Dukung Menkes Genjot Testing, Komisi IX Imbau Masyarakat Tidak Panik

Kasus aktif akan meningkat jika jumlah testing ditambah

Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua Komisi IX DPR Charles Honoris mendukung langkah Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menggenjot program testing dan tracing COVID-19, yang nantinya akan berdampak pada peningkatan kasus aktif di Indonesia. Namun, Charles mengimbau masyarakat untuk tidak panik.

“Karena justru dengan testing dan tracing yang jauh lebih masif, kondisi riil penyebaran COVID-19 di masyarakat bisa tergambar dengan jelas, sehingga pemerintah bisa menyusun strategi penanggulangan yang benar,” kata Charles dalam keterangan tertulis, Selasa (9/2/2021).

Baca Juga: Kasus COVID-19 di RI Akan Terus Naik, Menkes Minta Jokowi Tak Panik

1. Jumlah kasus berdasarkan tes PCR dinilai tidak riil

Dukung Menkes Genjot Testing, Komisi IX Imbau Masyarakat Tidak PanikIlustrasi Swab Test. ANTARA FOTO/Aji Styawan

Politikus PDI Perjuangan itu menuturkan, jumlah kasus yang tercatat berdasarkan tes PCR bukanlah angka yang riil. Artinya, jumlah angka positif di lapangan bisa jauh lebih tinggi.

"Hal ini terbukti dengan positivity rate yang tinggi sekali, bahkan sempat mencapai 30 persen lebih atau 6 kali lipat standar WHO sebesar 5 persen pada Januari lalu," kata Charles. 

2. Penanganan COVID-19 di lapangan tidak akurat karena jumlah kasus yang tidak riil

Dukung Menkes Genjot Testing, Komisi IX Imbau Masyarakat Tidak PanikIlustrasi petugas medis memeriksa kondisi pasien virus corona menggunakan APD. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto

Angka tidak riil itu, kata dia, membuat pemetaan di lapangan menjadi tidak akurat, sehingga kebijakan penanganan COVID-19 menjadi kurang efektif.

"Keberanian Menkes belum lama ini yang mengakui testing selama ini salah secara epidemiologi, juga patut diapresiasi,” tuturnya.

3. India sukses menekan kasus COVID-19 setelah menggenjot testing dan tracing dengan baik

Dukung Menkes Genjot Testing, Komisi IX Imbau Masyarakat Tidak PanikPetugas kesehatan memakai alat pelindung diri (APD) saat melakukan uji usap pada pekerja konstruksi untuk uji antigen cepat di lokasi konstruksi, ditengah wabah penyakit virus corona (COVID-19), di Ahmedabad, India, Rabu (9/9/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Amit Dave)

Oleh karena itu, kata Charles, langkah Menkes yang akan menggenjot testing dengan metode swab antigen kepada 15-30 orang kontak erat per kasus aktif dalam waktu 72 jam wajib mendapatkan dukungan.

Langkah tersebut dinilai sudah membuahkan hasil baik di India yang berpenduduk 1,4 miliar. Pada September 2020, dengan metode tersebut, India memiliki kasus baru 100 ribu per hari, namun empat bulan kemudian terjun bebas ke sembilan ribu atau terendah dalam 8 bulan terakhir.

"Kami berharap dengan metode testing dan tracing baru, yang berjalan simultan dengan program vaksinasi, bisa meredam penyebaran COVID-19. Tidak boleh ada euforia atau pun kelonggaran protokol kesehatan sebelum COVID-19 benar-benar hilang dari Indonesia,” imbau Charles.

Sebelumnya, dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IX pada Selasa (9/2/2021), Menkes mengatakan akan menggenjot 3T, khususnya di bagian testing dan tracing

Mantan Wakil Menteri BUMN itu meniru strategi yang dilakukan oleh India untuk mengurangi laju penularan COVID-19. Caranya dengan melakukan identifikasi secepatnya siapa saja yang melakukan kontak erat dengan orang yang terpapar COVID-19, lalu individu tersebut diisolasi.

"Jadi, saya sudah ingatkan ke Bapak Presiden, ini yang terjadi di India di mana jumlah kasus akan terlihat naik, karena akan lebih banyak yang terlihat. Namun, bapak-ibu tidak perlu panik. Lebih baik kita lihat riilnya (angka COVID-19 di Indonesia) seperti apa, sehingga strateginya benar, daripada kelihatannya sedikit padahal kenyataannya (angka COVID-19) jauh lebih banyak," kata Budi dalam pemaparannya di forum rapat dengar pendapat dengan Komisi IX DPR, Selasa (9/2/2021). 

Baca Juga: Menkes: 100 Ribu Tenaga Kesehatan Batal Divaksinasi COVID-19

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya