Dubes RI: Eksodus Jadi Penyebab Kasus COVID-19 Melonjak di Italia
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Duta Besar Republik Indonesia untuk Italia, Esti Andayani, menyebut eksodus menjadi penyebab melonjaknya kasus COVID-19 di Italia. Sejak pemberlakuan lockdown pada 23 Februari 2020, kata Esti, banyak warga yang pulang ke kampung halaman. Sebab, kegiatan perekonomian terhenti. Dalam seminggu banyak kasus baru bermunculan.
"Akhirnya perdana menteri bersama otoritas kesehatan memutuskan untuk lockdown nasional. Kita gak bisa main-main, karena banyak gejala yang gak terdeteksi. Terutama yang masih muda, lalu pulang dan menulari orang tua," ujar Esti dalam live streaming bersama IDN Times, Senin (27/4).
Baca Juga: Wabah Virus Corona: Lebih Dari 100 Dokter di Italia Meninggal Dunia
1. Banyak warga yang bandel meski wilayah sudah di-lockdown
Menurut Esti, pemberlakuan social distancing tidak langsung efektif. Sebab, secara kultur masyarakat Italia sangat suka bersosialisasi. Bahkan, anak-anak millennial nekat bermain ski di tengah pandemik COVID-19. Akibatnya, mereka positif COVID-19 dan menyebar ke orang lain.
"Dari yang semula 7 wilayah zona merah jadi 11. Pada 12 Maret 2020 aturan diperketat. Masyarakat gak boleh jalan ke mana pun kecuali belanja kebutuhan pokok. Ada denda sampai kurungan 1 tahun karena banyak yang bandel," tuturnya.
2. Situasi Italia saat ini sudah cukup kondusif
Editor’s picks
Saat ini, kata Esti, situasi di Italia cukup kondusif setelah aturan diperketat. Berdasarkan data terkini, total kasus virus corona di Italia tercatat 197.675 kasus. Dari angka itu, 26.644 orang meninggal dan 64.928 orang dinyatakan sembuh.
"Penambahan kasus sangat melambat, tingkat kematian juga turun. Kalau sebulan lalu setiap hari ada 700-an kematian, selama 5 hari ini sudah di bawah 500 orang. Kemarin selama 24 jam ada 240 yang meninggal," jelasnya.
3. Lockdown akan dibuka pada 4 Mei 2020 mendatang
Oleh sebab itu, lanjut Esti, pemerintah berencana membuka lockdown pada 4 Mei 2020. Namun demikian, aturan social distancing dan protokol kesehatan tetap berlaku.
"Beberapa aula dan bangsal yang digunakan untuk menangani pasien COVID-19 sudah kembali ke fungsinya semula. Rencananya pabrik-pabrik yang esensial juga akan dibuka lagi. Kami akan memasuki fase kedua, yaitu hidup bersama virus (corona)," ujar Esti.
Baca Juga: Meski Kasus COVID-19 Masih Tinggi, RS di Italia Mulai Bisa Napas