[WANSUS] Berkah Pawang Hujan di Musim Hujan hingga ke Mancanegara

Jasa pawang hujan mulai menggeliat namun banyak suka dukanya

Jakarta, IDN Times - Musim hujan kerap jadi momok menakutkan bagi masyarakat karena berpotensi menimbulkan bencana banjir. Namun bagi Hadi Sutikno yang profesi sebagai pawang hujan, momen musim hujan adalah berkah untuk mengais rezeki.

Seiring penurunan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) kini Hadi mulai menerima berbagai acara yang meminta jasanya untuk menghalau hujan. Meski belum seramai sebelum pandemik, namun dia bersyukur sejumlah acara mulai digelar.

"Sebelum adanya covid, hampir seminggu itu pasti ada, namun saat ini wedding masih jarang ya karena mungkin belum berani mengadakan resepsi besar, namun banyak dari coorporate yang mulai menggelar event," ujarnya pada IDN Times, Minggu (14/11/2021) malam.

Selama 15 tahun menjadi pawang hujan, nama Hadi sudah dikenal berbagai pelosok tanah air, bahkan hingga luar negeri mulai dari Thailand, Filipina hingga Singapura.

Lalu bagaimana kiprah Hadi dan rahasia di balik profesinya sebagai pawang hujan? Berikut kisah Hadi sang penjaga hujan.

1. Tidak pernah bercita-cita ingin jadi pawang hujan

[WANSUS] Berkah Pawang Hujan di Musim Hujan hingga ke MancanegaraIlustrasi hujan (IDN Times/Sukma Shakti)

Hadi menceritakan, dia tidak menyangka akan menjadi pawang hujan bahkan terpikir pun tidak, meski kakek dan ayahnya juga bisa mengendalikan hujan. Hadi mengatakan, sebelum menjadi pawang hujan dia membuka praktik pengobatan.

"Saya sebenarnya dulu tidak pernah kepikiran kerja seperti ini (pawang hujan) artinya saya tirakat untuk tolong-menolong orang, mengobati jadi sempat membuka untuk pengobatan, tetapi tidak pasang tarif, orang mau kasih syukur gak juga gak apa-apa, artinya hanya menolong dan minta kepada Gusti Allah," ungkapnya.

Baca Juga: Cerita di Balik Pawang Hujan, Harus Tirakat hingga Tahan Dicaci Maki

2. Pawang hujan harus 'betah melek'

[WANSUS] Berkah Pawang Hujan di Musim Hujan hingga ke MancanegaraDaeng Lusing, pawang hujan di Desa Pao, Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Sulsel. IDN Times/Sahrul Ramadan

Hadi kemudian mulai mempelajari ilmu pawang hujan seering banyaknya permintaan, dia juga mulai tirakat, puasa, dan semakin mendekatkan diri pada Allah. Dia membeberkan rahasia pawang hujan harus betah melek (begadang atau tidak tidur) agar tidak gagal.

"Semua pasti ada kesulitan, apapun itu tapi kita pelajari yang penting betah melek aja, semakin dekat dengan Allah itu bagi saya semakin nikmat dan memahami," ungkapnya.

Meski belajar secara otodidak, Hadi tidak menyangkal tidak semua orang bisa menjadi pawang hujan sebab harus ada keturunan dari leluhur.

"Beberapa orang ada yang mencoba tetapi tidak bisa, jadi harus ada darah dari leluhur, kebetulan kakek saya dan bapak saya bisa," imbuhnya.

3. Pelanggan Hadi hingga ke mancanegara

[WANSUS] Berkah Pawang Hujan di Musim Hujan hingga ke MancanegaraIlustrasi Marina Bay, Singapura (IDN Times/Indiana)

Hadi menambahkan untuk melakukan tirakat tidak harus mencari tempat-tempat khusus seperti gunung atau gua, namun dia cukup berdiam di rumahnya yang berada di kawasan Bintaro, Tangerang.

"Saya tidak sampai mencari (tempat), pernah dengar ragasukma? Ya seperti itu raga memang di rumah wirid namun sukma saya bisa ke mana saja, jadi tidak jarang pasien saya juga banyak dari luar Jawa bahkan luar negeri," paparnya.

Selama 15 tahun menjadi pawang hujan, pelanggan Hadi sudah menjangkau pelosok negeri bahkan hingga luar negeri mulai Thailand, Filipina dan Singapura.

"Pelanggan saya seluruh Indonesia, ada yang dari Singapura, jadi mereka cari melalui google atau medsos saya, tapi kebanyakan mereka ngetes dulu, jadi saya minta kirim lokasi mereka melalui google map, lalu kirim doa sekitar 15 menit saya minta video call agar clear, jadi memang banyak yang ngetes-ngetes gitu," ujarnya

Hadi mengatakan tarif untuk menggunakan jasanya sekitar Rp3 jutaan untuk menghalau hujan di lokasi pernikahan namun jika acara yang digelar perusahaan tergantung durasi dan kontraknya.

"Saya jujur, tarif saya paling tinggi Rp 3 jutaan, namun saya tidak minta DP (uang muka), jadi saya layani dahulu, saya service baru bayar," ujarnya.

 

4. Lada sebagai media geser hujan

[WANSUS] Berkah Pawang Hujan di Musim Hujan hingga ke MancanegaraIlustrasi Langit Mendung (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Hadi mengungkapkan pawang hujan tidak bisa menangkal datangnya hujan namun menggeser awan ke tempat lain. Hadi menegaskan kemampuan paling utama seorang pawang adalah doa untuk mendekatkan hubungan dengan sang pencipta.

Untuk memuluskan aksinya, Hadi melakukan tirakat sebelumnya. Saat beraksi, Hadi menggunakan lada sebagai media. Hadi menerangkan secara konsep hujan terjadi karena suhu disekitar wilayah tersebut lembab, sehingga agar dia menaikkan suhu agar menjadi panas.

"Sarana kita pakai lada yang identik dengan panas, kita bacakan doa, lalu minta suhu suatu tempat menjadi panas," paparnya.

Hadi menerangkan secara konsep jika suhu tempat tersebut naik, maka angin akan berembus menggeser awan mendung ke tempat lain.

"Kalau berapa lama (durasi) ya tergantung kemampuan kita untuk meminta sama Allah," imbuhnya.

 

5. Ada juga pawang hujan yang menggunakan sesaji sampai jin

[WANSUS] Berkah Pawang Hujan di Musim Hujan hingga ke MancanegaraIlustrasi mendung tebal. IDN Times/Febriana Sinta

Hadi tidak menampik banyak media yang digunakan pawang hujan saat beraksi tergantung dari keyakinan masing-masing.

"Kalau saya full doa saja, tetapi memang banyak teman-teman yanh menggunakan sesaji, bahkan memakai jin, jadi banyak metodenya, kalau pawang itu percaya batu itu ada khodamnya ya pakai batu, jadi kembali lagi kepercayaannya," imbuhnya.

Baca Juga: Kisah Pawang Hujan Bertarif Rp3 Jutaan, Kiprahnya hingga Mancanegara

6. Cacian dan makian jadi makanan sehari-hari

[WANSUS] Berkah Pawang Hujan di Musim Hujan hingga ke MancanegaraHadi Sutikno sang pawang hujan (Dok. Istimewa)

Berkecimpung dunia pawang hujan membuat Hadi harus bersabar menghadapi cacian dan makian, sebab banyak masyarakat yang menilai pawang hujan merupakan sesuatu yang musrik sehingga uang yanh didapat juga haram.

"Yang tidak percaya secara verbal aja banyak apalagi yang berbau metafisika jadi wajar, pernah sampai diteror, tetapi mereka tidak tahu tindakan dan tidak memahami profesi ini jadi didiamkan saja lah," ungkapnya.

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya