Jakarta, IDN Times - Artis sekaligus penyanyi, Gisella Anastasia menyambangi Polda Metro Jaya pada Jumat (25/10) lalu. Didampingi pengacaranya, Gisel--begitu dia biasa disapa-- melaporkan soal beredarnya video porno yang diduga mirip dengan dirinya di media sosial.
Gisel pun siap dipanggil dan memberikan keterangan kepada penyidik Polda Metro Jaya perihal kasus ini.
Seperti apa perjalanan kasus yang melibatkan finalis ajang pencarian bakat ini? Berikut fakta-fakta yang dirangkum IDN Times.
Penyidik Polda Metro Jaya akhirnya memanggil Gisel pada Rabu (30/10) kemarin. Gisel datang untuk melengkapi bukti-bukti terkait laporannya, serta memberikan klarifikasi kepada penyidik. Pengacara Gisel, Sandy Arifin menjelaskan, kliennya itu dicecar sekitar 19 pertanyaan.
"Pertanyaannya lebih kepada kronologis kejadian, hari dan waktu dan jamnya. Kemudian kerugiannya apa," kata Sandy di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan.
"Sisanya, kemungkinan minggu depan kita akan menghadirkan saksi-saksi yang memang ada di TKP, dimana saat waktu bersamaan Mbak Gisel buka HP dan dengar berita (video porno)," lanjut dia.
Sementara itu, Gisel mengungkapkan, proses hukum akan tetap berjalan meski nantinya para pelaku meminta maaf.
"Kalau dapat siapa yang buat (video porno) pertama, saya gak mau maafin pasti saya proses. Kalau yang lain-lain, kita lihat gimana dia jelekin saya atau buat nama saya jelek," ungkap Gisel.
"Saya sebel. Sekecil apapun Anda ikut sebarkan link (video porno) itu, berpengaruh ke kehidupan saya," kata dia lagi.
Gisel juga merasa terganggu akibat beredarnya video tersebut. Terutama, saat banyak orang yang melihat sambil menatap matanya.
"Kadang-kadang lihat tatapan mata orang ngelihatnya kayak apa itu. Mungkin itu lebih ke otak saya sendiri yang harus dikontrol segera," kata Gisel.
Meski begitu, beredarnya video porno tersebut tidak berdampak terhadap kehidupan pribadi Gisel.
"Kalau (dampak) yang parah sih gak. Cuma lebih ke psikologi saja merasa takut di-judge orang-orang," tutur Gisel.
Laporan Gisel sendiri telah terdaftar dalam nomor laporan LP/6864/X/2019/Dit. Reskrimsus, tanggal 25 Oktober 2019. Pasal yang disangkakan ialah, Pasal 27 Ayat 1 Jo Pasal 45 Ayat 1 dan atau Pasal 27 Ayat 3 dan atau Pasal 23 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dan atau Pasal 4 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi.