Pergulatan Bima Arya 22 Hari Melawan COVID-19: Antara Rindu dan Haru

Bima akan menulis buku tentang hari-harinya selama isolasi

Jakarta, IDN Times - Virus corona memang tak pandang bulu. Ia menyerang siapa saja, mulai dari artis, atlet, pedagang, pengusaha, karyawan, hingga pejabat. Sampai Sabtu kemarin, ada 6.248 orang terpapar virus ini di Indonesia.

Salah di antara ribuan orang yang terinfeksi virus corona adalah Wali Kota Bogor Bima Arya. Dia harus berjuang selama 22 hari di RSUD Kota Bogor sebelum akhirnya dinyatakan sembuh pada Sabtu (11/4).

“Hari ini tim Dokter RSUD membolehkan saya untuk pulang dan melanjutkan isolasi secara mandiri di rumah,” kata Bima lewat unggahan di akun Instagramnya.

Kepada IDN Times, Kang Bima berbagi kisah perjuangannya melawan virus corona di Rumah Sakit. Berikut wawancara khusus IDN Times dengan Wali Kota Bogor, Bima Arya, pada Kamis (16/4).

1. Bagaimana gejala awal COVID-19 yang dialami Kang Bima?

Pergulatan Bima Arya 22 Hari Melawan COVID-19: Antara Rindu dan HaruBima Arya akhirnya pulang dari RSUD Kota Bogor (Instagram/@bimaaryasugiarto)

Ketika di Turki saya biasa biasa saja, gak ada gejala apa-apa. Ketika pulang dari Turki pun ya badan biasa-biasa saja. Tapi memang hari Selasanya badan gak enak sedikit ya. Agak batuk batuk sedikit, kemudian berasa di dalam itu kayak panas dan mulai kehilangan nafsu makan. Baru kemudian hari Selasa di swab dan Kamis dinyatakan positif. Jadi gejalanya agak mirip seperti gejala-gejala awal sakit demam berdarah.

Ada semriwing-semriwing, kemudian mual, kehilangan nafsu makan, plus batuk-batuk. Itu gejala gejalanya. Tapi saya gak pernah sampai demam, demam tinggi dan alhamdulillah juga gak sampai sesak napas, yang paling berat ya itu aja, batuk mual kehilangan nafsu makan.

Bima Arya dinyatakan positif virus corona setelah pulang dari Turki dan Azerbaijan dalam rangka kunjungan kerja selama sepekan. Bima Arya dan rombongan tiba di Jakarta pada Senin 16 Maret.

Bima langsung menjalani tes pada Selasa, 17 Maret, dan hasilnya keluar pada Kamis, 19 Maret.

FYI: Bima Arya ke Turki pada 9-15 Maret untuk kunjungan kerja. Ia dan rombongan tiba di Jakarta pada Senin 16 Maret dan langsung menjalani tes pada Selasa (17/3)). Hasilnya keluar dua hari kemudian.

2. Selama berada di ruang isolasi, apa saja yang dilakukan?

Pergulatan Bima Arya 22 Hari Melawan COVID-19: Antara Rindu dan HaruBima Arya akhirnya pulang dari RSUD Kota Bogor (Instagram/@bimaaryasugiarto)

Ya, memang hanya sendiri di dalam ruangan. Gak ada orang lain lagi dan saya hanya interaksi dengan dokter yang datang ke RS atau dokter saya. Setiap hari jam 09.00 WIB pagi dokter datang, kemudian perawat juga rutin lima kali sehari periksa tensi saya pakai alat yang ditembakkan di sini (Termometer tembak), kemudian darah, di cek tensinya, mungkin itu ada lima kali dalam sehari dicek. 

Itu mereka pun pakai alat pelindung diri yang lengkap, pakai baju astronot itu. Jadi Kadang-kadang saya gak bisa bedain juga mana dokter, mana suster, mana perawat, mana perempuan mana laki-laki gitu, ya. Karena semua tertutup APD gitu. Yaitulah selama 22 hari.

3. Lalu bagaimana cara Kang Bima menghibur diri selama masa isolasi?

Pergulatan Bima Arya 22 Hari Melawan COVID-19: Antara Rindu dan HaruBima Arya akhirnya pulang dari RSUD Kota Bogor (Instagram/@bimaaryasugiarto)

Kalau saya melihat yang paling penting itu adalah penguatan mental. Karena ini ujiannya bukan hanya ujian kesehatan. Ini Ujian spiritual kita. Jadi itu dulu dikuatin. Saya tentunya banyak baca, memperbanyak ibadah dan lainnya, supaya kita yakin dulu, supaya mental kita kuat bahwa kita bisa melewati cobaan ini.

Baru kemudian saya banyak baca beberapa buku. Kemudian saya juga nulis. Jadi mungkin hari ketiga di RS saya mulai menulis ya semacam diary, insyaAllah nanti akan jadi buku, akan saya terbitkan ya untuk  berbagi pengalaman saya selama menjadi pasien COVID-19.

Saya ingin dimana pun harus selalu memberikan manfaat. Jadi Wali kota saya setiap hari berikhtiar apa yang bisa saya bantu apa yang bisa saya kerjakan dan ketika di RS, ketika saya gak berdaya apa-apa saya masih pengin juga paling gak bisa berikan motivasi, semangat buat yang lain atau nulis sesuatu pada saatnya nanti bisa saya bagi ketika sudah saya sehat.

4. Kalau ada tenaga medis yang datang memeriksa, apa sih yang biasa dibahas selain pemeriksaan?

Pergulatan Bima Arya 22 Hari Melawan COVID-19: Antara Rindu dan Haru(Wali Kota Bogor Bima Arya) IDN Times/Margith Juita Damanik

Biasanya suster itu pagi pagi rajin ngebangunin ya. Pagi-pagi supaya gak lewat salat subuh. Suster selalu kasih tahu saya. Kadang-kadang saya sudah bangun duluan, kadang-kadang suster yang bangunin.

Beberapa Suster itu bawel, seru, ceria. Menyemangati saya ketawa-ketawa, nah itu yang membuat saya juga semangat ya. Kalau semuanya seriuskan kita tegang juga. Tapi ada beberapa suster itu kalau masuk saya langsung tahu. Awal-awalnya gak bisa bedain, tapi ketika dia masuk dan mendengar suaranya dan suara ketawanya, oh ini suster ini.

Itu kadang-kadang ngobrol yang ringan-ringan dan lain-lain, yang kayak gitu yang membuat saya semangat. Sering juga sampein salam, salam dari yang ini salam dari yang itu, doa dari mereka.

5. Apa motivasi Kang Bima supaya cepat pulih?

Pergulatan Bima Arya 22 Hari Melawan COVID-19: Antara Rindu dan Haru(Dok. Humas Jabar)

Buat saya nomor satu ini adalah ujian keimanan kita, itu yg paling penting dulu ya. COVID-19 ini memang banyak yang misterius jadi kita gak bisa terlalu tahu yang pasti kenapa penyebabnya dan lain-lain. Tapi satu yang pasti adalah, ini bisa sembuh ketika imunitas kita tinggi, maka dari itu saya lihat ada dua hal yang nyambung.

Satu iman kita harus kuat, kita harus confidence, kita harus optimistis, kita harus positif bahwa kita bisa melalui ini. Baru kemudian imunitas naik, jadi nomor satu keyakinan dulu.

Saya banyak juga membatasi membaca berita, sosial media dan lain-lain. Karena paling gak itu bisa mempengaruhi juga, mempengaruhi sikap kita terhadap hari-hari yang akan kita jalani.

Jadi bagi teman-teman yang masih sekarang barangkali dirawat, yakinkanlah bahwa ini akan berlalu ketika kita positif, optimistis, semangat, mengatur waktu istirahat dan betul-betul rileks.

Tapi ya nomor satu yaitu banyak banyak berdoa menurut saya, jadi dimensi spiritualnya harus benar-benar dikuatkan betul.

6. Sebenarnya ruang isolasi itu seperti apa bentuknya sih, Kang?

Pergulatan Bima Arya 22 Hari Melawan COVID-19: Antara Rindu dan HaruIDN Times/Kevin Handoko

Ukurannya 3 kali 7 meter di dalamnya cuma ada satu tempat tidur, sebelahnya ada lemari, kemudian ada kursi satu itu pun saya minta untuk kemudian duduk dan menulis atau ngetik.

Hari ke berapa ya, saya dikirim TV, ini juga karena wifi-nya gak stabil koneksinya. Kadang saya nonton TV tapi gak terlalu sering juga. Saya lebih banyak baca, menulis, zoom, konferensi atau skype dengan para sahabat dengan keluarga dan lain lain.

Dua minggu pertama saya gak bisa keluar karena katanya jadi walaupun ada Balkon, tapi saya gak bisa keluar, karena katanya airbone, menular di udara.

Jadi saya nyolong-nyolong di pojok ruangan itu ada cahaya sinar matahari masuk, nah saya baca banyak orang berdebat sinar matahari yang bagus jam berapa, ada yang bilang sebelum jam 8, ada yang bilang jam 10. Tapi saya gak punya pilihan karena sinar matahari itu hanya masuk ke pojok ke kamar saya 07.30 sampai 08.30 WIB, jadi saya di pojokkan untuk standby.

Baru Kemudian setelah dua minggu dokter kasih tahu. 'Pak Wali, WHO sudah meralat sudah merevisi ini gak airbone. Jadi bapak boleh keluar,'.  Saya bilang kenapa gak dari awal. Jadi, setelah minggu kedua saya ke balkon mulai bisa menikmati berjemur di kamar. Pemandangannya terbatas. Sebelah kamar saya itu rumah susun.

Di balkon kadang-kadang video call, sambil baca, sambil zikir, kadang- kadang saya ngamati aja pola-pola yang ada seperti misalnya selalu ada suara-suara aneh di jam jam tertentu. Di pagi hari dan sore, ada suara orang gitu ya yang agak bernyanyi panjang saya pikir apa, nah begitu saya ke balkon boleh keluar ternyata itu tukang gorengan dengan suara yang khas. Selama dua minggu saya gak tahu itu suara apa.

7. Apa yang paling membuat Kang Bima kangen selama masa isolasi?

Pergulatan Bima Arya 22 Hari Melawan COVID-19: Antara Rindu dan Haru(IDN Times/Kevin Handoko)

Suara tawanya bercanda anak-anak paling ngangenin. Suara anak-anak lagi ngobrol dengan istri itu ngangenin baget ya. Makanya buat yang sekarang bosan di rumah, buat sekarang yang tersiksa dirumahkan, gak bisa ke mana-mana dan bosan ketemu orang rumah, yakinkanlah ketika Anda dirawat di RS, terpapar COVID-19, yang diidam-idamkan, suara yang ditunggu-tunggu, suara yang dirindukan adalah suara orang rumah. Jadi nikmatilah keberadaan di rumah bersama keluarga.

Walaupun sekarang juga di dalam kamar, karena saya masih masa isolasi, belum boleh dulu kontak interaksi sama orang rumah. Jadi makanan diantar di pintu, kemudian saya ambil sendiri. Hanya bisa mengintip aja, hanya bisa meliat dari jauh aktivitas orang rumah. Istri dan anak anak belum bisa bersentuhan, berpelukan.

Mereka tanya "ayah can i hug you". Jadi pengen meluk saya. Saya bilang belum bisa, itu yang pertama kali. Mereka pengin banget meluk erat saya. Saya bilang belum bisa, nanti tunggu waktunya, kalau sudah betul-betul aman, baru ayah bisa peluk kalian. Itu yang pertama kali mereka minta ke saya.

Mereka mengerti saya bilang, ya ini bukan untuk ayah, ini untuk kalian. Kalian harus jaga semua, tapi memang sewaktu di RS juga interaksi gak berkurang. Kadang-kadang malam-malam saya bantu buat PR anak-anak, nanya masih diskusi lewat WhatsApp atau Voice Call. Jadi kalau dari situ kita gak putus komunikasi.

8. Adakah olahraga fisik dan resep rahasia yang diminum seperti jamu herbal?

Pergulatan Bima Arya 22 Hari Melawan COVID-19: Antara Rindu dan HaruIDN Times/Margith Juita Damanik

Hari pertama belum bisa masih lemas. Minggu kedua udah mulai stratching, push up, squat jump, udah bisa. Hormon endorfin keluar ada rasa aman, ada rasa bahagia, meningkatkan imunitas kita. Jadi isolasi di rumah.

Udah dibuatin sereh merah, sama jahe, ini direbus panas-panas di termos. Sehari minimal satu termos. Gak tahu ada efeknya tapi saya yakin warisan ini pasti sehat. Saya makan buah pagi jeruk, siang naga, sore kiwi. Jadi paling tidak sehari tiga kali.

Sebetulnya waktu sehat pola makannya sehat. Plus kurma, ngemil kurma, ada sahabat saya Mustafa, kasih air zam-zam, saya minum rutin, habis satu galon.

Baca Juga: Wali Kota Bogor Bima Arya Ungkap Keseruan Saat Jalani Perawatan

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya