Direktur optimasi feedstok dan produk PT Kilang Pertamina Internasional, Sani Dinar Saifuddin (tengah) berjalan memasuki mobil tahanan usai ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi dalam tata kelola minyak mentah dan produk kilang pada PT Pertamina Subholding dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) tahun 2018-2023 di Kejaksaan Agung, Jakarta, Selasa (25/2/2025). (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
Pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi, mengatakan, kasus itu menjadi semakin diperbincangkan warganet lantaran kasus dugaan pencampuran Pertamax.
"Polemik dugaan pengoplosan Pertamax mencuat setelah banyak pengguna mengeluh kualitas BBM yang tidak sesuai harga. Mereka merasa tertipu karena harga lebih tinggi, tapi kualitas mirip Pertalite. Warganet mendesak transparansi dan langkah hukum," ucap dia dalam keterangannya, Jumat (28/2/2025).
Banyak warganet yang merasa tertipu, mengingat mereka membeli Pertamax dengan harga lebih tinggi, tetapi menerima kualitas yang setara dengan Pertalite, jenis BBM yang lebih murah.
Protes ini semakin meluas di media sosial dengan beberapa pengguna mengungkapkan kekecewaannya dan meminta transparansi dari pihak Pertamina serta pemerintah.
Dugaan ini tidak hanya menimbulkan keresahan di kalangan konsumen, tetapi juga merusak kepercayaan publik terhadap perusahaan pelat merah dan kebijakan harga serta subsidi BBM yang ada.
"Masyarakat kini mendesak pihak berwenang untuk memberikan klarifikasi serta langkah hukum terkait dugaan pengoplosan/blending ini," kata Ismail.