Jakarta, IDN Times - Superni memandangi ponselnya dengan mata sembab. Dia melihat satu per satu foto dan video Mahesa, anak lelakinya yang meninggal akibat berebut sembako pada acara 'Untukmu Indonesia' di Monas, Sabtu (24/4) lalu.
Anak keduanya, April, sesekali ikut melongok ponsel ibunya. Bocah tiga tahun itu belum paham jika kakak semata wayangnya telah tiada.
Mahesa memang dikenal usil, baik pada teman-teman sekolahnya maupun di rumah. Kendati, dia dikenal baik dan suka menolong.
"Mahesa itu anak yang usil. Di sekolah ngusilin teman-temannya, kalau di rumah ngusilin adiknya. Lucu dan bikin gemas orang," tutur Superni ketika ditemui IDN Times di kediamannya, Pademangan Barat, Jakarta Utara, Kamis (3/5).
Keusilan bocah yang akrab disapa Sosis itu juga dituangkan di ponsel ibunya. Saat senggang di rumah, Mahesa sering membuat video lucu dan penuh narsis. Superni lantas menunjukkan salah satu video anaknya. Mengenakan kaus singlet putih, Mahesa tampak tiduran di lantai sembari berteriak, "Haloooo namaku Mahesa Junaedi. Aku ganteng lho!"
Beberapa hari menjelang kematiannya, Mahesa kerap menulis status ungkapan cinta pada keluarganya di WhatsApp milik ibunya. Kata-kata seperti "Aku cinta Mama dan Papa" dan "Mahesa sayang Adik". Mahesa juga mengunggah video lucu. Superni tak menyangka, itu adalah video terakhir yang dibuat anaknya.
"Kadang saya omelin, 'Kamu kalau bikin status agak direm, soalnya dilihat banyak orang'. Eh tapi dia cengengesan aja," kata Superni.
Mahesa juga anak yang patuh pada orangtua. Bocah periang itu tak pernah pergi kemana pun tanpa seizin orangtuanya. Dia juga lebih suka bermain di sekitaran rumah atau menjahili adiknya. Sebelum Mahesa meninggalkan rumah, Superni mengaku tak berfirasat apa pun karena anaknya memang penurut.
"Jadi pas ke Monas diajak si AL, itu pertama kalinya dia pergi tanpa izin. Lagi pula si AL itu teman akrabnya, sahabat dekatnya. Kalau diajak anak lain belum tentu mau," ungkap Superni.