Heboh Pesawat Militer AS Sempat Ada di Labuan Bajo, Ini Kata Mabes TNI

- Dua pesawat Osprey mendarat di Labuan Bajo untuk mengisi bahan bakar.
- Pengamanan penerbangan pesawat militer asing menjadi prosedur TNI.
- Indonesia sempat disebut bakal beli 8 pesawat MV-22 Osprey buatan AS.
Jakarta, IDN Times - Mabes TNI angkat bicara soal penerbangan dua pesawat militer asing milik Amerika Serikat (AS) yang mendarat di Bandara Internasional Komodo, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dua pesawat yang mendarat di Labuan Bajo pada 6 Juli 2025 lalu adalah CMV-22 Osprey milik marinir AS yang salah satu fungsinya untuk pengintaian.
Namun, Kepala Pusat Informasi Mabes TNI, Mayjen TNI Kristomei Sianturi mengatakan ketika dua pesawat Osprey mendarat di teritori Indonesia mendapat pengamanan dari TNI. Pengamanan tersebut, kata Kristomei, berjalan aman dan lancar sesuai prosedur.
"Pesawat pertama yang diamankan adalah CMV-22 Osprey dengan nomor registrasi 169456 atas nama United States of America. Mereka membawa delapan orang kru tanpa penumpang," ujar Kristomei di dalam keterangan tertulis dan dikutip pada Jumat (11/7/2025).
Pesawat kedua juga merupakan CMV-22 Osprey dengan nomor registrasi 169450 atas nama United States of America dengan tujuh orang kru tanpa penumpang. Apa aktivitas dua pesawat pengintai milik AS itu hingga mendarat di Labuan Bajo?
1. Dua pesawat Osprey ada di Labuan Bajo untuk mengisi bahan bakar

Lebih lanjut, kedua pesawat Osprey menempuh rute Denpasar-Labuan Bajo-Darwin. Misinya sedang mengisi bahan bakar.
"Misi mereka techincal landing for refuel untuk mendukung transit PACOM dari Filipina ke Australia," kata jenderal bintang dua itu.
Pesawat tiba di Indonesia pukul 17.51 WITA dan lepas landas kembali pada pukul 19.25 WITA. Kristomei mengatakan seluruh rangkaian kegiatan penerbangan dan pengamanan di Bandara Internasional Komodo sudah selesai pada 19.27 WITA tanpa kendala berarti.
"Kami tetap mengutamakan aspek keamanan, keselamatan penerbangan dan koordinasi lintas instansi," ujarnya.
2. Pengamanan penerbangan pesawat militer asing menjadi prosedur TNI

Ia menambahkan pengamanan penerbangan pesawat militer asing yang melintas dan singgah di wilayah Indonesia harus dilakukan sesuai prosedur yang berlaku. Hal itu merupakan bagian dari tugas pokok TNI sesuai dengan UU baru nomor 3 tahun 2025.
"TNI berkomitmen untuk menjaga kedaulatan wilayah udara nasional serta memastikan aktivitas penerbangan internasional berjalan aman dan tertib," kata Kristomei.
3. Indonesia sempat disebut bakal beli 8 pesawat MV-22 Osprey buatan AS

Indonesia pada tahun 2020 lalu sempat disebut akan membeli delapan unit pesawat MV-22 Osprey. Informasi itu bersumber dari keterangan resmi Defense Security Cooperation Agency (DSCA).
Di dalam kesepakatan itu, Indonesia akan membayar setara US$2 miliar atau Rp28 triliun untuk delapan pesawat angkut militer militer jenis MV-22 Block C Osprey dan peralatan terkait. Namun, hingga kini belum ada tindak lanjut dari pembelian tersebut.
Pesawat Osprey adalah alutsista yang unik lantaran merupakan perpaduan antara helikopter dan pesawat terbang baling-baling. Dikutip dari laman Naval Technology, pesawat ini mampu mengangkut 24 personel, kargo internal 9 ton atau 6,8 ton kargo eksternal.
Di Amerika Serikat Pesawat MV-22 Block C Osprey digunakan oleh pasukan Marinir atau angkatan laut. Pesawat ini juga mampu terbang dengan kecepatan tinggi.
Boeing selaku produsen pesawat mengatakan MV-22 Osprey adalah pesawat tempur multirole yang memanfaatkan teknologi tiltrotor untuk menggabungkan kinerja vertikal helikopter dengan kecepatan dan jangkauan pesawat sayap tetap.
Dengan rotor di posisi vertikal, ia bisa lepas landas, mendarat dan melayang seperti helikopter. Setelah mengudara, itu dapat dikonversi ke pesawat turboprop yang mampu terbang dengan kecepatan tinggi dan ketinggian tinggi.
Aeroweb melaporkan, V-22 Osprey dapat dilengkapi dengan senapan mesin M240 7,62 mm atau senapan mesin M2 Browning kaliber 50 (12,7 mm). MV-22 Osprey dikabarkan bakal menggunakan belly turret Interim Defensive Weapon System (IDWS) dari BAE Systems yang memiliki minigun tiga laras GAU-17 kaliber 7,62mm.