Sasta pernah mengenyam bangku sekolah. Sayangnya, remaja 17 tahun itu hanya bisa bersekolah satu tahun. Bukannya merangkul Sasta, teman-temannya saat itu justru merundungnya dan membuatnya enggan bersekolah lagi.

Syukurlah, saat ini lingkungan Sasta sudah bisa memahami kondisinya dan tidak merundungnya lagi. Sasta kini bisa tersenyum.

Baca Juga: Mudik Gratis, Hak Disabilitas di Transportasi Umum Harus Diperhatikan

1. Gelang Grita untuk melindungi bahaya

Kisah Sasta, Penyandang Disabilitas Penerima Gelang Pintar KemensosKemensos Memberikan Gelang Grita untuk Swasta Penyandang Disabilitas (dok. Kemensos)

Uniknya, tak hanya berfungsi untuk mengurangi risiko dari bahaya, Grita juga bisa membantu pemakainya untuk mengungkapkan apa yang sedang dirasakannya. 

"Saat ini, Sasta tidak bisa mengungkapkan perasaannya. Tapi dengan gelang ini (Grita), orang-orang di sekitar Sasta bisa mengetahui bila Sasta sedang merasa takut, sedih atau gembira," ungkap Rahmat Kurniawan, pekerja sosial Sentra Budi Perkasa Palembang, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (4/4/2024).

2. Ekonomi keluarga makin sulit

Kisah Sasta, Penyandang Disabilitas Penerima Gelang Pintar KemensosKemensos Memberikan Gelang Grita untuk Swasta Penyandang Disabilitas (dok. Kemensos)

Rahmat mengungkapkan, Sasta sangat dekat dengan ibunya. Meninggalnya sang ibu pada Desember 2023 membuat ia sering memberontak dan mencari-cari ibunya.

Terkadang, kakaknya membawa Sasta ke makam ibunya. Sasta yang pandai berzikir ini pun selalu berzikir saat merindukan ibunya. 

"Kakak Sasta yang diberhentikan dari pekerjaannya membuat ekonomi keluarga makin sulit. Kini, kakaknya sering berjualan di live salah satu media sosial dan membuat konten tentang Sasta," papar Rahmat.

Baca Juga: Rekrutmen Bersama BUMN 2024, Penyandang Disabilitas Bisa Ikut!

3. Kemensos menyalurkan bantuan

Kisah Sasta, Penyandang Disabilitas Penerima Gelang Pintar KemensosMensos Risma saat Rapat Kerja dengan Komisi VIII DPR RI, Selasa (20/3/2024). (dok. Kemensos)

Rahmat mengatakan ayah Sasta bekerja sebagai penjual mainan dan memulung barang bekas. Untuk membantu mereka, Kemensos menyalurkan bantuan Asistensi Rehabilitasi Sosial (Atensi) berupa warung sembako. 

"Kementerian Sosial menyerahkan bantuan dalam dua tahap. Tahap pertama pada 15 Februari 2024, berupa modal usaha sembako, serta memberikan sembako dan nutrisi. Tahap kedua pada 22 Februari 2024, berupa empat unit rak besi untuk usaha mainan ayah Sasta dan Gelang Grita," tutur Rahmat. 

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya