Klaster Perkantoran Meningkat, IDI: Paling Banyak di Perbankan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Ketua Tim Mitigasi Dokter Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) & Ketua Terpilih PB IDI dr Adib Khumaidi mengungkapkan, perlu ada rekomendasi panduan tata ruang dan aktivitas di tengah pandemik COVID-19.
Bukan hanya dalam protokol kesehatan, namun juga kesiapan ruang yang memungkinkan orang tetap beraktivitas. Apalagi akhir-akhir ini terjadi peningkatan kasus COVID-19 di klaster perkantoran.
"Sebagian besar kasus terkonfirmasi COVID-19 di perkantoran terjadi pada perbankan yang sudah menerima vaksinasi, artinya kita tidak bicara terkait dengan masalah vaksinasi saja, tapi risiko itu masih ada," ujarnya dalam diskusi daring bertajuk “Rekomendasi Protokol Tata Ruang dan AKB,” Selasa, 27 April 2021.
Baca Juga: Klaster Perkantoran Naik, Wagub DKI: Memang Ada Sejumlah Pelonggaran
1. Regulasi dapat berbentuk peraturan pemerintah
Adib mengungkapkan pemerintah dan pimpinan perusahaan atau kantor perlu membuat regulasi tata kelola ruang, sehingga ada proses pengawasan yang dilakukan dan semua aktivitas tetap bisa dilakukan tetapi dengan assesment terlebih dahulu.
Hal ini bisa dilakukan oleh tim pengawasan di setiap daerah dengan melibatkan Satgas COVID-19 daerah.
"Harus ada regulasi apakah melalui peraturan pemerintah (PP), peraturan gubernur, peraturan wali kota, atau peraturan bupati, yang menjadi dasar bahwa tata kelola ruang ada SOP yang harus diterapkan,” kata dia.
2. Enam hal yang sebabkan klaster perkantoran meningkat
Adib menjabarkan ada enam hal yang membuat klaster COVID-19 di Jakarta meningkat dalam waktu sepekan.
Mulai dari ruang kantor yang padat, karyawan yang berdesakan selama berada di transportasi umum, sirkulasi udara kantor buruk, kegiatan buka puasa bersama, vaksinasi yang membuat karyawan lengah, serta kepatuhan protokol kesehatan yang hanya dilakukan saat di kantor.
"Salah satu solusi yang harus kita lakukan supaya tetap aman dan menghindari paparan adalah mengupayakan AKB, bukan hanya dalam protokol tapi kesiapan ruangan yang memungkinkan orang tetap beraktivitas," kata Adib.
3. Rumah sehat dengan konsep hijau untuk antisipasi COVID-19
Selain di kantor, diskusi ini juga membahas mengenai rancangan rumah sehat dengan konsep hijau, untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19. IDI bekerja sama dengan arsitek dan Ahli Rancang Kota sekaligus co-Inisiator Indonesia Berkebun Sigit Kusumawijaya.
Berikut konsepnya:
Editor’s picks
1. Sirkulasi Udara
Membuang udara yang mengandung unsur-unsur toxic yang berbahaya untuk kesehatan pernapasan.
2. Mengondisikan Udara
Mengondisikan udara yang menjamin kenyamanan, kesehatan dan hemat energi.
3. Material Organik, Non-Porous dan Non Asbestos
Material organik dan mudah dibersihkan serta dirawat dapat mengurangi kemungkinan virus dan bakteri untuk bertahan hidup. Serta bangunan tanpa penggunaan material asbestos yang dapat mengganggu kesehatan paru-paru.
4. Inovasi
Inovasi smart home untuk mengelola dan meningkatkan indoor rumah, keamanan, kenyamanan dan penggunaan energi. Penggunaan sistem air purification untuk memurnikan udara dan panel untuk Tenaga Surya (Solar Panel) dalam menghemat energi listrik.
5. Kenyamanan Spasial Ruang
Luas bangunan yang layak dan nyaman untuk dihuni, baik untuk kesehatan psikologis, kemudian tata ruang yang dapat beradaptasi sesuai kebutuhan seperti ruang untuk bekerja atau belajar secara daring, area pintu masuk yang menyediakan area sanitasi dan ruang untuk karantina mandiri.
6. Konservasi Air
Upaya konservasi air untuk menjaga kualitas air tanah dan mengurangi pencemaran dan penggunaan area resapan air, atau kolam retensi untuk menampung dan meneruskan air ke dalam tanah serta mengurangi banjir.
7. Pencahayaan Alami
Meningkatkan keterikatan dan hubungan penghuni dengan alam yang baik untuk kesehatan mental dan psikologis penghuni, serta sinar matahari pagi yang juga banyak mengandung vitamin D untuk kekebalan imun tubuh dan memperkuat tulang.
8. Area Hijau yang Cukup
Vegetasi alami berguna untuk ekologi dan untuk kesehatan fisik dan psikologi serta dapat menyaring polutan yang dapat masuk ke dalam rumah. Kemudian semenjak pandemi, area terbuka dan hijau banyak diminati dikarenakan sirkulasi udaranya yang lebih bebas mengalir.
Selain itu, area berkebun di rumah untuk tanaman sayuran, obat-obatan dapat membantu kontribusi swasembada dan kelestarian kebutuhan pangan rumah tangga dan memanfaatkan sound barrier alami berupa pohon, untuk mengurangi kebisingan dari luar.
Baca Juga: Wagub DKI Cemas Kerumunan Jakmania di HI Munculkan Klaster Baru COVID