Posyandu Naik Kelas, Ukur Bayi Kini dengan Antropometri

Kemenkes akan penuhi 313.737 Antropometri sampai 2024

Jakarta, IDN Times - Kementerian Kesehatan berfokus pada intervensi spesifik untuk penanganan stunting pada anak, baik yang dilakukan sebelum masa kelahiran maupun setelah kelahiran. Setelah kelahiran, deteksi dini stunting dilakukan melalui pengukuran di Posyandu.

“Agar pemeriksaan pengukuran bayi terstandar, kita gunakan antropometri di seluruh Posyandu di Indonesia sekaligus kita bisa pastikan perlambatan pertambahan berat badan bisa dideteksi lebih cepat sehingga tidak terjadi malnutrisi kronik yang akhirnya menjadi stunting,” ujar Menkes Budi G Sadikin dalam siaran tertulis, Selasa (17/1/2023).

Baca Juga: Ini Strategi Pemerintah Tuntaskan Kemiskinan dan Stunting di Sumbawa

1. Diagnosis stunting ditegakkan berdasarkan anamnesis

Posyandu Naik Kelas, Ukur Bayi Kini dengan AntropometriKepala BKKBN Hasto Wardoyo saat menghadiri Forum Nasional Stunting 2021 di Jakarta, Selasa (14/12/2021). (IDN Times/Ridho Fauzan)

Budi menerangkan, diagnosis stunting ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan antropometri dan penunjang.

Hasil pengukuran menjadi deteksi dini oleh kader di Posyandu, untuk kemudian dirujuk ke dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) untuk diagnosis, pemberian konseling dan edukasi. 

2. Kemenkes akan penuhi 313.737 Antropometri di Posyandu sampai 2024

Posyandu Naik Kelas, Ukur Bayi Kini dengan AntropometriIlustrasi Pengecekan kesehatan anak. (ANTARA FOTO/Maulana Surya)

Kemudian bayi dan balita stunting dirujuk ke dokter spesialis anak di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) untuk mengidentifikasi faktor-faktor medis atau red flags penyebab stunting.

"Total kebutuhan antropometri kit sebanyak 313.737 dari jumlah Posyandu 303.416 yang ditargetkan akan terpenuhi pada tahun 2024," ujar Budi.

Diketahui Posyandu sebelumnya menggunakan timbangan atau neraca untuk mengukur berat badan bayi dan anak. 

Baca Juga: Menko PMK Optimistis Atasi Kemiskinan Ekstrem dan Stunting Tinggi

3. Stunting masih menjadi masalah kesehatan

Posyandu Naik Kelas, Ukur Bayi Kini dengan AntropometriSosialisasi pencegahan stunting di Nusa Tenggara Timur. (instagram.com/bkkbnofficial)

Stunting hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Upaya penanggulangan terus dilakukan untuk mencapai target 14 persen pada akhir tahun 2024.

Secara nasional prevalensi stunting mengalami penurunan, dari 27.67 persen (Survei Status Gizi Balita Indonesia, 2019) menjadi 24,4 persen di tahun 2021 (SSGI, 2021).

Topik:

  • Rendra Saputra

Berita Terkini Lainnya