Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Petugas kesehatan memakai Alat Pelindung Diri (APD) memeriksa tempat tidur pasien COVID-19 di RSUD Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (16/6/2021) (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)

Jakarta, IDN Times - Jarum jam menunjukan pukul 02.00 WIB saat dokter umum IGD melapor ke seorang dokter spesialis emergency, Corona Rintawan. Saat itu, ada tiga pasien yang harus diberikan perawatan ICU dan ventilator, sementara hanya tersisa satu tempat tidur saja di rumah sakit.

"Ada 3 pasien confirm positif kondisinya buruk. ARDS berat/gagal napas ketiga-tiganya. Saturasi oksigen di bawah 90 persen semua," dokter IGD tersebut melaporkan.

"Segera berikan NIV dan cek apakah ada RIK ICU untuk pasien ini?" ujar Corona Rintawan.

"Hanya tersisa satu bed dok," jawab dokter IGD.

Cerita nyata tentang situasi sulit di tengah pandemik COVID-19 saat ini dibagikan oleh Ketua Tim Dokter Muhammadiyah, dr. Corona Rintawan SpEM, di akun media sosial pada 19 Juni 2021. Kisah ini viral dan dibagikan sejumlah akun media sosial, salah satunya akun Instagram @kawalcovid19. Saat dihubungi IDN Times, Rabu (23/6/2021), Corona membenarkan dan merupakan pengalaman pribadinya.

1. Dokter dihadapkan pada pilihan berat

Ilustrasi Tenaga Kesehatan di RS Darurat COVID-19 Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat. (IDN Times/Arief Rahmat)

Dokter Corona mengatakan, saat itu berat dia harus memilih satu dari tiga pasien yang membutuhkan perawatan, saat diberitahukan hanya tersisa satu bed.

Setelah berpikir keras, Corona memilih pasien usia termuda agar segera dapat perawatan.

"Ok segera masukan tuan C ke ICU, dan hubungi tuan A dan B utk memberitahu kondisi keluarganya yang memburuk," (dan akhirnya tuan A dan B meninggal di IGD)," tulisnya.

2. Kondisi bencana memaksa tenaga kesehatan harus cepat memutuskan

Editorial Team

Tonton lebih seru di