Wagub DKI: Pengunjung Mal Hanya 20-30 Persen di Masa PSBB Transisi

Menurutnya tidak ada ledakan pengunjung di mal

Jakarta, IDN Times - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengklaim bahwa pengunjung mal di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi tidak membeludak seperti yang diprediksi sebelumnya.

"Tidak terjadi ledakan bahkan kurang dari yang disyaratkan, yang diperbolehkan 50 persen," kata dia dalam diskusi daring yang diselenggarkan Populi Center dan Smart FM Network, Sabtu (4/7/2020).

Pemprov DKI Jakarta awalnya menduga masyarakat akan menyerbu mal ketika dibuka kembali setelah disetop operasionalnya beberapa waktu karena pandemik COVID-19. Namun, ternyata tidak sedikit juga masyarakat yang paham bahayanya COVID-19 sehingga mengurungkan niat untuk pergi ke mal.

1. Pengunjung mal di masa PSBB transisi hanya 20-30 persen

Wagub DKI: Pengunjung Mal Hanya 20-30 Persen di Masa PSBB TransisiFasilitas pemeriksaan suhu tubuh sebelum memasuki Mal di Jakarta di era new normal (15/6) (IDN Times/Athif Aiman)

Menurut Riza, pengunjung mal di DKI Jakarta di tengah PSSB transisi masih jauh dari batas pengunjung berdasarkan syarat dari pemerintah provinsi DKI Jakarta dalam pembukaan kembali operasional mal. Pemerintah menetapkan syarat pengunjung hanya 50 persen dari kapasitas mal sebelum pandemik COVID-19.

"Kapasitas mal rata-rata 20-30 persen isi mal itu, padahal kami (Pemprov) memperkenankan hingga 50 persen," ujarnya.

Baca Juga: Kamu Pilih ke Mal atau Nabung Buat Jalan-jalan saat New Normal?

2. Warga dinilai sadar akan bahaya dan ancaman penyebaran COVID-19

Wagub DKI: Pengunjung Mal Hanya 20-30 Persen di Masa PSBB TransisiWagub Ariza Pastikan Pasar-Pasar di Jakarta Terapkan Protokol Kesehatan Secara Tepat (Dok. Humas Pemprov DKI Jakarta)

Dengan adanya kondisi demikian, Riza mengatakan bahwa warga bisa menyadari bahwa virus corona masih perlu dikhawatirkan keberadaannya.  Pelonggaran 50 persen ini, kata Riza, adalah upaya pemerintah provinsi DKI Jakarta untuk menerapkan normal baru namun tetap dengan menyisipkan konsep PSBB.

"Kami ingin memastikan bahwa di masa ini virus masih ada dan selama masih ada potensi penyebaran, berbahaya, dan vaksinnya belum ditemukan hingga hari ini, jadi PSBB tidak kita hilangkan, di masa transisi ini sekalipun ada pelonggaran kami hanya membasi maksimal itu 50 persen," kata dia.

3. Masyarakat masih takut pergi ke mal karena COVID-19

Wagub DKI: Pengunjung Mal Hanya 20-30 Persen di Masa PSBB TransisiMal di Jakarta kembali dibuka pada 15 Juni 2020 dengan konsep New Normal (IDN Times/Athif Aiman)

Mal di DKI Jakarta sudah mulai beroperasi sejak Senin 15 Juni 2020. Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) DKI Jakarta, Cucu Ahmad Kurnia sebelumnya juga mengungkapkan hal yang hampir sama seperti yang disampaikan Riza.

Menurut Cucu, pengunjung mal di Ibu Kota ini hanya sekitar 40 persen, hal itu disebabkan karean warga masih takut datang ke mal di tengah pandemik COVID-19. "Untuk mal itu kisarannya sekitar 30 persen untuk weekdays, kalau weekend 30-40 persen," kata Cucu saat ditemui di Gedung DPRD DKI Jakarta pada Selasa, 23 Mei.

Baca Juga: Pengunjung Mal Jakarta Saat Pandemik COVID-19 Hanya 40 Persen

4. Mal sepi karena daya beli juga menurun

Wagub DKI: Pengunjung Mal Hanya 20-30 Persen di Masa PSBB TransisiSeorang pembeli sedang memilih pakaian di salah satu toko yang ada di Mal pada 15 Juni 2020 setelah Pemprov DKI Jakarta kembali membuka Mal (IDN Times/Athif Aiman)

Sedangkan menurut, Mantan Menteri Keuangan RI, Chatib Basri, pengunjung mal mayoritas mencari kebutuhan sekunder dan tersier. Mereka yang mencari kebutuhan pokok, seperti bahan makanan, biasanya akan pergi ke pasar. Itulah sebabnya, saat ini pasar lebih cenderung ramai dibandingkan dengan mal.

“Orang yang ke mal bukan untuk primary good, mereka punya pilihan untuk tetap tinggal di rumah. Itulah yang menjelaskan kenapa mal relatif sepi daripada pasar,” kata lelaki yang karib disapa Dede ini saat mengikuti rilis survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Kamis (25/6/2020).

Selain karena ketakutan, Dosen ekonomi Universitas Indonesia (UI) itu juga mengatakan bahwa, pengunjung mal rata-rata berasal dari kelas menengah. Sedangkan, pandemik COVID-19 juga berdampak secara ekonomi pada kelas menengah dan kelas atas, bukan hanya pada kelas bawah. Sehingga, sangat mungkin mereka tidak memiliki daya beli untuk membeli kebutuhan sekunder dan tersier.

Baca Juga: New Normal: Kenapa Pasar Ramai tapi Mal Sepi?

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya