Kemen PPPA: Ada Peluang Perempuan Penyintas Bisa Mandiri Finansial

Banyak hambatan tak mudah bagi perempuan untuk bisa mandiri

Jakarta, IDN Times - Jumlah populasi perempuan yang mencapai 133 juta jiwa atau hampir setengah dari keseluruhan jumlah penduduk di Indonesia, menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) harus dipandang sebagai potensi besar untuk mendorong laju perekonomian bangsa. Menteri PPPA Bintang Puspayoga menyatakan perempuan dapat membawa perubahan positif yang besar.

“Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) mendapatkan amanat yang tertuang dalam 5 Arahan Presiden dimana amanat pertama adalah “Meningkatkan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan yang berperspektif gender”. Hal ini adalah pengakuan atas potensi perempuan untuk bisa mandiri, menghasilkan perubahan positif yang signifikan dan mendorong perekonomian bangsa,” kata Bintang dalam keterangannya, Selasa (21/2/2023).

1. Banyak hambatan untuk membuat perempuan bisa mandiri

Kemen PPPA: Ada Peluang Perempuan Penyintas Bisa Mandiri FinansialMenteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga saat mengunjungi Kelompok Subsisten/Penyintas Asmarandhana di kota Semarang, Senin (20/2/2023) (Dok. Kemen PPPA)

Bintang mengunjungi Kelompok Subsisten atau Penyintas Asmarandhana di kota Semarang. Dalam agenda ini dia mengatakan, tak mudah bagi perempuan untuk bisa mandiri karena masih banyak hambatan yang ditemui.

Banyak kasus kekerasan yang menimpa perempuan dan anak di Indonesia sehingga menempatkan perempuan menjadi kelompok rentan. Kemen PPPA memutuskan menyasar perempuan penyintas kekerasan dan bencana, perempuan pra-sejahtera dan perempuan sebagai kepala rumah tangga.

Baca Juga: Respons Kemen PPPA soal Kasus Ayah Siksa Anak hingga Tewas di Cimahi

2. Kelompok Subsisten atau Penyintas Asmarandhana jadi sasaran karena kelompok rentan

Kemen PPPA: Ada Peluang Perempuan Penyintas Bisa Mandiri FinansialIlustrasi perempuan (IDN Times/Arief Rahmat)

Kelompok subsisten atau penyintas yang dibina oleh Bank Indonesia ini sejalan dengan strategi Kemen PPPA dalam menyasar kelompok perempuan rentan. Kelompok Subsisten atau Penyintas Asmarandhana di kota Semarang anggotanya adalah para penyintas dan ibu-ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus. 

“Untuk membantu kesejahteraan perempuan, Kemen PPPA menyasar pada kelompok perempuan rentan yang akan menjadi pintu masuk implementasi empat prioritas lainnya, yaitu peningkatan peran ibu dan keluarga dalam pengasuhan anak, penurunan kekerasan terhadap perempuan dan anak,  penurunan pekerja anak dan pencegahan perkawinan anak," ujar Bintang.

3. Ada 71 persen masyarakat tak punya akses bank

Kemen PPPA: Ada Peluang Perempuan Penyintas Bisa Mandiri FinansialIlustrasi Uang Rp75000 (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

Sementara Kepala Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen, Bank Indonesia, Yunita Resmi Sari menjelaskan sejak 2021, Bank Indonesia membentuk delapan pilot project pemberdayaan ekonomi yang tersebar di seluruh Indonesia, salah satunya adalah Kelompok Asmarandhana di Semarang. Karena pada kenyataannya 71 persen masyarakat tidak punya akses di bank.

"Mereka tidak memiliki uang karena tidak mempunyai aktivitas ekonomi. Mereka hanya mengandalkan dana bantuan sosial atau bansos. Itu sebabnya Bank Indonesia menargetkan para penerima bansos ini sehingga diharapkan setelah dilakukan pendampingan mereka bisa mandiri. Kebetulan sebagian besar adalah perempuan dan kelompok Asmarandhana ini anggotanya adalah para penyintas dan ibu-ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Kita melakukan seleksi untuk mengidentifikasi kelompok sasaran yang dituju dan melakukan seleksi untuk para calon pendampingnya,” kata Yunita.

Baca Juga: Insiden Kekerasan Kolektif Menurun Selama 2022 tapi Jumlah Korban Naik

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya