Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Letusan gunung Lewotobi Laki-Laki. (IDN Times/Triyan Pangastuti)
Letusan gunung Lewotobi Laki-Laki. (IDN Times/Triyan Pangastuti)

Intinya sih...

  • Warga mengungsi hingga 12 kilometer dari kawah gunung

  • Aktivitas vulkanik masih berlangsung dengan deteksi tremor dan gempa vulkanik

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN TimesGunung Lewotobi Laki-Laki, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur kembali erupsi Selasa (17/6/2025) pukul 17.50 WIB. Erupsi ini ditandai dengan munculnya awan panas terpantau menyebar ke segala arah di sekitar kawasan gunung dengan ketinggian kolom abu mencapai lebih dari 10 kilometer.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan, situasi di sekitar gunung masih sangat terbatas untuk dijangkau karena kondisi gelap, disertai hujan abu dan kerikil yang menyulitkan petugas dalam menelusuri informasi lebih lanjut.

"BPBD Kabupaten Flores Timur juga belum menerima laporan adanya warga terdampak dari kepala desa di sekitar gunung," kata Abdul Muhari, dalam keterangan resmi, di Jakarta, Rabu (18/6/2025).

1. Warga telah mengungsi sejauh 12 kilometer

ilustrasi gunung lewotobi laki-laki NTT meletus (Dok. esdm.go.id)

Meski berada di luar radius Kawasan Rawan Bencana (KRB), hujan pasir dilaporkan terjadi di sejumlah desa seperti Desa Boru, Desa Hewa, dan Desa Watobuku. Sebagian warga dari Desa Nurabelen, Kecamatan Ile Bura, telah mengungsi ke lokasi pengungsian di Konga demi menghindari dampak erupsi yang terjadi.

Sementara itu, di Pos Pemantauan Gunung Lewotobi Laki-laki di Desa Pululera, yang berjarak 7 kilometer dari puncak kawah, dilaporkan terjadi hujan batu kerikil. Petugas pos telah mengungsi ke Gereja di Desa Pululera yang berjarak sekitar 1,2 kilometer dari pos pemantauan.

"Beberapa warga juga telah mengungsi ke Desa Nileknoheng, yang berada sejauh 5 kilometer dari pos atau 12 kilometer dari kawah gunung," kata dia.

2. Aktivitas vulkanik masih berlangsung

Gunung Lewotobi Laki-Laki (Dok. BPBD Kabupaten Flores Timur)

Alat pemantauan seismik juga masih mendeteksi tremor yang menandakan aktivitas vulkanik masih berlangsung. Adapun rincian aktivitas kegempaan yang dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menunjukkan adanya satu kali gempa hembusan dan tremor non-harmonik, dua kali gempa vulkanik dalam, serta empat kali gempa tektonik jauh.

Di luar radius kawasan rawan bencana (KRB), hujan pasir dilaporkan terjadi di beberapa desa, seperti Desa Boru, Desa Hewa, dan Desa Watobuku.

Sementara itu, sebagian warga dari Desa Nurabelen, Kecamatan Ile Bura, telah mengungsi ke lokasi pengungsian di Konga sebagai langkah antisipasi terhadap erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki.

3. Status Gunung Lewotobi Laki-laki Meletus Naik Level IV

Gunung Lewotobi Laki-laki erupsi yang teramati dari Desa Pululera di Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, NTT, Rabu (10/1/2024). (ANTARA FOTO/Mega Tokan)

PVMBG kembali meningkatkan status gunung api Lewotobi Laki-Laki dari level III (siaga) menjadi level IV (awas). Atas kenaikan status tersebut, bagi masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki direkomendasikan untuk mewaspadai potensi banjir lahar hujan di sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung. Terutama apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi di daerah Dulipali, Padang Pasir, Nobo, Nurabelen, Klatanlo, Hokeng jaya, Boru, Nawakote.

Merujuk pada rekomendasi PVMBG dan hasil analisis lapangan sementara, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki untuk meningkatkan kewaspadaan serta tidak beraktivitas dalam radius yang telah ditetapkan oleh otoritas setempat dan mengikuti arahan dari petugas lapangan.

Di samping itu, masyarakat diharapkan dapat segera melakukan evakuasi ke lokasi radius yang aman, melindungi diri dari paparan abu vulkanik dengan mempersiapkan masker maupun kain basah serta menghindari area aliran sungai untuk mengantisipasi potensi banjir lahar.

Editorial Team