Studi: Tiga Hal yang Buat Warga DKI Khawatir Vaksinasi COVID-19 

Sebanyak 10 ribu orang khawatir vaksin tidak halal

Jakarta, IDN Times - LaporCovid-19, Lab Intervensi Sosial dan Krisis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), dan Social Resilience Lab NTU melakukan studi berbasis survei, untuk menggali hambatan dan memetakan persepsi warga DKI Jakarta terhadap vaksinasi.

Pemimpin studi dan kolaborator ahli laporcovid19.org, Dicky Pelupessy menyebutkan salah satu hasil yang ditemukan adalah sepertiga responden mengaku khawatir divaksin karena tidak halal, walaupun mereka sudah menjalani vaksinasi.

"Jadi temuan utama yang menarik dari survei ini adalah kami mendapati bahwa masih cukup besar warga DKI yang khawatirkan tiga hal utama, khawatir terhadap efek samping atau KIPI, kemudian soal kemanjuran dan masih ada yang khawatir dengan kehalalan atau masih ada yang khawatir vaksinnya haram," kata dia dalam konferensi pers yang digelar secara daring, Minggu (13/6/2021).

Baca Juga: Menkes Puji DKI, Vaksinasi Lansia Jakarta Paling Bagus di Indonesia

1. Sebanyak 10 ribu orang khawatir vaksin tidak halal

Studi: Tiga Hal yang Buat Warga DKI Khawatir Vaksinasi COVID-19 (Ilustrasi) antrean untuk mengikuti vaksinasi COVID-19 (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Total ada 10.789 responden khawatir vaksin COVID-19 tidak halal, dan hal ini diungkapkan tidak hanya oleh pemeluk agama Islam, namun juga tercermin dari masyarakat non-muslim.

Dikcy menjelaskan survei dilakukan selama dua minggu dari 30 April-15 Mei 2021 dan diikuti 57.231 responden di seluruh wilayah DKI Jakarta, namun hanya 47.457 responden yang menyelesaikan survei dan tervalidasi.

Dari sisi risiko kesehatan terhadap infeksi COVID-19, sebanyak 70,95 persen responden mengaku tidak memiliki komorbiditas. Survei yang dilakukan secara daring ini dilakukan dengan penarikan sampel menggunakan metode convenience sampling. Penyebaran survei dibantu Biro Tata Pemerintahan DKI Jakarta.

2. Banyak yang khawatir pada kemanjuran vaksin dan efek KIPI

Studi: Tiga Hal yang Buat Warga DKI Khawatir Vaksinasi COVID-19 Pemimpin studi dan kolaborator ahli laporcovid19.org, Dicky Pelupessy ( YouTube/LaporCovid-19)

Dicky juga memaparkan ada 34 persen responden (16.102 orang) yang khawatir terhadap kemanjuran vaksin COVID-19, atau menganggap vaksin COVID-19 belum mampu melindungi dari infeksi virus SARS-nCov2.

Sementara, sebanyak 32 persen responden (14.889 warga) takut akan efek samping vaksin atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). Mereka yang berusia 50-60 tahun (pra-lansia), dengan pekerjaan TNI/Polri dan tenaga kesehatan merupakan kelompok yang tertinggi memiliki kekhawatiran terkena efek samping vaksin COVID-19.

3. Ada 13,4 persen responden mengaku masih sulit akses info vaksin

Studi: Tiga Hal yang Buat Warga DKI Khawatir Vaksinasi COVID-19 Ilustrasi vaksinasi COVID-19 (ANTARA FOTO/Jojon)

Survei ini juga menunjukkan mayoritas warga DKI (70 persen) relatif tidak memiliki hambatan yang berarti dalam mendapatkan informasi seputar pendaftaran dan lokasi vaksinasi serta transportasi.

Namun, sebagian kecil responden, kata Dicky, yakni 13,4 persen atau 6.366 orang mengaku masih kesulitan mengakses informasi tentang vaksinasi. Meski jumlah responden lansia hanya 18,7 persen, tetapi sepertiganya (32,56 persen) kelompok umur lansia menunjukkan ketergantungan pada orang lain untuk mendaftar dan berangkat ke tempat vaksinasi.

4. Sejumlah rekomendasi untuk tanggapi kekhawatiran ini

Studi: Tiga Hal yang Buat Warga DKI Khawatir Vaksinasi COVID-19 Ilustrasi Vaksinasi COVID-19 (IDN Times/Uni Lubis)

Survei ini juga menunjukkan 8 persen responden menyatakan tidak bersedia divaksin. Menanggapi hal ini, Dicky mengatakan, perlu ada upaya serius dan strategis untuk menanggapi kekhawatiran masyarakat supaya cakupan vaksinasi di Jakarta terus meningkat.

LaporCovid-19 merekomendasikan sejumlah hal, sebagai berikut:

  1. Mengintensifkan edukasi dan sosialisasi untuk wilayah dan kepada kelompok warga DKI Jakarta yang masih memiliki kekhawatiran cukup tinggi akan efektivitas dan manfaat vaksinasi, efek samping, dan kehalalan vaksin.
  2. Menyasar secara lebih spesifik wilayah dan kelompok warga untuk menyampaikan pesan kunci mengenai efektivitas dan manfaat vaksinasi, rendahnya risiko kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) dan kesiapan tata laksana penanganan KIPI, dan kehalalan vaksin. Pesan kunci disampaikan menggunakan bahasa, medium pesan, dan penyampai pesan yang sesuai dengan wilayah dan kelompok warga yang disasar.
  3. Mempermudah warga untuk mengakses layanan vaksinasi, yaitu dengan cara sebagai berikut:
  • Melanjutkan dukungan untuk warga miskin (menggerakkan RT/RW, sosialisasi dari pintu ke pintu, bantuan transportasi dll).
  • Memberi kemudahan dalam penjadwalan dan kemudahan mengakses lokasi vaksinasi (terutama untuk pra-lansia dan lansia).
  • Menjamin program vaksinasi tanpa dipungut biaya.

Baca Juga: DKI Gelar Vaksinasi COVID-19 Warga 50 Tahun ke Atas, Begini Syaratnya

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya