Kisah Pawang Hujan Bertarif Rp3 Jutaan, Kiprahnya hingga Mancanegara
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kiprah pawang hujan mulai bangkit kembali seiring penurunan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang memperbolehkan digelarnya hajatan. Tak bisa disangkal, pawang hujan pun terdampak pandemik COVID-19.
Salah satu pawang hujan yang ketiban berkah saat penurunan level PPKM dan bertepatan dengan musim hujan yakni Hadi Sutikno. Meski panggilan jasa pawang hujan belum seramai sebelum pandemik, Hadi bersyukur sejumlah acara mulai digelar dan menggunakan jasanya.
"Sebelum adanya COVID-19, hampir seminggu itu pasti ada, namun saat ini wedding masih jarang ya karena mungkin belum berani mengadakan resepsi besar, namun banyak dari coorporate yang mulai menggelar event," ujarnya pada IDN Times, Minggu (14/11/2021).
Baca Juga: 7 Teori Fenomena Paranormal Penampakan Bayangan di Pojokan
1. Pawang hujan turut terdampak pandemik COVID-19
Hadi mengatakan pandemik COVID-19 yang melanda tanah air membuatnya tidak mendapatkan job selama berbulan-bulan sebab pemerintah melarang kegiatan seperti resepsi nikah dan acara besar.
"Dampaknya sangat besar karena event gak ada, gak ada subsidi, apalagi andalan saya di wedding, syukurnya saya juga tetap bekerja di swasta," katanya.
2. Hadi pasang tarif tertinggi Rp3 juta
Hadi memasang tarif sekitar Rp3 jutaan untuk menghalau hujan di lokasi pernikahan. Tarif berbeda jika acara digelar perusahaan, yang ditentukan berdasarkan durasi dan kontraknya.
"Saya jujur, tarif saya paling tinggi Rp3 jutaan, namun saya tidak minta DP (uang muka), jadi saya layani dahulu, saya service baru bayar," ujar dia.
Editor’s picks
3. Melakukan ragasukma saat beraksi
Saat melakukan aksinya, Hadi cukup berdiam di rumahnya yang berada di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, Banten.
"Saya tidak saya tidak sampai mencari (tempat khusus). Pernah dengar ragasukma? Ya seperti itu raga memang di rumah wirid, namun sukma saya bisa ke mana saja, jadi tidak jarang pasien saya juga banyak dari luar Jawa, bahkan luar negeri," kata dia.
4. Pelanggan lokal hingga mancanegara
Selama 15 tahun menjadi pawang hujan, Hadi sudah menjangkau pelosok negeri, bahkan hingga mancanegara mulai Thailand, Filipina hingga Singapura.
"Pelanggan saya seluruh Indonesia, ada yang dari Singapura, jadi mereka cari melalui Google atau medsos saya, tapi kebanyakan mereka ngetes dulu. Jadi saya minta kirim lokasi mereka melalui Google Map, lalu kirim doa sekitar 15 menit saya minta video call agar clear, jadi memang banyak yang ngetes-ngetes gitu," ujarnya.
Baca Juga: 7 Fakta Ambidextrous, Bakat Manusia yang Unik dan Langka
5. Geliat pawang hujan mulai terlihat
Kini, usaha Hadi mulai menggeliat lagi pasca-pandemik COVID-19, berbagai perusahaan mulai menggunakan jasanya, termasuk hajatan pernikahan. Dia berharap pandemik cepat berlalu.
"Pawang hujan ramainya saat musim hujan ya ini tantangan, meski semoga pandemik berlalu," tutur Hadi.