Menkes: 'Tat Twan Asi' Filosofi Kerja Sama Hadapi Pandemik

HWG ke -3 bahas tiga isu prioritas

Jakarta, IDN Times - Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, resmi membuka Health Working Group (HWG) ke-3 di Bali, Senin (22/8/2022). HWG merupakan upaya bersama tingkat global dalam upaya pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons dalam menghadapi pandemik yang akan datang. 

'Tat Twam Asi', demikian filosofi sansekerta kuno Bali yang disampaikan Budi. Filosofi tersebut bermakna 'Saya adalah Anda, Anda adalah Saya'. Filosofi ini relevan dengan upaya pemerintah yang saat ini dilakukan melalui pertemuan G20. 

"Sepanjang tahun ini, G20 telah membahas cara-cara untuk dapat memperkuat arsitektur kesehatan global, dengan 3 agenda utama yakni Memperkuat Ketahanan Sistem Kesehatan Global, Menyelaraskan Standar Protokol Kesehatan Global, dan Memperluas Manufaktur Global dan Pusat Penelitian untuk Pencegahan, Kesiapsiagaan, dan Respon pandemik yang akan datang," ujar Menkes dalam siaran tertulis.

Baca Juga: Menkes soal Perayaan HUT ke-77 RI: Seru, Artinya Pandemik Terkendali

1. Tiga isu utama pada HWG 3 ini adalah

Menkes: 'Tat Twan Asi' Filosofi Kerja Sama Hadapi PandemikSeorang warga yang tidak mengenakan masker melintas, di depan mural yang berisi pesan waspada penyebaran virus corona. (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Budi mengatakan, tiga isu utama pada HWG 3 ini adalah pertama, untuk membangun pusat manufaktur vaksin, terapi, dan alat diagnostik (VTD) dan pusat penelitian kolaboratif guna mendukung pengembangan dan penguatan kapasitas manufaktur VTD yang digerakkan oleh penelitian di Low Middle Income Countries (LMICs) untuk mengembangkan, meningkatkan, dan memperkuat kapasitas penelitian dan manufaktur.

Kedua, untuk berbagi mekanisme dan harmonisasi regulasi untuk memudahkan proses peningkatan kapasitas global guna memastikan percepatan ketersediaan VTD selama keadaan darurat kesehatan masyarakat.

Ketiga, untuk mendapatkan prinsip yang dapat disepakati tentang pembentukan kolaborasi Uji Klinis Multisenter VTD untuk mendukung Pusat Manufaktur dan Pusat Penelitian Kolaboratif di antara negara-negara G20 guna upaya pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons atas pandemik.

2. Respons cepat cegah pandemik

Menkes: 'Tat Twan Asi' Filosofi Kerja Sama Hadapi PandemikANTARA FOTO/Fauzan

Budi memaparkan, sebuah pandemik dapat muncul di mana saja di dunia. Dengan demikian respons yang cepat terbilang penting untuk dapat mencegah, menahan, dan merespons penyakit.

Demikian pula, suatu penyakit mulai mereda di satu tempat, tapi muncul di tempat lain, hal itu dapat menyebabkan penyakit bangkit lagi di tempat awal.

"Ini adalah tanggung jawab kita bersama untuk memanfaatkan momen ini untuk memperluas penelitian dan kapasitas produksi yang adil dan merata dalam upaya pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons secara global," ujar Budi. 

Baca Juga: 66,5 Persen Pasien COVID-19 di Indonesia Sudah Mengalami Long COVID

3. Prinsipnya menjadi pandemik one for all, all for one

Menkes: 'Tat Twan Asi' Filosofi Kerja Sama Hadapi PandemikWarga bersiap mengikuti vaksinasi COVID-19 melalui layanan mobil vaksin COVID-19 keliling di Lego-Lego, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (26/8/2021). ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Lebih lanjut Budi mengatakan, dalam pertemuan HWG ke-3 yang akan disuarakan adalah equality, yakni prinsip-prinsip equality dalam riset dan produksi. Karena pada saat pandemik ini terjadi kalau tidak memiliki kapasitas yang merata di seluruh dunia pandemik itu tidak akan selesai. 

"Sehingga konsepnya adalah seluruh umat manusia di Indonesia harus diobati, atau prinsipnya menjadi pandemik one for all, all for one. Itu maksud utama kita yang ingin kita sampaikan, jadi kalau kita punya kapasitas riset dan kapasitas manufaktur maka akses bisa dilakukan oleh negara lain, karena tidak mungkin satu negara saja bisa menyelesaikan pandemik yang sifatnya global karena penularan terjadi lintas negara," ucap Budi.

Topik:

  • Rendra Saputra

Berita Terkini Lainnya