Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Profil Said Didu: Birokrat Senior yang Berani Kritik Kebijakan

IDN Times/Maya Aulia Aprilianti
IDN Times/Maya Aulia Aprilianti
Intinya sih...
  • Said Didu, birokrat senior kelahiran Sulawesi Selatan, terkenal karena membela warga pesisir Tangerang yang terdampak proyek Pantai Indah Kapuk 2.
  • Mantan Staf Khusus Menteri ESDM ini memiliki rekam jejak panjang di dunia birokrasi Indonesia, termasuk peneliti di BPPT hingga Sekretaris Kementerian BUMN.
  •  
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Said Didu, birokrat senior kelahiran Pinrang, Sulawesi Selatan, 2 Mei 1962, menjadi sorotan publik setelah lantang membela warga pesisir Tangerang yang terdampak proyek Pantai Indah Kapuk 2 (PIK 2).

Sosoknya semakin dikenal luas setelah tagar #SaveSaidDidu viral di media sosial dan mendapat dukungan dari berbagai tokoh publik, termasuk mantan Menko Polhukam Mahfud MD.

Pria lulusan Teknik Industri IPB ini memiliki rekam jejak panjang di dunia birokrasi Indonesia, mulai dari peneliti di BPPT hingga menjabat sebagai Sekretaris Kementerian BUMN. Keberaniannya mengkritik kebijakan pemerintah membuatnya harus melepas sejumlah jabatan strategis, termasuk posisi Komisaris PT Bukit Asam Tbk.

1. Perjalanan karier di birokrasi

Tambang batubara PT Bukit Asam Tbk (PTBA). (dok. PTBA)
Tambang batubara PT Bukit Asam Tbk (PTBA). (dok. PTBA)

Said Didu mengawali kariernya di BPPT pada tahun 1987, ia merintis dari posisi staf hingga menjadi Tim Ahli Menristek/Kepala BPPT pada 2004.

Pencapaian kariernya mencapai puncak saat ditunjuk sebagai Sekretaris Kementerian BUMN periode 2005-2010. Ia dipercaya memegang berbagai posisi komisaris di beberapa BUMN, termasuk PTPN IV dan PT Bukit Asam.

Keahliannya dalam merancang perundang-undangan terkait pembenahan birokrasi di kementerian BUMN membuatnya menjadi salah satu tokoh kunci dalam reformasi BUMN. Said Didu menuntaskan pendidikannya hingga meraih gelar doktor di IPB dengan predikat Summa Cum Laude yang semakin mengukuhkan kredibilitasnya dalam dunia birokrasi dan akademis.

2. Kiprah di organisasi nasional

IDN Times/Maya Aulia Aprilianti
IDN Times/Maya Aulia Aprilianti

Selain berkarier di pemerintahan, Said Didu menunjukkan kepemimpinannya dalam berbagai organisasi nasional. Ia menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) periode 2009-2012 dan memimpin Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Pusat pada periode 2003-2005.

Kontribusinya terhadap almamater juga terlihat dari posisinya sebagai Ketua Umum Alumni IPB periode 2008-2013. Dalam perannya ini, Said Didu aktif mendorong para alumni untuk memiliki lima modal dasar penting, yaitu nilai keunggulan, semangat kompetisi, integritas dalam memegang jabatan, pengembangan kompetensi, serta kejujuran dan kecerdasan.

3. Sikap kritis dan berani

Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu (IDN Times/Dini Suciatiningrum)
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Babak baru dalam karier Said Didu dimulai saat menjabat sebagai Staf Khusus Menteri ESDM Sudirman Said pada 2014-2016. Setelah Sudirman Said dicopot pada 2016, ia pun ikut mundur dan mulai vokal mengkritik berbagai kebijakan pemerintah, tidak hanya dalam sektor energi seperti kasus Freeport, tetapi juga menyentuh kebijakan politik lainnya.

Konsekuensi dari sikapnya yang kritis, ia diberhentikan dari posisi Komisaris PT Bukit Asam Tbk pada 2018. Demi kebebasan dalam menyuarakan kritik, Said Didu akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai pegawai negeri pada 13 Mei 2019, setelah mengabdi selama 32 tahun 11 bulan 24 hari.

4. Perjuangan membela rakyat

Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Mahfud MD. (Tangkapan layar YouTube Mahfud MD)
Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Mahfud MD. (Tangkapan layar YouTube Mahfud MD)

Kepedulian Said Didu terhadap masyarakat terlihat jelas dalam pembelaannya terhadap warga pesisir Tangerang yang terdampak proyek PIK 2.

Ia aktif mendampingi warga untuk memperjuangkan hak-hak mereka, terutama terkait kompensasi yang dinilai tidak adil. Aksi pembelaannya ini mendapat dukungan luas dari berbagai kalangan.

Ia konsistensinya membela kepentingan publik mempertanyakan besarnya anggaran yang digunakan untuk belanja pegawai proyek dibandingkan dengan kompensasi yang diterima warga. Perjuangannya ini mendapat dukungan dari tokoh-tokoh nasional, termasuk Mahfud MD yang menekankan pentingnya keadilan dalam pelaksanaan proyek strategis nasional tersebut.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
fredlina nayla sahla
Deti Mega Purnamasari
fredlina nayla sahla
Editorfredlina nayla sahla
Follow Us