Presiden Prabowo Subianto usai memimpin upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta Timur, Rabu (1/10/2025) menyapa sejumlah siswa sekolah (Youtube.com/Sekretariat Presiden)
Lebih lanjut, Bhima juga membeberkan kondisi pemerintahan Prabowo saat ini yang seperti mengikuti kebijakan China. Hal ini dinilai perlu dilakukan agar Indonesia bisa meniru pencapaian China.
Pertama, upaya Prabowo membentuk koalisi gemuk, dengan tidak ada partai yang bertindak sebagai oposisi. Sistem ini dianut untuk menjaga kondusivitas. Namun yang perlu jadi catatan, China merupakan negara yang menganut partai tunggal.
"Tapi pertanyaannya, untuk menjadi seperti China, Prabowo punya beberapa syarat yang ingin dicapai. Yang pertama adalah koalisi partai besar, kita lihat sekarang konsolidasi politik terjadi. Bahkan, konsolidasi ini artinya tidak ada oposisi, tapi kan China partai tunggal. Sementara, kita multipartai," ujar Bhima.
Kedua, membutuhkan tentara yang kuat dan membuka ruang militer untuk masuk ke ranah sipil. Sistem di China ini diistilahkan dengan strategi military-civil fusion yakni penggabungan antara fungsi militer ke dalam sipil. Di Indonesia, isu militer ikut campur ranah sipil mencuat seiring Revisi UU TNI disahkan oleh pemerintah.
Ketiga, adanya badan yang dibentuk pemerintah untuk mengelola dana investasi strategis dan mengelola aset Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Lembaga negara semacam ini juga ada di China.
"Kemudian ada lagi pengkonsolidasian kapital ini mereka juga punya semacam Danantara. Jadi Danantara itu Indonesia dengan China itu punya kemiripan. Mengkonsolidasikan aset-aset dari BUMN," jelas Bhima.
Kemudian keempat adanya resentralisasi kekuasaan. Bhima menjelaskan, sentralisasi kekuasaan ini bukan hanya pada bidang keamanan dan ideologi, tapi juga merambah ke sektor ekonomi, dengan seluruh pengusaha konglomerat tidak boleh membangkang dengan negara. Di China, kasus ini sudah pernah terjadi, saat Pendiri Alibaba Group Holding, Jack Ma, dianggap tidak patuh dengan negara.
"Tentu, kita ingat pada kejadian menarik konglomerat China, Jack Ma, itu saking besar konglomerasinya tapi dianggap tidak patuh terhadap alat dari politbiro atau kuasa politbiro. Sehingga, yang terjadi dia disingkirkan oleh kekuasaan politbiro di China. Itu artinya konglomerat tidak boleh durhaka terhadap pemerintahan yang berkuasa," kata Bhima.
Bhima lantas mempertanyakan apakah upaya Prabowo meniru kebijakan China ini juga akan membawa keberhasilan sesuai yang diharapkannya. Mengingat arah pemerintahan yang dilakukan belakangan mengorbankan banyak unsur, mulai dari kerusakan lingkungan, kebebasan sipil, hingga menguatnya militerisme di ranah sipil.
"Pertanyaannya ini hasilnya akan seperti China atau Singapura, atau hasilnya akan beda?," ujar dia.