Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Dua orang tenaga kesehatan beristirahat sejenak saat menunggu pasien di ruang isolasi COVID-19 Rumah Sakit Umum (RSU) Dadi Keluarga, Kabupetan Ciamis, Jawa Barat, Senin (14/6/2021). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi.

Depok, IDN Times - Walaupun Pemerintah Pusat belum mengumumkan jumlah kasus varian Omciron yang menginfeksi warga Kota Depok, namun Pemerintah Kota Depok sudah memberikan sinyal penyebaran varian Omciron terjadi di Kota Depok. Hal itu tersirat melalui jumlah kasus harian yang mencapaian ribuan kasus.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok, Dadang Wihana mengatakan, untuk varian Omicron datanya yang diberikan kepada Pemerintah Kota Depok hanya enam kasus. Namun, sampel yang diberikan kepada Pemerintah Pusat atau Kementerian Kesehatan belum diberitahukan hasilnya.

"Tetapi dengan melihat peningkatan kasus yang sangat tinggi dalam waktu cepat, ini lebih dari lima kali lipat, itu sudah bisa dipastikan bahwa memang varian omicron, penyebab utama kenaikan kasus yang cukup tinggi," ujar Dadang saat ditemui di Balai Kota Depok, Selasa (8/2/2022).

1. Peningkatan Omicron lebih cepat dari Delta

Juru bicara Satgas Kota Depok, Dadang Wihana saat di temui di kantor Balai Kota Depok. (IDNTimes/Dicky)

Dadang mengungkapkan, apabila melakukan perbandingan data jumlah kasus pada hari ini dibandingkan pada varian Delta pada Juni tahun lalu sudah melebihi kasus puncaknya. Jika melihat perbandingan tersebut terjadi perbedaan grafik yang sangat tajam dan perlu menjadi perhatian bersama.

"Jadi sekarang ini, pemeriksaan ataupun hasil dari varian Omicron, saya kira dengan melihat kondisi kasus dengan grafik yang sangat tajam ini menunjukkan memang varian Omicron," ungkap Dadang.

Namun Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok terkait dampak maupun jumlah data belum menerima hasil sampel yang diberikan dari Kementerian Kesehatan. Dadang mengambarkan, pada varian Delta puncak kasus paling tinggi mencapai 1.780 kasus.

"Akan tetapi Delta itu kenaikannya tidak secepat Omicron, kalau sekarang itu tajam sekali untuk waktu yang relatif cepat," ucap Dadang.

2. Kenaikan tertinggi mencapai 1.800 kasus

Editorial Team

EditorDicky

Tonton lebih seru di