Jakarta, IDN Times - Pasokan listrik ke Jakarta dan sejumlah daerah di Jawa Barat mendadak terhenti pada Minggu (4/8) pukul 11.50 WIB. Bahkan, beberapa wilayah masih mengalami blackout atau pemadaman listrik hingga Senin malam (7/8).
Pemadaman listrik ini ternyata bukan kali pertama terjadi di Indonesia. Sejak 1990-an, khususnya di Pulau Jawa, sudah beberapa kali mengalami pemutusan pasokan arus listrik dalam waktu yang relatif lama.
Pemadaman listrik pernah terjadi pada 1991 di beberapa wilayah Pulau Jawa dan Bali. Peristiwa tersebut terjadi di daerah-daerah yang aliran listriknya berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, Cilegon, Banten.
Terputusnya arus listrik disebabkan turunnya pemutus arus (circuit breaker) di PLTU Suralaya. Pemadaman listrik yang terjadi saat itu berdurasi kurang lebih tiga jam, walaupun jangkauan wilayahnya lebih luas dibanding yang terjadi pada Minggu (6/5) lalu.
Pemadaman listrik terparah pernah terjadi pada 1997. Listrik di sebagian besar wilayah Jawa-Bali padam pada 13 April 1997. Padamnya listrik yang terjadi pada masa ini menjadi blackout terparah kedua setelah 2019.
Penyebab terjadinya pemadaman listrik akibat gangguan sistem saluran tegangan ekstra tinggi 500 kV, yang menyalurkan listrik 1.000 MW dari PLTU Suralaya ke dalam sistem di GI Gandul sirkuit 1 di Jakarta. Peristiwa ini menyebabkan listrik padam hingga kurang lebih 10 jam.
Pada 2002, terputusnya aliran listrik terjadi di wilayah DKI Jakarta, Tangerang, Bogor, Bekasi, dan Banten. Adapun pemadaman listrik saat itu disebabkan hubungan arus pendek di Gardu Induk Tegangan Tinggi Ekstra (GITET) Cibinong, Bogor, Jawa Barat, yang menyebabkan rusaknya transmisi ke arah Bekasi, Cawang, dan Gandul.
Kemudian, PLTA Saguling juga tak bisa memberikan pasokan listrik. Listrik padam massal pada 2002 bahkan sempat disinggung Presiden Joko “Jokowi” Widodo kala mendatangi Kantor Pusat PT PLN pada Senin (5/8). Menurut kepala negara kasus 17 tahun lalu itu semestinya jadi pembelajaran bagi PLN.
"Saya tahu peristiwa seperti ini pernah kejadian di 2002, 17 tahun lalu, untuk Jawa dan Bali. Mestinya itu bisa jadi pelajaran kita bersama, jangan sampai kejadian yang sudah pernah terjadi kembali terjadi lagi," kata Jokowi.
Peristiwa pemadaman listrik cukup parah terjadi kembali pada 18 Agustus 2005 di Indonesia, tepatnya di Jakarta dan Banten. Listrik mati total selama tiga jam. Selain itu, terdapat pula pemadaman di sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.
Pemadaman listrik ini terjadi akibat kerusakan di jaringan transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 KV Jawa-Bali. Penyelidikan awal menyimpulkan peristiwa ini terjadi karena malafungsi sistem proteksi Directional Earth Fault (DEF) di Cibinong.
Kejadian malafungsi sistem proteksi ini juga pernah terjadi beberapa kali terjadi pada sistem yang sama. Tercatat sebanyak tujuh kali gangguan besar dengan penyebab utama sebagian besar berkaitan dengan sistem proteksi--dan di antaranya malafungsi sistem proteksi, dalam 10 tahun terakhir sebelum kejadian.
Pasokan listrik ke Jakarta dan sejumlah daerah di Jawa Barat mendadak terputus pada Minggu (4/8) siang hingga malam hari. Bahkan, sebagian wilayah di Jakarta dan sekitarnya masih mengalami pemadaman listrik hingga Senin malam. Padamnya listrik kali ini menjadi peristiwa terparah sepanjang sejarah PLN.
Pihak PLN menyatakan pemadaman listrik akibat Gas Turbin 1 sampai 6 Suralaya mengalami trip atau gangguan. Sementara, Gas Turbin 7 saat ini dalam posisi mati (off). Selain itu, Pembangkit Listrik Tenaga Gas Turbin Cilegon juga mengalami gangguan atau trip, yang mengakibatkan aliran listrik di Jabodetabek mengalami pemadaman.
Di Jawa Barat, terjadinya gangguan pada Transmisi SUTET 500 kV mengakibatkan padamnya listrik di sejumlah daerah di antaranya Bandung, Bekasi, Cianjur, Cimahi, Cirebon, Garut, Karawang, Purwakarta, Majalaya, Sumedang, Tasikmalaya, Depok, Gunung Putri, Sukabumi, dan Bogor.