Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Beawiharta/REUTERS via abc.net.au

Pemerintah Australia akhirnya angkat bicara tentang penghentian sementara kerjasama militer yang dilakukan oleh Indonesia. Satu media Australia mengutip pernyataan Menteri Pertahanan Australia yang mengkonfirmasi bahwa materi pelatihan yang dipersoalkan adalah pamflet-pamflet yang berisi dukungan terhadap kemerdekaan Papua.

Panglima TNI Gatot Nurmantyo juga disebut mempermasalahkan adanya upaya Australia yang ingin merekrut tentara Indonesia sebagai mata-mata.

Default Image IDN

Tak hanya persoalan pamflet, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo juga sebut Australia berusaha rekrut tentara terbaik Indonesia sebagai mata-mata. Hal ini pula yang kemudian membuat Indonesia menghentikan sementara program pelatihan bersama dengan negeri Kanguru tersebut. Australian Broadcasting Corporation menemukan pernyataan Gatot Nurmantyo yang ia sampaikan bulan November 2016 lalu:

Tentara-tentaraku dibawa ke sana [Australia] untuk mengajar Bahasa Indonesia. Mereka diajar bahwa Papua adalah sebuah bangsa yang akan mendapatkan kemerdekaan karena mereka bukan Indonesia. Seperti itu. Maka jelas bahwa Australia ingin merekrut mereka.

Gatot Nurmantyo diduga khawatir dengan keberadaan tentara Indonesia yang mengajar di Australia. Apalagi, saat latihan bersama juga ditemukannya adanya materi pelatihan yang menyebut tentang kemerdekaan Papua Barat dari Indonesia. Namun, isu itu segera dibantah Menteri Pertahanan Indonesia, Ryamizard Ryacudu. Dia menenangkan masyarakat dengan menyebut bahwa pemerintah Australia tak pernah ada maksud hina Indonesia. Ia juga meyakinkan pelakunya adalah tentara berpangkat rendah -- yang ia sebut 'curut' -- dan sudah dihukum.

Menteri Pertahanan Australia Marise Payne menolak klaim tersebut dan meyakini isu sesungguhnya adalah tentang Papua dan Pancasila.

Editorial Team

Tonton lebih seru di