Rapid Test Corona Kurang Akurat, Kenapa Pemerintah Terus Melakukannya?

Dokter Reisa membeberkan alasan rapid test terus dilakukan

Jakarta, IDN Times - Sejak pandemik COVID-19 melanda Indonesia, pemerintah menggelar tes cepat atau rapid test untuk skrining dan melacak penyebaran kasus COVID-19.

Namun, sejumlah ahli memperdebatkan langkah pemerintah yang tetap menggunakan rapid test, yang dianggap tidak akurat dibandingkan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Terlebih pemerintah terus menggelontorkan uang ratusan juta hingga miliaran rupiah untuk membeli alat rapid test (rapid test kit).

"Kenapa tidak akurat? Karena itu memeriksa antibodi yang baru muncul seminggu atau 10 hari setelah terinfeksi," ungkap pakar epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono, dalam acara Ngobrol Seru 100 Hari Pandemik by IDN Times 20 Juni 2020.

Lalu mengapa pemerintah masih saja melalukan skrinning menggunakan rapid test? Tim Komunikasi Gugus Tugas Penanganan COVID-19, Reisa Broto Asmoro, membeberkan alasannya, Kamis (16/7/2020).

Baca Juga: PERSI: Tarif Rapid Test Rumah Sakit Dipengaruhi Harga Kit Rapid Test 

1. Rapid test tetap dilakukan karena jumlah laboratorium PCR terbatas

Rapid Test Corona Kurang Akurat, Kenapa Pemerintah Terus Melakukannya?Ilustrasi pengambilan sample swab (IDN Times/Indah Permata Sari)

Menurut Reisa, selain merupakan bagian dari skrining awal COVID-19, ada tiga alasan mengapa rapid test masih digunakan sampai saat ini.

Pemerintah, kata Reisa, telah mengaktifkan lebih dari 200 laboratorium PCR yang tersebar di seluruh Indonesia. Namun, meski jumlahnya banyak, pemeriksaan rapid test tetap dilakukan karena jumlah laboratorium PCR terbatas.

"Jadi tidak mungkin, tidak direkomendasikan seluruh penduduk Indonesia gunakan PCR," ujar Reisa dilansir dalam youtube BNPB, Kamis.

2. Bisa menekan biaya kesehatan

Rapid Test Corona Kurang Akurat, Kenapa Pemerintah Terus Melakukannya?Dok.Humas Jabar

Alasan kedua, untuk mengetahui prevalensi yaitu sebagai basis data epidemiologi seberapa banyak orang di Indonesia yang sedang terkena COVID-19.

"Ketiga, menekan beban biaya sistem kesehatan. Rapid test dengan hasil reaktiflah yang akan dilanjutkan ke tes PCR sebagai konfirmasi. Ingat, populasi kita 270 juta orang tersebar di berbagai pulau, jadi harus cermat," terangnya.

3. Rapid tes aman jika dilakukan dengan benar

Rapid Test Corona Kurang Akurat, Kenapa Pemerintah Terus Melakukannya?Petugas medis melakukan rapid test menggunakan rapid test buatan anak negeri RI-GHA COVID-19 di Gedung Kemenko PMK, Kamis (9/7/2020) (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Reisa menegaskan, jika dilakukan sesuai prosedur yang ada, ia memastikan rapid test aman digunakan.

''Jangan salah paham, rapid test apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dan menggunakan standar operasional yang diyakini oleh tenaga medis, maka tidak berbahaya, justru akan membantu diri kita, orang lain, dan pemerintah,'' kata Reisa.

4. Rapid test untuk orang berisiko tinggi

Rapid Test Corona Kurang Akurat, Kenapa Pemerintah Terus Melakukannya?Tim medis melakukan rapid test bagi dosen Unhas Makassar. IDN Times/Humas Unhas

Menurutnya, rapid test yang dilakukan sekarang ini untuk orang yang berisiko tinggi seperti memiliki riwayat kontak dengan pasien positif dan tenaga kesehatan. Sedangkan bagi orang-orang yang berada dikerumunan/tempat ramai, rapid test digunakan apabila diperlukan.

''Apabila lokasi tersebut diduga berkaitan dengan ditemukannya kasus positif, maka tes masif dilakukan berdasarkan penyelidikan epidemiologi. Sedangkan rapid test secara massal dilakukan di beberapa tempat keramaian seperti pabrik, pasar, dan kantor dengan tujuan menapis atau skrining, ini meminimalisir kalau ada orang yang membawa virus tetapi tidak sakit dan kemudian berpergian secara bebas,'' ujar Reisa.

Menurut dia, jika tidak segera ditemukan dan diisolasi, orang tersebut membahayakan masyarakat lainnya, terutama bagi kelompok rentan seperti orang tua atau lansia, anak-anak, dan mereka yang memiliki penyakit penyerta.

Baca Juga: [UPDATE] 40.345 Orang Dinyatakan Sembuh dari Virus Corona

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya