Makna Hijrah dan Cara Dakwah ala Qari Kondang Muzammil Hasballah

#IMS2020

Jakarta, IDN Times - Qari kondang Muzammil Hasballah berkelakar saat pembawa acara Vanny Elrahman, menanyakan kesibukannya setelah memiliki isteri.

“Suami dan ayah full time,” jawab Muzammil, disambut tawa ratusan audiens, saat menjadi narasumber di panggung Hijrah, Indonesia Millennial Summit 2020 by IDN Times, di The Tribrata, Jakarta Selatan, Jumat (17/1).

Berbicara dalam tema The New Lifestyle in the New Transforming Digital World, ustaz muda ini memaparkan makna hijrah.

1. Makna hijrah bagi Muzammil bukan sekadar pindah tempat

Makna Hijrah dan Cara Dakwah ala Qari Kondang Muzammil Hasballah(IDN Times/Panji Galih Aksoro)

Vanny lantas menyambung pertanyaannya dengan menanyakan makna hijrah, sebagai dakwah Muzammil lewat media sosial.

Makna hijrah menurut Muzammil, artinya berpindah. Dahulu, Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad untuk meninggalkan kota Makkah ke Madinah. Artinya, hijrah saat itu dimaknai hanya sekadar berpindah tempat.

“Hari ini makna hijrah bukan hanya berpindah tempat, tapi juga hijrah perilaku, hijrah dari dulunya maksiat jadi taat, dari yang bikin dosa jadi ibadah, hijrah mengubah penampilan dari yang gak syar’i jadi syar’i, hijrah akhlak menjadi lebih baik. Intinya, hijrah itu intinya menuju ke arah yang lebih baik, harus ada nih lillahita'ala nya,” kata dia.

Muzammil melantunkan surat An-Nisa ayat 100 dan memaparkan artinya. Bahwa siapa yang berhijrah di jalan Allah SWT, maka akan diberikan tempat hijrah yang luas dan rezeki yang melimpah.

“Hari ini kita banyak terjebak, wamayuhajir, fisabilillah nya ke-skip gak ada, kalau hijrah nanti Allah kasih kemudahan hidup, kasih rezeki yang banyak. Tapi fisabilillah nya banyak yang loncat, nah ini yang harus menjadi reminder bagi kita," ujar suami Sonia Ristanti itu. 

Menurut Muzammil, hijrah itu proses tanpa henti. Tapi jangan lupa iblis tak akan rela dan akan terus menggoda setiap orang yang akan hijrah. Bahkan, dalam riwayatnya, iblis sampai harus menyamar menjadi orang tua yang berwibawa untuk memberikan masukan pada kaum Quraisy, demi menggagalkan Nabi saat hijrah.

"Jadi berhati-hati bagi teman-teman yang hari ini hijrah, mudah-mudahan Allah menjaga niat kita dan lillahitaala, amin,” ucap dia.

Vanny pun menimpali, “Jangan ketika kita hijrah, terus kita merasa paling baik dari orang lain, gitu ya?”

“Iya, betul,” jawab Muzammil.

2. Memulai berdakwah karena miris melihat 54 persen Muslim Indonesia buta Alquran

Makna Hijrah dan Cara Dakwah ala Qari Kondang Muzammil Hasballah(IDN Times/Panji Galih Aksoro)

Sebelum melanjutkan pertanyaannya, Vanny dengan gaya stand-upnya mengajak audiens panggung Hijrah lebih cair.

“Tadi ngajinya adem banget ya, kayak ubin masjid,” ujar dia.

Vanny melanjutkan pertanyaannya, sejak kapan Muzammil berinisiatif menggunakan media sosial sebagai sarana berdakwah?
 
Muzammil menjawab dengan membuka data Badan Pusat Statistik 2013, yang menyatakan 54 persen orang Islam di Indonesia buta huruf Alquran.

“Terus ini tugas siapa? Gimana kita mau ngamalin Alquran? Gimana generasi muda bisa istqamah? Kita bisa bangkit dengan peradaban Islam kalau generasinya aja jauh dari Alquran, gak bisa baca, boro-boro ngamalin,” ujar dia.

Muzammil mulai berdakwah dengan mengajak pemuda mencintai Alquran. Meski bukan berlatar belakang sebagai ustaz, dia percaya dengan kemampuan yang ia miliki sebagai tahfiz Alquran, cukup untuk berdakwah.

“Saya ini secara profesi memang arsitek, bukan ustaz, apalagi ulama. Secara background gelar saya bukan lulusan Timur Tengah dengan gelar Lc, MA, tapi ST mudah-mudahan bukan sok tahu, ya,” gurau Muzammil, disambut tawa hadirin.

Muzammil merasa beruntung sejak kecil sudah belajar Alquran, meski setelah dewasa bukan sebagai pemuda yang Qurani. Bahkan, dia mengakui bacaan Alqurannya belum fasih, atau memiliki suara paling merdu.

"Secara prestasi saya bukan pembaca Alquran internasional, tapi saya berusaha dengan segenap kemampuan yang saya miliki,” ucap dia, merendah.

Saat memulai berdakwah di media sosial, Muzammil sempat heran dengan respons warganet, yang justru nyinyir dengan komentar-komentar yang kurang baik.

“‘Rahasiakanlah amalmu sebagaimana kamu merahasiakan aibmu. Ada aja, tapi itu jadi reminder buat kita, karena setan itu sangat halus bermain dengan hati manusia. Jadi satu sisi kita harus berhati-hati untuk menjaga niat, satu sisi syiar ini gak boleh berhenti,” kata dia.

Kendati, sikap warganet tersebut tidak lantas menyurutkan dakwah Muzammil, untuk mendekatkan anak muda dengan Alquran. Ia bertekad membuat konten semaksimal mungkin, untuk mengimbangi konten negatif di media sosial.

“Kalau kita tidak menghadirkan konten yang bermanfaat yang positif, maka konten yang negatif yang akan terangkat, trending, dan viral. Maka dari sedikit kemampuan yang saya lakukan, kemampuan saya membaca Alquran, meskipun bukan yang terbaik, asalkan niat yang lurus,” kata dia.

Baca Juga: IMS 2020: Makna Hijrah Menurut Qari Kondang Muzammil Hasballah

3. Teknik membaca Alquran menurut Muzammil dapat diterima masyarakat awam

Makna Hijrah dan Cara Dakwah ala Qari Kondang Muzammil Hasballah(IDN Times/Panji Galih Aksoro)

Bagi Muzammil, bacaan Alquran yang baik itu menurut riwayat Ibnu Abbas bukan soal suaranya, melainkan ketika orang lain mendengarnya, bisa menggetarkan hati.

“Jadi saya terinspirasi untuk melantunkan Alquran, bener-bener dari hati, bukan hanya dari mulut saja. Tapi dengan pendekatan tafsirnya, pemahamannya, sehingga bacaannya ada ruhnya, ada getaran lain dan itu yang terus-menerus saya pelajari,” kata pria yang pernah mendapat pujian Imam Besar Masjidil Haram Syekh Adel Al Kabani, karena bacaannya. 

Muzammil memilih teknik vocal murotal, bukan mujawaz, dalam melantunkan setiap ayat Alquran. “Ketika kita jadi imam mimpin salat juga bacaannya murotal, makannya saya memilih untuk menggunakan murotal, dewasa ini murotal lebih diterima di masyarakat awam."

"Kenapa? Mungkin lebih mudah diikuti dibanding mujawaz yang dengan tingkat tinggi harus melatih vocal, harus expert lah. Jadi kalau belajar saya dari situ lah, wallahualam,” lanjut dia.

4. Tantangan terbesar berdakwah bagi Muzammil adalah diri sendiri

Makna Hijrah dan Cara Dakwah ala Qari Kondang Muzammil HasballahUstaz muda Muzammil Hasballah (IDN Times/Panji Galih Aksoro)

Tantangan Muzammil dalam membuat konten untuk mendekatkan millennial dengan pengguna media sosial adalah diri sendiri. Karena berdakwah adalah ibadah yang harus jauh dari sifat ria atau sombong.

“Bagi ahlul Quran, popularitas itu adalah sebuah ujian. Kita jadi ahlul Quran itu tujuannya bukan jadi dikenal orang, jadi tantangan terbesar adalah diri sendiri, sampai-sampai sebuah doa di zikir pagi sore, ‘ya Allah aku berlindung kepada Mu dari keburukan diriku’. Jadi tantangan terbesar adalah diri sendiri,” ucap dia, menjawab pertanyaan pembawa acara.

“Tapi mas Muzammil, satu titik merasa 'mulai ada benih-benih dengan bangga terhadap diri sendiri?’ tanya Vanny.

“Nah, itu manusiawi, setan itu menggoda kita di titik lemah kita. Makannya kita harus terus berguru, harus terus punya temen-temen saleh yang ngingetin. Jangan sampai kita sendiri, ini setiap orang bakal begitu. Makannya intinya, ketika kita terlanjur menzalimi diri sendiri, buru-buru ingat Allah. Tiap kali ada yang muji, cepat-cepat istigfar. Insyaallah amal saleh kita gak jadi hangus,” kata Muzammil.

Memasuki sesi akhir, Vanny sempat menyinggung haters di media sosialnya. Tak memungkiri, Muzammil sempat dibenci warganet di media sosial, ketika mengawali dakwahnya.

Tapi seiring waktu, haters alumnus Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) itu menghilang. Itu berkat pembawaan dan konten yang ia buat lebih santai dan halus.

“Karena metode saya gak ngegas, santai, smooth dan Quran itu gak komtroversial lah, kecuali kita menafsirkan dengan sembarangan,” kata dia.

Pada akhir sesi, Muzammil ditanya soal harapannya kepada pemerintah dalam mendukung  konten-konten yang positif. Dia berharap, pemerintah harus berkonsultasi dengan ulama yang hanif setiap membuat kebijakan.

"Kita menginginkan kebaikan, tapi kalau misalnya yang paling paham tentang Islam ya ulama. Jangan sampai hari ini sesuatu yang diatur oleh orang yang bukan ahlinya. Jadi intinya kita berkomentar di bidang yang kita kuasai aja deh, misalnya di bidang agama biarlah MUI yang berkomentar, jangan bikin gaduh lah,” kata dia.

5. Jangan pesimis bertobat dan hijrah

Makna Hijrah dan Cara Dakwah ala Qari Kondang Muzammil Hasballah(IDN Times/Panji Galih Aksoro)

Sebelum sesi berakhir, Vanny memberikan kesempatan kepada audiens untuk bertanya kepada Muzammil. Pertanyaan pertama datang dari Irham asal Flores.

“Bagaimana pendapat dan saran anda terhadap seseorang yang sejak kecil hidup di lingkungan yang kurang baik? Dalam posisi ini, siapa yang salah? Apakah dari orang tersebut atau dari keluarga orangtuanya?”

Muzammil pun menjawab. Ia menyebut, orang baik itu punya masa lalu, orang buruk itu punya masa depan. Karena itu, jangan pernah putus asa dari rahmat Allah SWT.

Dia mengutip firman Allah dalam surat Az-zumar ayat 53, Katakanlah kepada hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus-asa dari rahmat Allah, sungguh ia memaafkan segala dosa dan yang maha pengampun dan penyayang.

"Jadi ketika kita terlanjur berbuat salah, dan di lingkungan buruk, Allah masih memanggil kita ‘wahai hambaku’. Allah tidak memanggil kita ‘wahai pendosa’. Artinya, semua orang punya peluang menjadi baik selama hayat masih di kandung badan, kita masih punya peluang untuk bertobat,” kata Muzammil.

Menurut dia, Allah SWT melihat bagaimana akhir manusia, bukan masa lalunya. Umar bin Khatob punya masa lalu yang kelam, tetapi ketika hijrah menjadi khalifah.

"Sahabat nabi yang dijamin surga, padahal punya masa lalu yang buruk. Jadi jangan putus asa, tugas kita berusaha istiqamah dalam kebaikan, agar kita bisa menumbuhkan ending yang baik, istiqamah,” ujar pria yang hobi berolah raga skateboard itu.

Pertanyaan terakhir datang dari Syaiful, pegawai yayasan di Bandung. “Ada riset gak sih terhadap target kita dan ada gak monitoring terhadap konten kita?”

Muzammil mengatakan, Alquran masuk ke segala usia. Kekuatan dan keberadaban Islam dari pundak para pemuda. Nabi Ibrahim ketika menghancurkan berhala dan harus dibakar dengan api, usianya masih muda. Nabi Yusuf saat mendapat godaan perempuan juga usianya masih muda.

“Dulu saya memimpin salat udah aja gak pakai gamis, jubah, peci, santai saja pakaian anak muda, dan tentunya itu salah satu ijtihad dari guru saya. Kalau sekarang udah berjubah, karena beda periodisasi dakwah. Jadi intinya dakwah saya ke anak muda, tapi Quran itu masuk ke semua umur. Mudah-mudahan kita semuanya bisa istiqamah dan doakan kami content creator sekaliugus dai, tetep lurus lillahitaala. Mudah-mudahan kita bisa bertetangga di surganya Allah. Barakallah,” kata Muzammil.

https://www.youtube.com/embed/RkGZhjS6uGk

Baca Juga: IMS 2020: Berprofesi Arsitek Muzammil Malah Pilih Jadi Dai, Kenapa?

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya