Mak Meugang, Tradisi Makan Daging Sambut Ramadan di Aceh

Sudah diatur dalam Qanun Meukuta Alam masa Kesultanan Aceh

Banda Aceh, IDN Times - Ramadan merupakan salah satu bulan paling dinanti-nanti oleh umat Islam. Bagaimana tidak, selain menjalankan kewajiban berpuasa, pada bulan ini umat Islam juga akan mendapatkan pahala berlipat ganda di setiap ibadah dan perbuatan baik lainnya yang dilakukan. Tak heran jika kebanyakan umat Muslim akan menyambut dengan penuh suka cita menjelang kedatangan bulan yang dianggap suci tersebut.

Di Aceh sendiri, ada kebiasaan yang terbilang unik dalam menyambut Ramadan, yakni tradisi Mak Meugang. Tradisi di mana masyarakat Aceh akan membeli sejumlah daging sehari atau dua hari menjelang Ramadan. Sehingga jangan heran, jika tradisi ini menjadi suatu hal yang paling dinanti.

“Mak Meugang di Aceh itu sebenarnya acara yang paling sakral dalam kearifan lokal di Aceh dan sebuah tradisi turun temurun bagi orang Aceh sendiri,” kata Pemerhati Sejarah dan Budaya Aceh, Tarmizi Abdul Hamid.

1. Momen berkumpul dengan keluarga sebelum puasa

Mak Meugang, Tradisi Makan Daging Sambut Ramadan di AcehAktivitas jual beli daging di Hari Mak Meugang di kawasan Kopelma Darussalam, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh (IDN Times/Saifullah)

Mak Meugang merupakan kebiasaan yang telah dilakukan beratus-ratus tahun lamanya dan menjadi momen paling berharga bagi masyarakat Aceh. Di mana, kebanyakan warga akan berkumpul dengan keluarganya di rumah sambil menyantap daging yang diolah sesuai selera.

Bahkan, dikatakan Tarmizi, bagi orang Aceh yang ada di perantauan, ia akan memilih kembali ke kampung halamannya untuk bisa berkumpul dengan keluarga di hari tersebut.

“Bagi orang Aceh itu sendiri, bagi perantau kalau dia Mak Meugang tidak bisa berkumpul, makan daging bersama dengan keluarga, rasanya ada yang kurang dalam menyambut bulan suci Ramadan. Terasa hambar tanpa adanya makan bersama di hari Mak Meugang ini,” katanya.

Baca Juga: Muhammadiyah dan NU Sepakat 1 Ramadan Jatuh Hari Jumat 

2. Tradisi yang sudah ada sejak masa Kesultanan Aceh Darussalam dan ada hukum yang mengatur mengenai Mak Meugang

Mak Meugang, Tradisi Makan Daging Sambut Ramadan di AcehAktivitas jual beli daging di Hari Mak Meugang di kawasan Kopelma Darussalam, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh

Tradisi Mak Meugang atau membeli daging sehari menjelang Ramadan dikatakan Tarmizi, bukanlah suatu tradisi baru di Aceh. Kegiatan tersebut telah menjadi sebuah tradisi turun temurun.

Bahkan, ada aturan khusus mengenai Mak Meugang yang dibuat oleh Iskandar Muda (1607-1636 M) ketika Kesultanan Aceh Darussalam berkuasa pada masa itu.

“Mak Meugang itu adalah adat muhakkamah, yakni adat yang hukumnya dikeluarkan oleh raja. Dulu Mak Meugang di Aceh pada masa Sultan Iskandar Muda itu yang paling popular, sehingga itu yang tercantum dalam qanun. Dalam Qanun Meukuta Alam atau Qanun Al Asyi, itu disebutkan tentang tujuan daripada Mak Meugang itu sendiri,” ujarnya.

Dalam Qanun Al Asyi itu disebutkan bahwa setiap pemimpin Aceh (sultan) yang memimpin kesultanan secara turun temurun akan memerintahkan Qadi Muazzam agar membuka Khazanah Balai Silaturahmi untuk mengambil dirham dan kemudian dikirimkan kepada geuchik (setingkat kepala desa) supaya digunakan membeli kerbau atau sapi.

Hewan-hewan itu kemudian dipotong dan dagingnya dibagi kepada kaum duafa, fakir miskin, orang yang membutuhkan, dan anak yatim. Sehingga, semua warga akan merasa bahagia menjelang Ramadan.

“Jauh sebelum memasuki bulan puasa, ini sudah didata setiap gampong (desa) di data oleh geuchik (kepala desa), mana yang berhak menerima bantuan,” kata Tarmizi.

Selain itu, pada hari Mak Meugang ini, sultan juga akan memberikan kepada fakir miskin, anak yatim dan piatu, orang lumpuh maupun buta, masing-masing berupa 6 hasata kain, dan beberapa dirham untuk kebutuhan belanja selama bulan puasa.

“Meski pada hari itu yang dikhususkan adalah daging, namun bukan hanya daging saja yang diberikan, ada kain dan juga dirham,” ucapnya.

3. Ada filosofi untuk tolong-menolong dari tradisi Mak Meugang

Mak Meugang, Tradisi Makan Daging Sambut Ramadan di AcehAktivitas jual beli daging di Hari Mak Meugang di kawasan Kopelma Darussalam, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh (IDN Times/Saifullah)

Mak Meugang tak hanya sekadar tradisi yang berisi momen berkumpul bersama keluarga semata. Namun tradisi peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam itu juga memiliki filosofi tersendiri, yakni gotong-royong untuk saling tolong-menolong.

Jika pada masa Kesultanan Aceh Darussalam, pemimpin kerajaan adalah pihak yang memberikan daging untuk kaum duafa, fakir miskin, dan sebagainya. Kini, posisi tersebut telah diganti oleh kaum dermawan maupun pejabat lainnya.

“Itulah sifat gotong-royong orang Aceh yang memang berdasarkan dari tradisi ke tradisi. Implementasi ini yang jelas sekali terasa dalam kehidupan sosial kita dalam menyambut bulan suci Ramadan,” jelas pemerhati sejarah dan budaya Aceh tersebut.

Semarak dan kebahagiaan menyambut bulan suci Ramadan bagi umat Islam tanpa memandang status kedudukan, itulah salah satu alasan mengapa Mak Meugang masih tetap terus eksis hingga saat ini di Aceh. 

4. Tak hanya menjelang Ramadan, Mak Meugang juga digelar di hari lainnya

Mak Meugang, Tradisi Makan Daging Sambut Ramadan di AcehAktivitas jual beli daging di Hari Mak Meugang di kawasan Kopelma Darussalam, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh (IDN Times/Saifullah)

Tradisi Mak Meugang di Aceh dikatakan Tarmizi, tidak hanya digelar ketika hanya menyambut Ramadan saja. Akan tetapi kegiatan tersebut juga dilakukan di sejumlah hari lainnya, seperti sehari sebelum Hari Raya Idulfitri dan juga Hari Raya Iduladha.

“Mak Meugang di Aceh itu dilaksanakan dua hari menjelang bulan suci Ramadan, sehari menjelang Hari Raya Idulfitri, Hari Raya Iduladha yang bersamaan dengan hari kurban,” tuturnya.

Baca Juga: Cara Pemantauan Hilal Awal Ramadan di Aceh di Tengah Wabah COVID-19

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya