Balasan Suara dari Kamar 209 Hotel Roa Roa di Palu

Relawan ini menceritakan proses evakuasi korban gempa

Palu, IDN Times - Hotel Roa Roa merupakan salah satu bangunan di Kota Palu, Sulawesi Tengah yang rata dengan tanah setelah gempa 7,4 Skala Richter (SR) pada Jumat (28/9). Penghuni dan pegawai hotel itupun tertimbun hidup-hidup. 

Tim SAR dan relawan berlomba dengan waktu untuk mengevakuasi orang-orang yang masih hidup. Semakin lama proses berjalan, kemungkinan korban gempa selamat pun semakin tipis. 

Kisahnya dibagikan seorang relawan bernama Icha yang berusia 45 tahun. 

1. Bekerja dengan ekstra hati-hati

Balasan Suara dari Kamar 209 Hotel Roa Roa di PaluANTARA FOTO/BNPB/pras

Satu hari paska kejadian gempa terjadi, dengan peralatan yang minim ia mencoba menyisir bangun hotel yang sudah hampir rata dengan tanah tersebut untuk mencari korban yang masih selamat.

Ia pun mengaku harus bekerja dengan ekstra hati-hati karena sisa bangunan tersebut bisa saja menimpa tubuhnya. Maklum saja, puing-puing bangunan masih tak stabil dan kapan saja bisa roboh mengisi ruang-ruang kosong di bawahnya. 

Karena peralatan masih terbatas, suara menjadi salah satu cara Icha mencari korban. Sampai teriak-teriak 'halo ada orang?'" kata Icha, Selasa (2/10).

2. Saat menyisir lokasi kejadian, masih ada korban selamat

Balasan Suara dari Kamar 209 Hotel Roa Roa di PaluANTARA FOTO/Basri Marzuki

Icha mengatakan, saat melakukan penyisiran ia menemukan suara balasan dari korban yang terjebak di reruntuhan hotel tersebut.

“Ada yang balas tuh teriakan saya, dia bilang namanya Fitri di kamar 209. Kebetulan saya ada di depan kamar itu. Dia juga bilang terjebak bersama suaminya,” terang Icha.

Baca Juga: Viral Gempa Bandung dan Jakarta Dalam Waktu Dekat, LIPI: Itu Hoax!

3. Icha sempat berikan bantuan makan dan minum kepada korban

Balasan Suara dari Kamar 209 Hotel Roa Roa di PaluANTARA FOTO/Basri Marzuki

Icha kemudian mencoba masuk ke dalam reruntuhan tersebut untuk mencari titik persis lokasi korban.

"Korban kemudian mengangkat tangan, tapi cuma kelihatan telapak tangannya," ujarnya.

"Dia bilang haus, minta minum, kemudian saya kasih minum, dia bilang juga lapar lantas sata berikan makanan,” imbuhnya.

Namun nahas, suami Fitri nyawanya tidak bisa tertolong karena dalam posisi yang cukup parah terhimpit reruntuhan dan tidak bisa bertahan hidup lebih lama.

"Fitri cuma luka lecet-lecet aja, karena dia di bawah kasur, betonnya nimpa di atas kasur," jelasnya.

Baca Juga: LIPI: Hoax Jika Ada yang Sebut Gempa Bisa Diprediksi

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya