Millennials Rentan Terpapar Penyakit Tidak Menular 

Menkes ingatkan kaum muda untuk sadar gaya hidup sehat

Jakarta, IDN Times - Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengatakan generasi millennials rentan terpapar penyakit tidak menular (PTM). Berdasarkan data Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018, terjadi peningkatan PTM pada kelompok usia remaja dan dewasa muda.

"Kanker, stroke, diabetes mellitus, dan hipertensi muncul pada kelompok usia 15-24 tahun dan terus meningkat hingga kelompok usia 35-44 tahun," ujar Nila usai pembukaan Youth Town Hall di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (20/3).

1. Kecelakaan lalu lintas pada anak muda meningkat dua kali lipat

Millennials Rentan Terpapar Penyakit Tidak Menular IDN Times/Nofika Dian Nugroho

Menurut Nila, proporsi cedera menurut Riskesdas 2018 pada kelompok usia 15-24 tahun semakin meningkat (12,2 persen) dibanding Riskesdas 2013 (11,7 persen). Sementara, proporsi kecelakaan lalu lintas ketika mengendarai sepeda motor tertinggi ada pada kelompok usia 15-24 tahun (79, 4 persen) dan 25-34 tahun (82,5 persen), meningkat hampir 2 kali lipat dibanding Riskesdas 2013.

"Prevalensi merokok di usia 10-18 tahun berdasarkan Riskesdas 2018 juga meningkat menjadi 9,1 persen, menjauh dari target RPJMN 2019 (5,4 persen)," jelasnya.

2. Kelompok usia produktif mengalami kerugian akibat penyakit tidak menular

Millennials Rentan Terpapar Penyakit Tidak Menular openstate.com.au

Nila menjelaskan, hasil studi beban penyakit (burden of disease) tahun 2017 yang dikeluarkan IHME dan Balitbangkes menyatakan remaja dan kelompok usia produktif mengalami kerugian akibat PTM. Tahun yang hilang akibat disabilitas dan kematian dini PTM semakin meningkat di usia remaja (10-14 tahun). Dengan demikian, puncak beban ada pada kelompok usia produktif.

"Masyarakat dari usia muda ini cukup banyak dan menghadapi bonus demografi. Dalam acara Youth Town Hall ini, sebenarnya kami ingin mendengar apa yang diharapkan dari anak muda. Kami harapkan anak muda jadi Agent of Change untuk hidup sehat,” kata Nila.

3. Indonesia menjadi bagian dari bonus demografi

Millennials Rentan Terpapar Penyakit Tidak Menular IDN Times/Indiana Malia

Saat ini, generasi muda (10-24 tahun) di seluruh dunia mencapai 1,8 miliar dan menjadi populasi terbesar dalam sejarah (World Bank, 2017). Indonesia memiliki lebih dari 63 juta pemuda atau 26 persen dari total populasi (238 juta). Berdasarkan data BPS 2015, bonus demografi akan terjadi pada tahun 2020-2030. Penduduk Indonesia yang berusia produktif mencapai 70 persen.

"Kaum muda di berbagai kawasan menghadapi banyak masalah kesehatan. Dalam menghadapi risiko ini, wajib bagi kita mendengarkan langsung dari kaum muda apa yang mereka hadapi. Masukan yang kami dapatkan terlihat dalam program kesehatan remaja yang diadvokasi WHO," kata Regional Director WHO-SEARO, Dr. Poonam Khetrapal Singh.

4. Kaum muda harus sadar gaya hidup sehat

Millennials Rentan Terpapar Penyakit Tidak Menular pexels.com/Trang Doan

Tantangan yang dihadapi kaum muda ini, tambah Poonam, merupakan peluang penting untuk memberikan pertukaran ide atau pemikiran mereka terhadap tantangan yang dihadapi. Mereka menghadapi tantangan emosi dan biasanya mereka tidak punya kekuatan untuk menghadapinya. Poonam menginginkan kaum muda dapat meningkatkan kesadaran untuk bergaya hidup sehat.

“Jadi kalau kita katakan bahwa ada masalah tentang penyakit tidak menular, apa yang harus dilakukan? Mereka langsung menghadapinya, tapi mereka harus tahu bagaimana mencegah agar tidak tertular,” ucap Poonam.

5. South-East Asian Region Youty Town Hall jadi ajang pertemuan anak muda peduli kesehatan

Millennials Rentan Terpapar Penyakit Tidak Menular IDN Times/Indiana Malia

Berdasarkan latar belakang itulah, Kementerian Kesehatan RI bersama WHO dan CISDI menggelar Youth Town Hall. Acara tersebut melibatkan pemuda perwakilan dari 11 negara anggota South East Asia Region. Anak-anak muda tersebut berperan dalam penentuan kebijakan bidang kesehatan.

Mereka akan bertukar pikiran terkait layanan kesehatan ramah remaja, program kesehatan sekolah, dan berbagi pengetahuan tentang kebutuhan kesehatan yang dirasakan pemuda dari negara-negara kawasan Asia Tenggara.

“Kita ingin pemuda ini jadi agen perubahan, kita ingin mereka punya ide sendiri tentang menghadapi tantangan kesehatan dan mereka harus berkontribusi dalam hal itu,” ungkapnya.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya